🔥 Diskusi Menarik

Menyembuhkan trauma kekerasan fisik anak 21 tahun

Saya ibu yg sekrang mempunyai anak satu satunya. Ank saya mengalami trauma sering di pukul bapaknya dia mengalami issue menthal setelh konsul ke dokter. Pernah sekali dia menyalat tanganya. Sekarang dia sering susah tidur cemas merasa tdk mengenali dirinya. Dia merujuk ke rs sdri minta di obati dia cukup sadar mentalnya terganggu . Kami juga sering bertengkar di depan dia wktu kecil.. Sekrang dia dlm pengawasan dokter dlm pengobatan . Kmren sempat rawat inap 4hri. Saya tau kejadian dia ketika kecil saya mencoba mengobti batinya slma ini. Ank saya tertutup. Byk cara saya coba dia biar membuka dia bicara apa yg dia fikirkan . Krn dia sering bilng sussah tidur. Dia tau saya sangt menyayangi , saat ini dia mau saya dan bpknya pisah dia bilng tidk mau melihat dan bpknya ada di hidup kami lgi. Kondisi saat ini ank saya tinggal sendiri dia bekerja di lingkungn militer. Jauh dari saya, saya tdk bisa tinggal bersama dia karena peraturan, tinggl sendiri membuat dia merasa tdk punya sispa" tdk ounya saudara jg krn ank tunggal.. Dan bapknya tinggal dekat kota dgn anak perempuan saya . Mereka jarang bertemu , ank sata menghindar ketemu bpknya. Apa yang harus saya lakukan saya mengobati batinya. Kami hampir tiap hari VC. Dan rutinitas dia kerja n pergi sm temn suka lapor. Saya sedih anak saya segitu BESAR trauma yg dia tanggung selama ini. saya salah slna ini. saya jg minta maaf sm dia. Saya jg suruh bpknya minta maaf Bpk tpi bpknya merasa tdk perbah salah. Minta maaf formalitas saja ketika mau puasa n lebaran. Suami emng keras dan egonya tinggi sekali, saya sllu bersabar slm ini berum tngga dgn dia, demi anak tapi ternyata anak saya yg jadi trauma dok. Tolong saya solusi penyembuhan mental ank semata wayang saya. Terima kasih dokter

Suka
Bagikan
Simpan
Komentar
4
3

3 komentar

Halo Dewi, terima kasih untuk pertanyaannya.


Kami memahami kekhawatiran terkait kondisi putri anda.

Setiap orang memiliki respon yang berbeda dalam menghadapi permasalahannya. Kondisi mental seseorang ikut serta mempengaruhi bagaimana respon yang dimunculkan. Sebagian orang ada yang optimis ketika menghadapi masalah, sehingga akan menjadi peribadi yang jauh lebih kuat dan tangguh saat berhasil melewati masa sulitnya, serta mau untuk berjuang menjalani kehidupannya kembali. Sebaliknya, beberapa orang juga akan merasa terpuruk, menarik diri dari lingkungan, dan sebagainya.


Apabila anda melihat perilaku putri anda berubah dan merasa ada masalah, maka dapat mengajak ia untuk berbicara. Pembicaraan tidak harus langsung mengarah kepada permasalahan yang bersangkutan, tetapi dimulai dengan pembicaraan ringan dan santai, seperti “bagaimana kabarmu, ayo kita ngobrol berdua”, “belakangan ini kamu terlihat sedih atau lebih banyak diam, ada yang bisa dibantu?”, “kayaknya ada yang lagi kamu pikiran, sini cerita sama sama mama”. Apabila sudah mengarah ke pembahasan terkait permasalahan, anda dapat menunjukkan ketertarikan terhadap apa yang disampaikan, sehingga ia merasa mendapatkan kesempatan untuk bercerita secara jujur dan terbuka.


Sebagai orang terdekatnya, anda hanya perlu menjadi pendengar yang baik tanpa menghakimi atau memberikan ceramah, serta validasi emosi dan pikiran yang diutarakan. Terkadang seseorang yang mengalami permasalahan tidak dapat berpikir secara rasional sehingga tidak mampu untuk melihat alternatif solusi lain dari permasalahannya. Dengan meluapkan apa yang ada dipikiran dan perasaan seseorang tersebut kepada anda, maka akan membantunya untuk merasa lebih lega dan bisa memandang masalah lebih baik. Anda dapat memberikan masukan sesuai kemampuan anda jika ia memintanya. Hal tersebut diharapkan dapat sebagai bahan introspeksi. Anda bisa saja menemui tantangan dan membutuhkan proses yang lama sampai yang bersangkutan dapat menerima kondisinya dan mulai melihat dari perspektif yang berbeda. Anda juga tidak perlu ragu memberikan tawaran untuk mendapatkan bantuan professional ke psikolog dan psikiater agar segera tertangani dengan tepat.

Semoga dapat membantu ya

2 minggu yang lalu
Suka
Balas
1
@Ririn Nur Abdiah Bahar, S.Psi., M.Psi., Psikolog

Terima kasih dok. Beberapa saran dokteemr sdh saya jalankn slma kemaeen". Saya sudah melihat gejala pribadi dia yg tertutup dari kecil. Anak saya mengeluh susah tdur sdh bbrpa waktu lalu. Saya sudah bertanya lagi ada yg di fikirkan. Tlp ibu kalau sudah tidur nanti temanin sampai tidur.. dia bilng emng masih bayi di dogengin. Bgtu dia jawab dok. biasa krna waktu kerja yg kadang malam katanya

. Kemaren setelah di rawat di RS . 4 hari. Dia baru mengaku penyebabnya. Dan dia katanya kasian saya jadi pikiran pula nanti. Saat ini saya intens Vc dgnnya. Saya luat dia sekrg ceria tpi kayak terllu gembira bgtu dok.ngombrol jg terlihat happy dan sekli" dia bersenandung . Dia jg merasa Krn obat moodnya terasa bagud dia tinggl di mess dari tempat kerjanya. Dok termasuk normal nga dia seperti itu dok. Saya merasa seoerti bukan dirinya dia yg saya kenal.

2 minggu yang lalu
Suka
Balas

Hai Sobat Sehat,

Untuk membantu anak Anda yang mengalami trauma akibat kekerasan fisik, penting untuk memberikan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan yang aman. Pertama, teruslah berkomunikasi dengan anak Anda menggunakan pertanyaan terbuka yang mendorongnya untuk berbagi perasaannya, seperti "Bagaimana perasaanmu saat ini?" atau "Apa yang bisa saya lakukan untuk membantumu merasa lebih baik?". Validasi perasaannya tanpa menghakimi sangat penting agar dia merasa didengar dan dipahami:

Membangun rasa aman juga krusial. Pastikan anak Anda tahu bahwa dia dapat mengandalkan Anda dan bahwa perasaannya adalah hal yang wajar. Jika dia merasa tidak nyaman berbicara tentang ayahnya, hormati keputusannya untuk menjauh dari situasi yang menyakitkan. Anda bisa membantu dengan menjaga rutinitas harian yang stabil, yang dapat memberikan rasa normalitas dan kenyamanan. Jika anak Anda mengalami kesulitan tidur, pertimbangkan untuk menciptakan suasana yang tenang dan nyaman di rumah. Anda bisa menyalakan lampu malam atau melakukan aktivitas relaksasi sebelum tidur. Selain itu, penting untuk memahami reaksi anak terhadap trauma, karena setiap individu merespons dengan cara yang berbeda. Berikan pengertian bahwa perasaan sedih dan marah adalah reaksi yang normal. Jika anak Anda merasa kesulitan untuk mengatasi trauma ini, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari profesional, seperti psikolog atau terapis, yang dapat memberikan dukungan lebih lanjut dan teknik penyembuhan yang tepat. Terapi dapat membantu anak Anda mengatasi perasaannya dan membangun kembali kepercayaan diri. Akhirnya, jangan ragu untuk meminta maaf kepada anak Anda jika Anda merasa perlu. Ini dapat membantu memperbaiki hubungan dan menunjukkan bahwa Anda peduli dengan perasaannya. Ingatlah bahwa proses penyembuhan memerlukan waktu, kesabaran, dan konsistensi.

2 minggu yang lalu
Suka
masukan
1
warningDisclaimer: Informasi yang disampaikan di atas adalah informasi umum, bukan pengganti saran medis resmi dari dokter atau pakar.
Related content
Temukan komunitas Anda
Jelajahi berbagai jenis komunitas yang ada dan paling sesuai dengan kondisi kesehatan yang Anda hadapi.
Iklan
Iklan