Dok knp ya akhir2 ini sy sering merasa kesepian? Ketika sdr sy berubah dr asalnya sering perhatian tp stlh dia pny sgalanya dia jd beda jarang perh
... Lihat LainnyaPersentase pendidikan tinggi Dan perilaku
Biasanya kalo baru kuliah semester awal mahasiswanya banyak, tapi kalo sudah semester atas Dan lulus kok jumlahnya berkurang? Apalagi S-2 jumlah mahasiswanya sekelas hanya sekitar 20 orang saja Dan tdk semuanya lulus. Banyak yang DO di tengah kuliah S-2. Apalagi S-3 jumlah mahasiswanya lebih sedikit lagi plg bnyk 10 orang sekelas Dan yg lulus hanya sdkt. Mengapa orang yang berpendidikan tinggi lebih sedikit, biasanya karena faktor apa saja? Apakah pendidikan tinggi juga memberikan fasilitas khusus Dan tutor khusus untuk orang dgn disabilitas? Hellen Keller yg buta, tuli, bisu bisa jadi doktor dgn bantuan pengasuh. John Nash yg penderita schizophrenia bisa jadi ilmuwan matematika. Biasanya bagaimana perilaku orang yang Pintar tapi punya disabilitas? Umumnya mereka tdk dianjurkan menikah mnrt adat timur kecuali desa atau pelosok. Tapi kalo mereka agresif tdk bisa menguasai diri sering iri Dan ganggu org pacaran bahkan yg sdh menikah Dan terus ngotot minta nikah atau bablas hamil di luar nikah atau main seks dgn WTS atau purel pria bhkn JD WTS atau purel pria dgn alasan tdk laku kawin, bagaimana cara menghadapinya? Apakah dicarikan jodoh yang mau menerima apa adanya agar tdk cabul atau zinah termasuk mengancam Dan membuat kerusakan dlm komunitasnya sendiri?
1 komentar
Terbaru
Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.
Saya akan mencoba menjawabnya dengan detail.Pertama, mengenai penurunan jumlah mahasiswa di tingkat pendidikan tinggi, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah tingkat kesulitan yang semakin meningkat seiring dengan naiknya tingkat pendidikan. Banyak mahasiswa yang mungkin mengalami kesulitan dalam menghadapi materi yang lebih kompleks dan tuntutan akademik yang lebih tinggi. Selain itu, beberapa mahasiswa mungkin juga mengalami perubahan minat atau tujuan karir sehingga memilih untuk keluar dari program studi mereka.
Untuk tingkat S-2 dan S-3, jumlah mahasiswa yang lebih sedikit bisa disebabkan oleh seleksi yang lebih ketat dalam penerimaan mahasiswa di tingkat tersebut. Program S-2 dan S-3 biasanya memiliki persyaratan yang lebih tinggi dan persaingan yang lebih ketat, sehingga hanya sedikit mahasiswa yang memenuhi syarat dan diterima.
Tentang fasilitas khusus dan tutor khusus untuk orang dengan disabilitas di pendidikan tinggi, sebagian besar institusi pendidikan tinggi menyediakan layanan dan dukungan khusus untuk mahasiswa dengan disabilitas. Ini termasuk fasilitas aksesibilitas, dukungan akademik, dan bantuan khusus sesuai dengan kebutuhan individu. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa mahasiswa dengan disabilitas memiliki kesempatan yang sama untuk belajar dan berpartisipasi dalam lingkungan pendidikan tinggi.
Perilaku orang yang pintar namun memiliki disabilitas dapat bervariasi tergantung pada individu dan jenis disabilitas yang dimiliki. Beberapa orang dengan disabilitas mungkin memiliki kemampuan yang luar biasa dalam bidang tertentu, seperti Hellen Keller yang menjadi dokter dengan bantuan pengasuh atau John Nash yang menjadi ilmuwan matematika meskipun mengidap schizophrenia. Namun, tidak semua orang dengan disabilitas memiliki perilaku yang sama. Setiap individu memiliki keunikan dan tantangan yang berbeda.
Mengenai masalah perilaku agresif atau tidak dapat menguasai diri, hal ini tidak berkaitan langsung dengan kecerdasan atau disabilitas. Perilaku agresif atau tidak dapat menguasai diri dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk lingkungan, pengalaman hidup, dan faktor psikologis. Jika seseorang mengalami masalah perilaku seperti ini, penting untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor, untuk membantu mengatasi masalah tersebut.
Mengenai masalah pernikahan atau hubungan, setiap individu memiliki hak untuk memilih pasangan hidupnya. Tidak ada aturan yang mengharuskan seseorang dengan disabilitas untuk tidak menikah atau menikah dengan orang yang menerima mereka apa adanya. Penting untuk menghormati keputusan dan pilihan individu dalam hal ini.
Jika seseorang mengalami masalah perilaku atau kesulitan dalam menghadapi hubungan, penting untuk mencari bantuan profesional, seperti psikolog atau konselor, untuk mendapatkan dukungan dan bimbingan yang tepat.
Saya harap jawaban ini dapat membantu. Jika Anda memiliki pertanyaan lain, silakan beri tahu saya.
Related content