Badan yang panas memang erat kaitannya dengan demam. Namun, ternyata ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan badan panas, tapi tidak menimbulkan gejala demam.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Badan yang panas memang erat kaitannya dengan demam. Namun, ternyata ada beberapa kondisi yang bisa menyebabkan badan panas, tapi tidak menimbulkan gejala demam.
Anda dikatakan mengalami demam jika memiliki suhu tubuh di atas 38°C. Lantas, apa yang menyebabkan tubuh terasa panas secara tiba-tiba?
Kenaikan suhu tubuh ternyata tidak selalu berkaitan dengan suatu kondisi medis. Terkadang, hal ini bahkan bisa terjadi saat Anda melakukan aktivitas sehari-hari.
Supaya Anda tidak panik ketika merasakan badan yang menghangat, kenali berbagai penyebabnya berikut.
Ketika berolahraga, Anda membutuhkan energi yang lebih banyak. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, tubuh Anda akan membakar lemak sebagai simpanan energi.
Panas merupakan hasil sampingan dari proses tersebut. Namun, kondisi ini biasanya tidak bertahan lama karena panas akan dikeluarkan dalam bentuk keringat.
Sensasi panas bisa bisa semakin kuat jika Anda melakukan olahraga atau aktivitas berat di tempat yang panas.
Studi yang diterbitkan dalam jurnal Temperature (2015) menyebutkan bahwa senyawa capsaicin dalam cabai bisa menimbulkan panas pada tubuh Anda.
Capsaicin akan merangsang reseptor panas pada lidah dan tenggorokan yang disebut vanilloid type 1 (TRPV1).
TRPV1 akan mengirimkan sinyal pada otak bahwa Anda sedang kepanasan. Inilah mengapa tubuh Anda terasa panas saat makan makanan pedas.
Selain cabai, makanan panas, alkohol, dan minuman berkafein juga bisa meningkatkan panas tubuh.
Peningkatan hormon adrenal dan kortisol saat stres akan menimbulkan serangkaian gejala fisik, seperti peningkatan detak jantung.
Ketika jantung bekerja lebih keras, aliran darah dalam tubuh akan semakin deras. Saat darah berkumpul di bawah kulit, Anda akan merasakan bahwa suhu badan menjadi lebih panas, tapi tidak demam.
Kondisi ini biasanya terjadi bersamaan dengan respons fight-or-flight (diam atau lari) saat Anda menghadapi penyebab stres.
Pakaian bagaikan selimut bagi tubuh Anda. Pakaian yang Anda kenakan akan menjaga sirkulasi udara dan panas pada tubuh Anda.
Penggunaan pakaian tebal saat cuaca hangat akan menahan udara di antara pakaian dan kulit. Inilah yang membuat tubuh Anda bisa panas jika salah memilih pakaian.
Selain ketebalan, bahan dan warna pakaian juga bisa memengaruhi panas tubuh. Pakaian berwarna terang cenderung memantulkan panas sehingga lebih cocok digunakan saat Anda beraktivitas di luar rumah.
Peningkatan hormon tiroid pada seseorang dengan hipertiroidisme akan membuat proses metabolisme berjalan lebih cepat.
Ini berarti tubuh Anda membakar energi lebih cepat dari biasanya. Kondisi inilah yang membuat tubuh Anda terasa panas.
Selain itu, hormon tiroid juga membuat tubuh terasa panas melalui aktivitas protein yang disebut uncoupling protein 1 (UCP1).
Semakin tinggi aktivitas UCP1 karena hipertiroidisme, tubuh Anda akan terasa semakin panas.
Pasien diabetes lebih mudah merasakan dehidrasi dan dehidrasi membuat tubuh lebih sensitif terhadap panas. Kondisi ini bisa semakin memburuk jika Anda sering buang air kecil.
Kerusakan pembuluh darah dan saraf akibat diabetes juga bisa membuat badan terasa panas meski pengukuran termometer tidak menandakan demam.
Ini karena seseorang dengan diabetes cenderung lebih sedikit memproduksi keringat untuk mengeluarkan panas.
Saat olahraga, Anda akan berkeringat untuk menjaga suhu tubuh tetap stabil. Namun, kondisi ini mungkin tidak terjadi pada seseorang dengan anhidrosis.
Anhidrosis adalah kondisi saat tubuh Anda susah berkeringat, bahkan setelah olahraga atau berada di tempat yang panas. Akibat keringat yang tertahan, badan Anda akan terasa panas meski sedang tidak demam.
Orang yang mengalami gangguan ini perlu segera mendapat perawatan jika sudah timbul gejala peningkatan detak jantung atau sering sakit kepala.
Saat hamil, aliran darah dalam tubuh Anda akan meningkat. Kondisi inilah yang membuat kulit ibu hamil cenderung terasa lebih hangat.
Selama Anda tidak merasakan gejala lain, badan panas saat hamil bukanlah kondisi yang perlu dikhawatirkan.
Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kondisi tersebut semakin memburuk adalah menghindari pakaian yang terlalu ketat dan paparan langsung sinar matahari.
Perubahan kadar estrogen pada wanita yang memasuki masa menopause atau perimenopause ternyata juga bisa menyebabkan badan panas. Kondisi ini dikenal sebagai hot flashes.
Selain tubuh yang menghangat, hot flashes biasanya juga disertai dengan keringat berlebih, terutama pada malam hari.
Namun, kondisi ini biasanya hanya berlangsung singkat, yakni sekitar 30 detik sampai 10 menit.
Penanganan terhadap badan yang panas meski tidak demam tentu perlu disesuaikan dengan penyebabnya.
Jika penyebab kenaikan suhu tubuh berasal dari faktor lingkungan atau gaya hidup, berikut adalah beberapa upaya yang bisa Anda lakukan untuk mengatasinya.
Namun, apabila kenaikan suhu tubuh Anda disebabkan oleh kondisi medis tertentu, bicarakan dengan dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa
General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar