3. Intoleransi makanan atau alergi
Jika bayi memiliki intoleransi laktosa atau alergi terhadap suatu bahan makanan, seperti protein susu sapi, ini dapat menyebabkan reaksi pada pencernaannya.
Salah satu kemungkinan reaksi tersebut, yaitu feses bayi yang menjadi berbusa.
Selain perubahan pada feses bayi, kondisi ini juga bisa menyebabkan gejala lain, seperti ruam kulit, muntah, atau kesulitan bernapas.
4. Infeksi saluran pencernaan
Infeksi bakteri, virus, atau parasit di saluran pencernaan bayi dapat menyebabkan pup berbusa.
Beberapa infeksi tersebut di antaranya gastroenteritis, infeksi usus oleh rotavirus, infeksi Salmonella typhi atau Escherichia coli (E. coli), dan infeksi parasit Giardia.
Kondisi ini juga sering disertai dengan gejala lain, seperti diare, muntah, demam, atau kelelahan.
5. Konsumsi antibiotik
Penggunaan antibiotik oleh ibu saat menyusui atau oleh bayi itu sendiri bisa menyebabkan pup si Kecil berbusa.
Antibiotik sering mengganggu keseimbangan bakteri alami di saluran pencernaan, baik pada bayi maupun orang dewasa.
Ini bisa menimbulkan perubahan dalam konsistensi tinja dan jumlah bakteri yang dapat menyebabkan BAB berbusa.
Selain membuat tinja berbusa, antibiotik juga dapat menyebabkan perubahan lain dalam saluran pencernaan bayi, seperti diare atau iritasi lambung.
Apakah BAB bayi berbusa berbahaya?
BAB berbusa merupakan kondisi yang umum pada bayi dan tidak selalu berbahaya. Meski begitu, Ibu sebaiknya memeriksakan si Kecil ke dokter jika pup yang berbusa disertai dengan gejala lain, seperti demam, diare berat, muntah, atau kehilangan berat badan yang signifikan, Dokter dapat membantu menentukan penyebabnya dan memberikan saran atau perawatan yang sesuai.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar