Halo dok,
sudah 3 bulan ini BB dan TB bayi saya seret banget dok bahkan sempat kemarin BBnya turun dan juga makanan sering dilepeh.
di
... Lihat Lainnya🔥 Diskusi Menarik
Selamat malam dok, saya adalah ibu yang kejam yang galak setiap kali marah saya sering mencubit memukul bokong anak saya, anak saya jadi takut sama saya dan kalau saya marah dia selalu menutupi dirinya seperti tau kalau mau dicubit, lebih tepat nya seperti trauma.
Sekarang saya sadar saya takut kalau nanti otak nya jadi terganggu karna itu,
Bagaimana cara saya menghilangkan trauma anak saya ya dok.
1 komentar
Terbaru
Anda sekarang bisa mulai memposting cerita dan komentar.
Dapatkan saran dari dokter, pakar, dan duta komunitas.
Bagikan pengalaman Anda dengan orang lain yang mungkin membutuhkan.
Terus aktif dan jadilah Duta Komunitas dengan mengumpulkan poin
Halo Deni Lestari, terima kasih untuk pertanyaannya.
Perlu diketahui bahwa dengan melakukan perilaku memukul, membentak atau mencubit anak dengan tujuan agar anak diam atau sebagai bentuk pelampiasan emosi kita, maka anak berpotensi mengalami trauma yang berdampak pada emosi anak yang tidak stabil atau meledak-ledak, kemampuan daya ingat dan konsentrasi anak menjadi menurun, sering melamun dan mudah terkejut, serta menyebabkan anak mudah merasa curiga dan ketakutan. Selain itu, dampak lainnya yaitu anak akan mengalami kesulitan bersosialisasi karena merasa tidak percaya diri, serta akan merasa sulit untuk mengembangkan potensinya di kemudian hari. Memukul dan membentak anak pada usia tersebut dapat mempengaruhi perkembangan otak anak, dan juga secara tidak langsung berpengaruh terhadap prestasi akademik anak. Anak juga dapat berpotensi untuk melukai dirinya sendiri, dan berperilaku kasar terhadap orang lain di sekitar. Dengan demikian, tidak dianjurkan untuk berperilaku memukul, membentak, atau mencubit dalam proses pengasuhan karena hanya akan memberikan dampak buruk bagi perkembangan anak.
Sebagai orang tua, kita dapat mengajak anak berdiskusi serta belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya dengan cara yang tepat. Selain itu, orang tua perlu memberikan apresiasi kepada anak ketika berperilaku baik, berupa pujian atau pelukan agar anak merasa dihargai dan memiliki keinginan untuk mengulang kembali perilaku baik tersebut.
Anda dapat memulai dengan menyampaikan permohonan maaf anda kepada anak. Lebih sering meluangkan waktu bermain dan beraktivitas bersama anak, dengarkan seluruh ceritanya dan validasi emosinya. Berikan pelukan yang hangat agar anak merasa lebih dekat. Untuk mengetahui kondisi anak, sebaiknya dikonsultasikan langsung ke profesional (psikolog anak) agar ditemukan diagnosa dan intervensi yang sesuai.
Perlu diketahui bahwa anak sangat mudah meniru perilaku orang di sekitarnya, sehingga cara yang anda gunakan untuk mengekspresikan emosi yang dirasakan bisa saja ditiru oleh anak. Oleh karena itu, sebaiknya dimulai dengan mengelola emosi diri sendiri terlebih dahulu. Jika anda sudah bisa lebih tenang dalam menyikapi sesuatu, maka dalam menghadapi anak juga tidak reaktif.
Untuk mengendalikan marah anda agar tidak meledak-ledak yaitu, melakukan relaksasi pernapasan sampai anda merasa tenang dan rileks. Dengan kondisi tenang, anda dapat berpikir lebih jernih untuk mempertimbangkan kembali keputusan anda merespon dengan marah yang meledak-ledak. Selain itu, anda juga dapat berhitung mundur dan melakukan self-talk untuk mencoba tetap tenang dalam merespon. Anda dapat menuliskan situasi yang memicu emosi marah anda pada jurnal harian secara berkala, sehingga anda dalam melihat secara objektif apakah hal tersebut perlu direspon dengan marah yang berlebihan atau tidak.
Semoga membantu ya
Jangan ragu untuk memeriksakan diri/ anak anda ke psikolog atau psikiater jika keluhan berlanjut atau bertambah parah.