“Kalau masih muda begini, hipertensi biasanya karena stres,” jelasnya.
Saat konsultasi ke psikiater, ia meminta untuk mengisi kuesioner dengan 30 soal, lalu melakukan wawancara. Hasilnya, saya menderita depresi.
Saat psikiater tahu faktor yang membuat saya depresi adalah rasa sakit saat berhubungan seksual, ia merujuk ke dokter kandungan.
Ini adalah pemeriksaan yang sangat parah, hanya untuk periksa vagina dengan memasukkan cocor bebek, proses ini butuh satu jam.
Saya berontak, teriak, dan menjerit kesakitan sampai 4 tenaga medis harus menenangkan. Psikiater, dokter kandungan, dan dua suster.
Hasilnya masih sama seperti pemeriksaan dokter umum saat awal perjalanan. Dokter kandungan hanya menganggap saya kurang rileks dan ketakutan.
Selanjutnya, dokter merujuk saya ke psikolog untuk menjalani hipnoterapi dan mendapat gambaran soal hubungan seksual.
Satu bulan setelah terapi, kondisi saya masih sama, tidak ada perkembangan yang berarti.
Mulai ada pencerahan setelah konsultasi ke psikiater dan dokter kandungan di rumah sakit

Tidak ada perkembangan yang berarti, membuat saya memutar otak lebih keras. Akhirnya, saya mencari psikiater rumah sakit yang bisa menangani pengobatan jangka panjang.
“Mbak tahu ada penyakit namanya vaginismus?” jelas psikiater kedua yang saya temui.
Titik terang seputar penyakit ini mulai terlihat. Berbeda dengan psikiater di Puskesmas, psikiater di rumah sakit paham tentang penyakit ini.
Sejak saat itu saya mulai mengerti penyakitnya dan mulai mencari pengobatan-pengobatan dan pengalaman orang lain untuk mengatasi vaginismus.
Kemudian psikiater merujuk saya ke dokter kandungan di rumah sakit.
Mengingat sudah menjalani terapi dengan psikolog dan mendapat berbagai obat, saya jadi lebih tenang saat pemeriksaan.
“Iya benar kamu kena vaginismus, tetapi vaginismus yang tidak terlalu parah, ini masih ringan. Tinggal latihan saja,” penjelasannya membuat saya sedikit tenang.
Dokter kandungan mengenalkan saya pada komunitas pejuang vaginismus. Bergabung dengan komunitas ini membuat saya merasa ada teman senasib.
Psikiater dan dokter di rumah sakit membuat saya nyaman saat konsultasi. Kalau saya tidak bertemu dengannya, mungkin sampai sekarang saya masih mencari ahli yang tepat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar