Cara menghadapi pasangan OCD dan kurang figur seorang ibu

Halo dok, saya wanita 29thn. Saya memiliki calon suami berusia 31thn. Awalnya saat kami berkenalan 3 thn lalu, dia sangat privasi sekali kehidupannya bahkan saya tidak diperkenankan berkunjung ke rumahnya karena takut saya diperlakukan tidak enak oleh anggota keluarga yang lain. Saat itu saya mengetahui dia memang telah kehilangan sosok ibu (meninggal) di tahun 2011 (saat itu dia kelas 2 SMA)

Kemudian selang waktu berlalu, saya mengetahui bahwa dia memiliki gangguan OCD setelah saya diperbolehkan dia berinteraksi dengan familinya yang lain.

Dan saya juga menyarankan dia brobat di RS ke poli jiwa. Sudah berjalan kurang lebih 6 bulan.

Namun dalam kondisi tertentu dia menjadi sangat susah diarahkan dan selalu merasa pendapat dia benar dan nggak mau disalahkan, padahal sudah nyata dia salah. Dia tidak mengakui bahwa itu kesalahannya. Sampai harus bertengkar baru dia minta maaf.

Pertanyaan saya dok, apakah kondisi orang OCD memang seperti ini dalam menyikapi masalah? Ataukah ini efek karena kurangnya kasih sayang orangtua?

Kemudian bgaimana baiknya sata hrus bersikap menghadapi dia dok?


NB: diketahui dulu ayahnya sibuk, dan mendiang ibunya sibuk sampai mempunyai ART. Dan diketahui pula ternyata dia juga eksibisionis dok dari sejak SMP. Sempat bimbang melanjutkan hubungan, tetapi bila melihat kondisi mentalnya dia sangat perlu support dari orang yg dia percaya, yaitu saya.

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
138
4

4 komentar

Halo Annisa Dewi, terima kasih untuk pertanyaan anda


Mendampingi pasangan dengan diagnosa OCD (sebagai caregiver) tentunya membutuhkan usaha dan kesabaran yang ekstra karena melakukan 2 hal sekaligus, yaitu merawat pasangan dan tetap merawat kebutuhan diri sendiri agar dapat mengelola stres dengan baik. Dengan demikian, keduanya bisa tetap berfungsi optimal dalam menjalani keseharian.


Anda dapat memulai dengan mengajak dan mendampingi pasangan anda konsultasi langsung ke psikolog agar memperoleh pendampingan secara

professional serta memperoleh gambaran kondisinya saat ini. Jika diperlukan, psikolog nantinya akan memberikan rujukan ke Psikiater agar mendapatkan penanganan dengan obat-obatan. Selanjutnya, anda juga perlu memperluas pencarian informasi dan mengedukasi diri terkait gangguan kejiwaan yang dialami oleh pasangan anda kepada psikolog/ psikiater yang menanganinya. Dengan demikian, anda jadi mengetahui kondisi pasangan yang sebenarnya, faktor pemicu kekambuhan, serta gejala-gejala yang dialami termasuk gejala awal ketika akan kambuh, dan sebagainya.


Perilaku pasangan yang anda sampaikan di atas adalah gejala-gejala dari diagnosanya saat ini. Perlu diketahui OCD (Obsessive Compulsive Disorder) adalah gangguan kecemasan yang menyebabkan seseorang memiliki pikiran kuat dan memaksa untuk harus melakukannya secara berulang-ulang, apabila seseorang tersebut tidak melakukannya maka akan merasa cemas. Seseorang dengan OCD akan menampilkan gejala yang berbeda. Seseorang memiliki ketakutan/ kekhawatiran tertentu sehingga sering mengulang perilakunya. Dampak lainnya, seseorang sulit berkonsentrasi karena pikirannya dipenuhi kekhawatiran yang diciptakan sendiri. Adapun faktor penyebabnya bisa karena genetik, trauma, dsb. Untuk mengetahui kondisi pasangan anda yang sebenarnya sebaiknya dilakukan pemeriksaan secara menyeluruh oleh professional, dan tidak dianjurkan untuk melakukan self diagnose.

Anda juga dapat mengajak pasangan untuk beraktivitas secara rutin, dan sebaiknya tetap aktif mengikuti aktivitas sosial di lingkungan sehingga ia tetap merasa berharga dan berdaya. Selain itu, anda juga dapat menanyakan kekhawatiran dan kegelisahan pasangan, dengarkan semua yang disampaikan tanpa menghakimi. Kemudia anda dapat menunjukkan dukungan seperti “bagaimana pun kondisimu, saya tetap ada disampingmu. Kamu tidak sendirian” atau bisa mananyakan “apa yang kamu harapkan dari saya sebagai pasangan? Apa yang bisa saya lakukan untuk membantu kamu?”. Dengan kata lain, kembangkan komunikasi terbuka dan hangat agar saling mengetahui dan memahami kondisi masing-masing, serta meminimalisir kesalahpahaman.

Semoga membantu ya


1 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
@Annisa Dewi

Terkait kondisi tersebut diperlukan pemeriksaan yang lebih mendalam lagi. Ada baiknya ditanyakan langsung kepada profesional yang menangani

Semoga membantu

1 tahun yang lalu
Suka
Balas
1
@Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Terimakasih dokter.

Untuk sarannya akan says cobs bertemu dengan psikiater calon saya, karena selama pengobatan saya sebantas memonitor dari jauh sajs, kadang menemani sampai depan ruang poli jiwa. Namun yg berkonsultasi tetap yg bersangkutan dok.


Kemudian untuk perilaku eksibisionis ini apakah memang pemicu dari OCD ini atau bagaimana dok. Apakah bisa timbul lagi perilakunya ini? karena saya takut kalau keluarga besar saya tahu calon sy punya history seperti itu. Bagaimana sy harus bersikap dokter?

Terimakasih dokter

1 tahun yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.


OCD (Obsessive Compulsive Disorder) adalah gangguan mental yang ditandai dengan adanya obsesi dan kompulsi yang berulang dan mengganggu kehidupan sehari-hari. Gangguan ini dapat disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan, seperti trauma masa kecil atau pengaruh dari anggota keluarga yang memiliki gangguan serupa.:

Dalam menghadapi pasangan yang mengalami OCD, penting untuk memahami kondisinya dan memberikan dukungan yang tepat. Anda dapat membantu pasangan Anda dengan mengajaknya untuk terapi dan mengikuti pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter. Selain itu, Anda juga dapat membantu pasangan Anda dengan memberikan dukungan emosional dan memahami kondisinya.

Namun, jika pasangan Anda juga memiliki masalah dengan figur ibunya dan memiliki perilaku eksibisionis, maka mungkin ada masalah lain yang perlu diatasi. Kondisi ini mungkin membutuhkan bantuan profesional dari psikolog atau psikiater untuk membantu pasangan Anda mengatasi masalahnya.

Dalam menghadapi pasangan yang sulit diarahkan dan merasa pendapatnya selalu benar, penting untuk tetap tenang dan jangan memperburuk situasi dengan bertengkar. Cobalah untuk berbicara dengan pasangan Anda dengan cara yang jelas dan sederhana, dan tetapkan batasan dalam hubungan Anda. Jangan lupa untuk menjaga komunikasi yang baik dan memberikan dukungan yang tepat untuk pasangan Anda.

Semoga jawaban ini dapat membantu. Jika Anda memiliki pertanyaan lain, jangan ragu untuk bertanya lagi.

1 tahun yang lalu
Suka
masukan
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan