Permisi dok mau nanya jadi saya melakukan hubungan intim dengan pasangan saya tanggal 13 bulan ini dok,saya tidak sampai keluar dok,apakah besar ke
... Lihat LainnyaInfertility Pada Pria
Dok izin bertanya, suami saya usia 30, tidak obesitas, tidak merokok, ataupun konsumsi alkohol, usia pernikahan 3 tahun, tidak LDR. Sudah melakukan 3x tes sperma dan 2x DFI, tes pertama hasilnya jumlah sperma hanya 1rb dan mortility 16%, lalu dianjurkan dokter untuk tes ulang di Lab lain karena kemungkinan tes sebelumnya ada kesalahan. Setelah konsumsi suplemen Biosan dan Tonicard selama 1 bulan sesuai resep dokter suami saya kembali tes sperma dan DFI. Hasilnya lebih baik, dokter membenarkan ada kesalahan di tes sebelumnya, namun hasilnya belum cukup baik. Jumlah sperma 10,3 rb, mortility 17%, dan DFI 45%. Lalu dokter menyarankan untuk melanjutkan suplemennya hingga 3 bulan berturut2, resep yang sama ditambah dengan Glisodin. Setelah konsumsi 3 bulan suami saya kembali tes sperma namun hasilnya tidak ada peningkatan signifikan, kurang lebih sama seperti sebelumnya jumlah sperma 11 rb, mortility 18% dan DFI masih tinggi di 42%. Apakah suami saya dapat terus mengonsumsi suplemen tersebut? jika iya berapa lama? Dan jika harus jeda berapa lama? Apakah ada tes lain yang bisa suami saya lakukan? mengingat hasil dari suplemen kurang efektif, harganya mahal untuk setiap bulannya, dan untuk kembali tes sperma, DFI, konsultasi dokter spesialis di RS? Ataukah ada saran lain yg dapat suami saya lakukan?
2 komentar
Terbaru
Hallo Sobat sehat, terima kasih atas pertanyaan nya.
Jumlah rata-rata sperma normal adalah antara 15–120 juta sperma per mililiter air mani yang Anda keluarkan saat ejakulasi. Jika jumlah sperma normal berkurang atau sangat sedikit, pasangan Anda akan lebih sulit hamil karena jumlah sperma yang mampu bergerak hingga menuju sel telur lebih sedikit.
Beberapa jenis vitamin dan mineral yang diperoleh dari makanan atau suplemen juga berperan penting dalam membantu meningkatkan kualitas sperma, salah satunya adalah zinc dan vitamin D.
Zinc dan vitamin D mampu meningkatkan jumlah dan memperbaiki pergerakan sperma. Ada beberapa macam makanan yang mengandung zinc, antara lain daging, kerang, produk olahan susu, roti, dan sereal. Sedangkan, vitamin D dapat diperoleh dari sinar matahari, ikan, daging merah, hati, dan kuning telur.
Kandungan selenium yang terdapat di kacang, ikan, daging, dan telur juga dapat memperbaiki pergerakan, bentuk, dan struktur sperma. Selain itu, asam folat, koenzim Q10, dan antioksidan juga dinilai dapat meningkatkan kualitas sperma.
Suplemen D-aspartic acid (D-AA) merupakan jenis asam amino yang dapat meningkatkan kadar testosteron, yaitu hormon seks pria yang berperan penting dalam produksi sperma.
Selain itu, suplemen herbal tertentu, seperti fenugreek atau kelabat (Trigonella foenum-graecum), rujak polo (Tribulus terrestris), akar maca, dan ginseng juga dipercaya dapat meningkatkan kesuburan pria. Namun, efektivitas dan keamanan suplemen herbal sebagai penambah kualitas sperma masih perlu diteliti lebih lanjut.
Selain itu juga anda harus melakukan pola hidup sehat.
Sebaiknya anda lakukan konsultasi kembali ke dokter spesialis andrologi untuk penanganan lebih lanjut.
Hai Sobat Sehat, pertanyaan Anda telah kami terima. Kami akan membantu memberikan penjelasan secara umum terlebih dulu, sebelum pakar kami memberikan respons ya.
Berdasarkan informasi yang Anda berikan, suami Anda telah melakukan beberapa tes sperma dan DFI (DNA Fragmentation Index) untuk mengevaluasi kesuburan. Meskipun ada peningkatan sedikit dalam jumlah sperma dan motilitas setelah mengonsumsi suplemen, hasilnya masih belum mencapai tingkat yang diinginkan.Penting untuk dicatat bahwa saya adalah AI dan bukan dokter yang dapat memberikan diagnosis atau saran medis secara langsung. Namun, berdasarkan informasi yang Anda berikan, ada beberapa hal yang dapat Anda pertimbangkan:
Konsultasikan dengan dokter spesialis reproduksi atau andrologi: Mengingat hasil yang belum memuaskan setelah mengonsumsi suplemen, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis yang dapat memberikan evaluasi dan saran yang lebih rinci berdasarkan kondisi suami Anda.
Evaluasi faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesuburan: Selain tes sperma dan DFI, ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi kesuburan pria, seperti gangguan hormonal, infeksi, atau masalah struktural pada sistem reproduksi. Dokter spesialis dapat melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengecualikan kemungkinan faktor-faktor ini.
Pertimbangkan opsi pengobatan lain: Jika suplemen yang telah dicoba tidak memberikan hasil yang diharapkan, dokter spesialis dapat mengevaluasi opsi pengobatan lain yang mungkin lebih efektif, seperti terapi hormonal atau teknologi reproduksi bantuan (ART) seperti IUI (inseminasi intrauterin) atau IVF (fertilisasi in vitro).
Pertimbangkan gaya hidup sehat: Meskipun suami Anda sudah menjaga gaya hidup sehat dengan tidak merokok, tidak mengonsumsi alkohol, dan tidak obesitas, tetap penting untuk mempertahankan gaya hidup sehat secara keseluruhan. Ini termasuk makan makanan bergizi, berolahraga teratur, menghindari stres berlebihan, dan tidur yang cukup.
Jeda dalam mengonsumsi suplemen: Jika suami Anda ingin melanjutkan mengonsumsi suplemen, penting untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis mengenai dosis yang tepat dan berapa lama suplemen tersebut harus dikonsumsi. Dokter dapat memberikan panduan yang lebih spesifik berdasarkan kondisi suami Anda.
Pertimbangkan opsi tes lain: Jika Anda ingin mencari opsi tes lain yang lebih terjangkau atau praktis, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis mengenai opsi tes alternatif yang mungkin tersedia.
Ingatlah bahwa setiap kasus infertilitas pria adalah unik, dan penting untuk mendapatkan evaluasi dan saran langsung dari dokter spesialis yang memahami kondisi suami Anda secara mendalam. Mereka akan dapat memberikan panduan yang lebih rinci dan spesifik berdasarkan situasi dan kebutuhan individu suami Anda.
Saya harap informasi ini dapat membantu Anda dalam mencari solusi untuk masalah kesuburan suami Anda. Tetaplah berkomunikasi dengan dokter spesialis untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Related content