🔥 Diskusi Menarik

Saya Termasuk dalam Golongan penyakit apa?

hallo dok, hallo semuanya pejuang sehat. Saya seorang gadis remaja berusia 20tahun. Tahun lalu saya divonis mengidap skizofrenia tingkat tinggi. Bahkan sempat dirawat diRSJ selama satu bulan dan kembali lagi setelah dipulangkan bhkan baru seminggu dirumah jdi saya melakukan perawatan 2bulan dalam 2kal bolak balik. Karna tidak pernah menunjukkan perubahan yang signifikan.akhirnya orangtua saya membawa saya berobat secara rohani, trnyata ada yang mengirim penyakit aneh ini kepada saya. Membuat saya kehilangan akal seolah benar-benar sakit jiwa.


Saya sembuh, bahkan sudah beberapa bulan ini saya tidak lagi pergi konsultasi kepada psikiater. Meskipun dianjurkan untuk tetap kontrol tapi saya melanggar.


Anehnya, saya merasa diagnosa dokter terhadap saya benar adanya. Sejak saya kecil, saya mendapatkan tindak kekerasan dari orangtua saya, baik fisik maupun batin. Saya selalu disalahkan seolah apapun yang saya lakukan adalah sebuah kesalahan, bahkan tak jarang mereka main tangan terutama ayah saya. Saya bahkan tidak pernah berani meneteskan airmata ketika kekerasan fisik itu dilemparkan kepada saya, lebam bahkan sampai berdarah selalu saya tahan untuk tidak menangis.


Alhasil saya tumbuh menjadi remaja dengan tekanan yang sangat sesak didada. Selama 3tahun saya dibully di SMP, bhkan satupun tidak ada yang mau bertman dengan saya. Hanya karena saya miskin dan mata rabun, mereka bilang saya trlalu merepotkan. Bahkan ketika anak laki" dikelas saya membully saya bahkan tak jarang melakukan kekerasan fisik anak perempuan yng lain hanya diam menonton:).


Selama 3tahun saya jalani, saya tidak pernah bolos sekolah. Meskipun terkadang tidak membawa uang sepeser pun, saya tetap datang ke sekolah. Perpustakaan adalah pelampiasan ketika jam istirahat.


Jujur saja, selama 3tahun saya tertekan. Dada saya benar-benar sering sesak, apalagi ketika saya menangis tanpa suara itu benar-benar sakit.


Setelah saya lulus SMP saya masuk SMA meskipun dengan tanpa persiapan apapun karna tidak berniat untuk lanjut:) tapi Allah berkata lain. Meskipun diiringi Hinaan tetangga dan saudara, meremehkan betapa sombongnya saya berani melanjutkan sekolah, paling hanya sampai kelas 1. Tapi lagi" saya mematahkan kata' mereka.. saya lulus allhmdulillah.


Meskipun saat ini pekerjaan saya jauh dari kata berseragam rapi, tapi saya bangga pada diri saya. Setidaknya saya tidak lagi menjadi beban dirumah.


Tahun lalu, semua rasa sesak itu seolah sudah memuncak bhkan terasa meledak. Ketika saya berniat ingin melanjutkan kuliah dengan biaya hasil keringat saya, saya meminta izin kepada ayah saya dengan harap dia mau memaklumi jika saya tidak bsa membantu keuangan keluarga lagi karna saya igin menabung. Oh ya, saya anak pertama dari ke4 bersaudara:)


Bukannya mendukung, ayah saya langsung mematahkan dengan kalimat menohok.seolah saya menuntutnya, dia bahkan berbicara "GAUSAH MIMPI, KITA ITU HARUS SADAR DIRI__" panjang tapi tidak mau saya jabarkan.


Dia mematahkan hati saya, sumpah sangat sakit. Padahal jika dipikir saya mungkin bisa lulus jalur prestasi dan beasiswa mengingat prestasi dan nilai saya yang cukup baik sejak SMP.


Saya mengubur mimpi saya untuk menjadi guru, bhkan sampai detik ini:). Ketika saat itu saya benar-benar patah teman" saya malah mengadu kisah sedihnya kepada saya. Dia ingin dikuliahkan orangtuanya difakultas keguruan tapi dia tidak mau karna bukan minatnya menjadi guru. Jujur saya menangis mendengar kisahnya:) kenapa harus dia yang mendapatkan nya? Saya yang lebih ingin tapi kenapa dia yang diberi?


Yang lebih membuat sya sakit waktu itu, teman saya malah membandingkan kehidupan nya dengan kehidupan saya:) katanya "enak jadi kamu mah, jadi anak pertama bisa bebas dan ga perlu banyak aturan____" tidak saya jabarkan.


Ingin sekali saya pindahkan ruh nya ke dalam raga saya:) sehari saja dia menjadi diri saya apa masih bisa mengatakan kalimat yang sama?


Jujur saya tumbuh menjadi sandaran untuk teman-teman saya, menjadi tempat mereka bercerita dan meminta saran. Saya hanya memberi sesuai pengalaman saya sendiri, tapi itu berdampak baik untuk mereka. Setelah mereka pulih mereka memuji dengan Kalimat" agung. Sahabt terbaik, katanya:)


Tapi ketika saya mencoba menjadi pencerita mereka langsung membunuh saya dengan kalimat yang lebih menusuk:)... Maaf terlalu panjang malah jadi seperti novel kisah fiksi:)



Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
17
2

0 komentar

Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan