Prolaktin merupakan salah satu hormon yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita. Meski begitu, kelebihan hormon prolaktin bisa menimbulkan gangguan yang disebut dengan hiperprolaktinemia.
Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None
Prolaktin merupakan salah satu hormon yang dibutuhkan oleh pria maupun wanita. Meski begitu, kelebihan hormon prolaktin bisa menimbulkan gangguan yang disebut dengan hiperprolaktinemia.
Karena prolaktin erat kaitannya dengan sistem reproduksi, hiperprolaktinemia bisa menjadi penyebab susah hamil.
Hiperprolaktinemia adalah kondisi ketika jumlah hormon prolaktin dalam darah melebihi batas wajar. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa menyebabkan masalah kesuburan pada pria maupun wanita.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, berikut adalah kadar normal hormon prolaktin dalam tubuh manusia.
Selama masa kehamilan dan menyusui, jumlah prolaktin memang akan naik drastis karena hormon ini berfungsi untuk mendorong produksi ASI.
Meski sebagian besar kasus hiperprolaktinemia tidak mengancam nyawa, kondisi ini bisa menyebabkan kemandulan dan masalah kesuburan lainnya.
Hiperprolaktinemia terjadi pada sepertiga wanita yang bermasalah dengan masa subur. Contohnya, ketika menstruasi tidak teratur padahal Anda tidak memiliki riwayat gangguan ovarium.
Kondisi ini lebih banyak ditemukan pada wanita, khususnya yang berusia di bawah 40 tahun.
Pria dan wanita bisa memiliki gejala yang berbeda karena keduanya memiliki sistem reproduksi yang berbeda pula.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang biasanya dialami orang-orang dengan hiperprolaktinemia.
Hyperprolactinemia sering kali juga tidak menimbulkan gejala atau hanya berskala ringan sehingga tidak disadari.
Maka, apabila Anda merasakan ada yang aneh dengan sistem reproduksi Anda, segera periksakan diri Anda ke dokter.
Prolaktinoma atau tumor kelenjar pituitari adalah penyebab utama dari hiperprolaktinemia. Pasalnya, pada kelenjar pituitari itulah hormon prolaktin diproduksi.
Selain itu, berikut adalah kondisi lain yang juga bisa menyebabkan hyperprolactinemia.
Namun, ternyata hampir sepertiga dari kasus hiperprolaktinemia pada wanita tidak diketahui penyebabnya. Kondisi ini disebut hiperprolaktinemia idiopatik.
Dokter akan melakukan diagnosis untuk hiperprolaktinemia berdasarkan gejala, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan pasien. Pasien juga perlu dipastikan bahwa mereka tidak sedang hamil atau menyusui.
Untuk memastikan diagnosis, dokter biasanya meminta pasien untuk tes darah atau pemindaian MRI.
Tes darah bertujuan untuk mengukur kadar hormon prolaktin di dalam tubuh.
Kadar prolaktin pada angka 25 ng/ml biasanya tidak menyebabkan perubahan siklus menstruasi. Namun, kondisi ini tetap bisa menurunkan kesuburan.
Perubahan siklus menstruasi biasanya terjadi saat kadar prolaktin berada di angka 50-100 ng/ml.
Sementara itu, jika tes darah menunjukkan kadar prolaktin di atas 100 ng/ml, Anda mungkin mengalami menopause dini.
Pasien diduga memiliki prolaktinoma jika kadar prolaktinnya di atas 250 ng/ml. Untuk memastikan kondisi ini, dokter biasanya melakukan MRI.
Pemeriksaan organ tubuh dengan gelombang radio ini akan memperlihatkan kondisi kelenjar pituitari sehingga dokter bisa mengetahui ukuran tumor.
Penanganan hiperprolaktinemia bertujuan untuk menurunkan kadar prolaktin hingga kembali ke angka normal.
Jenis perawatan yang diterima setiap pasien bisa berbeda-beda, tergantung dengan kondisi, penyebab, usia, dan riwayat kesehatan.
Berikut ini adalah beberapa pengobatan yang bisa diberikan pada pasien hiperprolaktinemia.
Bromokriptin dan kabergolin merupakan jenis obat yang paling sering diresepkan untuk pasien hyperprolactinemia.
Obat biasanya diberikan dalam dosis rendah terlebih dahulu. Dosis akan ditingkatkan secara perlahan sampai hormon prolaktin kembali normal.
Efek samping kabergolin dinilai lebih rendah dibandingkan bromokriptin. Meski begitu, Anda harus selalu mengonsumsi obat sesuai petunjuk dokter.
Jika pengobatan tidak juga menurunkan kadar hormon atau justru menyebabkan alergi, dokter bisa merekomendasikan operasi. Cara ini biasanya dilakukan jika hiperprolaktinemia disebabkan oleh prolaktinoma.
Apabila operasi tidak berhasil, pasien akan menerima pengobatan dengan radiasi untuk memperkecil tumor.
Pengobatan pasien hiperprolaktinemia juga bisa disesuaikan dengan penyebabnya. Contohnya, pada pasien dengan hipotiroidisme, dokter akan mengobatinya dengan pemberian hormon tiroid sintetis.
Sementara itu, jika hiperprolaktinemia disebabkan oleh obat-obatan, dokter bisa meresepkan obat pengganti dengan fungsi serupa, tetapi tidak menimbulkan efek samping berupa peningkatan hormon prolaktin.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar