3. Perdarahan
Alasan lain mengapa bumil membutuhkan transfusi darah adalah perdarahan berat.
Dua kondisi yang paling sering membuat ibu hamil membutuhkan tambahan darah pada awal kehamilan adalah keguguran dan kehamilan ektopik.
Masalah pada plasenta, seperti abruptio plasenta, infeksi vagina berat, hingga erosi serviks, juga bisa menjadi penyebab ibu hamil perlu mendapatkan transfusi darah.
Tidak hanya selama masa kehamilan, berbagai kondisi di atas juga dapat meningkatkan risiko perdarahan saat melahirkan.
Oleh karena itu, pertimbangkan untuk melahirkan di rumah sakit dengan layanan transfusi darah yang memadai jika Anda mengalami salah satunya.
Hal yang perlu diperhatikan sebelum transfusi darah saat hamil
Menerima tindakan medis, termasuk transfusi darah, mungkin terasa sedikit lebih menakutkan jika dilakukan selama masa kehamilan.
Namun, perlu Anda ingat bahwa transfusi darah yang diberikan selama kehamilan merupakan tindakan untuk mengurangi berbagai risiko komplikasi yang bisa dialami ibu dan janin akibat kekurangan darah.
Pasalnya, darah memiliki peran penting untuk menyebarkan oksigen dan zat gizi di dalam tubuh, termasuk ke tubuh janin.
Satu hal yang membedakan transfusi darah ibu hamil dengan wanita yang tidak hamil adalah komponen darah yang diberikan.
Mengutip situs Royal College of Obstetricians & Gynaecologists (RCOG), ibu hamil biasanya hanya menerima transfusi hemoglobin, tidak termasuk trombosit dan plasma.
Proses transfusi biasanya memakan waktu hingga tiga jam untuk satu kantong darah yang berisi sekitar 300 cc darah.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar