Alergi adalah kondisi kesehatan yang dialami cukup banyak orang. Ada banyak pula jenis alergi di dunia, mulai dari alergi makanan, alergi debu, alergi hewan, hingga alergi obat-obatan tertentu. Apa pun jenisnya, alergi umum memunculkan gejala seperti gatal-gatal, hidung dan mata berair, bibir dan lidah bengkak, mual, atau diare. Alergi bahkan juga bisa menyebabkan gejala serius seperti syok anafilaktik yang mengancam nyawa. Kira-kira, apa yang menjadi penyebab alergi?
Penyebab alergi
Alergi muncul sebagai reaksi abnormal dari sistem imun ketika melawan zat asing yang pada dasarnya tidak berbahaya. Sistem imun seharusnya mampu membedakan mana partikel yang aman, yang bermanfaat, dan mana yang benar-benar berbahaya.
Sistem imun yang normal hanya akan aktif bekerja melawan partikel asing yang dapat membahayakan kesehatan atau mengancam nyawa. Misalnya bakteri, virus, parasit, jamur, atau zat asing lainnya yang menyebabkan penyakit. Sementara jika makanan yang masuk, sistem imun tidak akan bereaksi negatif karena tahu itu bermanfaat buat tubuh.
Namun bagi orang yang memiliki alergi, sistem imunnya tidak bekerja demikian. Sistem imun mereka tidak bisa, keliru, atau kebingungan membedakan mana zat yang aman dan buruk. Sistem imun pengidap alergi akan otomatis menganggap zat biasa sebagai ancaman dan menyerangnya.
Zat yang dianggap berbahaya oleh tubuh yang alergi ini disebut sebagai alergen. Masuknya alergen ke dalam tubuh menyebabkan sistem imun melepaskan antibodi Immunoglobulin E (IgE) ke aliran darah. Antibodi ini akan langsung menghancurkan zat asing yang dianggapnya berbahaya; padahal normalnya tidak. Pelepasan antibodi IgE juga membawa histamin dan bahan kimia lain yang dapat memicu reaksi alergi.
Faktor risiko alergi
Alergi adalah kondisi yang umum ditemui di dunia. Namun sampai saat ini, para pakar kesehatan masih belum mengetahui apa pastinya penyebab dari alergi. Belum jelas pula apa yang menyebabkan sistem imun bisa memunculkan reaksi berbeda terhadap zat-zat tertentu.
Namun, peluang Anda memiliki alergi dapat lebih tinggi jika Anda memiliki satu atau lebih dari faktor risiko di bawah ini:
1. Genetik
Warisan genetik yang diturunkan dalam keluarga adalah salah satu faktor risiko penyebab alergi.
Jika anggota keluarga terdekat Anda ada yang memiliki alergi, Anda berpeluang lebih besar memilikinya. Misalnya orangtua atau saudara kandung Anda ada yang punya riwayat alergi. Maka, Anda juga bisa mengalami kondisi yang sama
Sampai saat ini dokter dan ahli kesehatan masih mencari tahu gen mana yang bertanggung jawab menjadi faktor penyebab kemunculan alergi. Namun, gen Anda sendiri mungkin bukan jadi satu-satunya faktor penentu yang menjadi penyebab alergi.
2. Terlalu jarang terpapar alergen
Mengutip Livescience, risiko seseorang memiliki alergi dapat lebih tinggi jika sejak masa kanak-kanak dibiasakan hidup di lingkungan yang terlalu bersih. Dengan begitu, sistem imun tidak mendapat banyak kesempatan untuk terpapar berbagai macam zat asing yang ada di sekitarnya. Maka nanti tubuh si anak tidak bisa membedakan mana zat yang benar-benar harus dilawan dan yang tidak.
Penelitian yang dikutip Livescience menemukan, risiko alergi dan asma pada anak yang sering terpapar alergen di rumah sejak lahir sampai umur setahun justru lebih rendah ketimbang anak yang dibiasakan hidup terlalu “steril” di rumah yang terlalu bersih dan bebas zat alergen.
Menurut dr. Christine Cole Johnson, salah satu peneliti dan ketua Department of Public Health Sciences di Detroit, tidak jelas apa alasannya sering terpapar alergen sejak kecil bisa membuat seseorang lebih kebal alergi.
Namun, dr. Johnson dan timnya menduga frekuensi paparan yang tinggi selama masa tumbuh kembang emas akan menghasilkan sistem kekebalan yang lebih kuat dan baik.
4. Dibatasi makan makanan tertentu
Apabila sejak kecil Anda tidak diperbolehkan makan makanan tertentu oleh orangtua, ini bisa jadi faktor risiko penyebab munculnya alergi. Misalnya Anda dibatasi makan kacang atau telur sejak kecil karena orangtua sudah keburu takut akan kena alergi; padahal belum tentu. Maka saat dewasa nanti, sistem imun tubuh Anda akan lebih sensitif terhadap makanan tersebut.
American Academy of Pediatrics (AAP) menuturkan, memvariasikan menu makan anak sejak dini justru dapat mencegah risiko alergi berkembang di kemudian hari. Tidak ada alasan juga untuk menunda memberikan bayi makanan yang sering dianggap sebagai pemicu alergi, misalnya seperti kacang, telur, atau ikan.
Dr. Scott Sicherer, seorang ahli alergi di Rumah Sakit Mount Sinai di New York merekomendasikan setiap orangtua untuk memberi makanan jenis apapun tanpa harus takut menjadi penyebab alergi nantinya.
Alergi makanan pada umumnya terjadi akibat sistem imun tubuh yang salah menganggap protein dalam kandungannya sebagai zat asing. Maka dari itu, membiasakan anak makan makanan bervariasi sejak dini menjadi kesempatan untuk orangtua mengenalkan protein sebagai zat yang baik.
Sistem kekebalan tubuh anak umumnya juga masih akan terus berkembang, sehingga dapat menyesuaikan reaksinya terhadap berbagai kandungan makanan.
Dr. Sicherer juga mengatakan, orangtua bisa memberikan makanan yang sering menjadi penyebab alergen didampingi dengan nasi, buah-buahan, atau sayuran sebagai awal perkenalan.
Berbagai pemicu alergi yang umum
Respon abnormal dari sistem imun terhadap zat umum adalah faktor utama dari penyebab munculnya reaksi alergi. Paparan alergen baik itu lewat jalur hirup, konsumsi mulut, atau kontak langsung dengan kulit bisa memicu sistem imun memproduksi immunoglobulin E dan histamin untuk menghasilkan gejala alergi.
Nah, berikut adalah beberapa zat yang sering menjadi penyebab alergi seseorang muncul atau kambuh:
1. Obat tertentu
Beberapa obat bisa menjadi pemicu kumatnya alergi. Antara lain obat antinyeri non-steroid (NSAID), antibiotik, obat kemoterapi, obat antikejang, dan ACE inhibitor.
Gejala seperti gatal, batuk, dan muntah biasanya terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah mengonsumsi obat.
2. Makanan tertentu
Beberapa makanan yang umum jadi penyebab alergi kumat adalah susu dan produk olahannya, kacang dan produk olahannya, biji-bijian seperti gandum, dan makanan laut (ikan, kerang, kepiting, udang, dan lain sebagainya).
Makanan seharusnya tidak dianggap berbahaya oleh tubuh karena justru menguntungkan. Namun, tubuh beberapa orang bisa menganggapnya sebagai zat asing yang berpotensi merusak sehingga harus dibasmi.
Alergi makanan menyebabkan reaksi seperti gatal-gatal di kulit, bibir bengkak, diare, mengi, dan bahkan anafilaksis jika terlalu banyak.
3. Debu, spora jamur, tungau
Menghirup udara berdebu yang mengandung partikel tungau dan spora jamur dapat menimbulkan gejala alergi.
Debu rentan menyebar saat cuaca kering dan berangin. Meski beberapa partikel debu dan spora ada juga yang lebih mudah menyebar bersama kabut atau embun ketika udara lembap. Alhasil, menghiruo udara berdebu membuat Anda jadi batuk-batuk, bersin-bersin, gatal-gatal.
Debu dapat ditemukan di rumah Anda, seperti di sofa, kasur, dan juga furnitur berlapis kain dan karpet.
4. Bulu hewan
Hewan berbulu seperti anjing atau kucing sering dianggap penyebab kumatnya gejala alergi. Namun, bukan bulu dari hewan yang sebenarnya memicu alergi, melainkan partikel-partikel yang tersangkut di antaranya.
Bulu hewan dapat mengandung protein dari residu air liur, urine, sel kulit mati, dan feses. Bulu hewan yang rontok dan membawa sebagian partikel ini dapat beterbangan di udara dan kemudian terhirup. Saat masuk ke dalam tubuh, barulah sistem imun akan bereaksi dengan memunculkan gejala alergi. Reaksi alergi yang pertama kali muncul biasanya badan gatal-gatal dan langsung bersin-bersin.
Gejala alergi biasanya muncul dalam beberapa menit hingga 8-12 jam setelah kontak dengan hewan.
5. Pemicu alergi lainnya
Selain empat jenis pemicu alergi di atas, ada beberapa hal lain yang bisa memicu reaksi alergi namun mungkin kurang umum. Misalnya:
- Lateks terbuat dari karet dan mengandung protein. Protein di dalam lateks inilah yang menyebabkan tubuh bereaksi dan menghasilkan gejala alergi. Lateks umumnya terdapat di pakaian dan juga menjadi bahan dasar kondom.
- Gigitan serangga. Gigitan serangga dapat membuat kulit gatal, bengkak, dan juga demam. Serangga saat menggigit biasanya akan mengeluarkan racun, yang dianggap tubuh sebagai zat asing yang harus dilawan.
- Serbuk sari yang terlepas dari putiknya saat bunga mekar bisa terbawa angin sampai terhirup. Antibodi tubuh akan menganggap serbuk sari berbahaya dan menjadi penyebab kambuhnya gejala alergi.
[embed-health-tool-bmr]