Belakangan ini, marak bermunculan produk yang disebut-sebut sebagai parfum pheromone atau feromon. Parfum ini diklaim mengandung hormon feromon yang dapat menarik lawan jenis. Kepopuleran parfum ini menimbulkan pertanyaan, apa benar feromon dapat menarik lawan jenis? Nah, artikel ini akan memaparkan seputar feromon, fungsinya, serta keberadaannya di dalam tubuh manusia.
Apa itu feromon?
Feromon atau pheromone adalah zat kimia yang dihasilkan dari tubuh hewan.
Zat kimia ini merupakan senyawa alami yang dilepaskan tubuh dan memiliki berbagai fungsi.
Zat feromon sering diartikan sebagai zat pengubah perilaku karena bisa merangsang gairah seksual pada spesies sejenis.
Fungsi feromon pada hewan tak hanya untuk memancing gairah seks saat musim kawin, tetapi juga mengklaim daerah teritori, membela diri dari hewan lain, serta mengatur fungsi tubuh lainnya.
Setiap hewan memiliki aroma pheromone yang khas dan berbeda-beda.
Para ilmuwan percaya bahwa feromon adalah salah satu sarana komunikasi pada hewan yang mampu memunculkan respons perilaku spesiesnya secara langsung.
Misalnya, ngengat sutra betina melepaskan jejak molekul bombykol yang secara tidak langsung menarik ngengat laki-laki hingga mereka menemukannya dan bisa bereproduksi.
Ada 4 jenis feromon dengan berbagai fungsi berbeda, yaitu:
- Signaler pheromone: berperan dalam proses induk mengenali bayinya yang baru lahir.
- Modulator pheromone: mengubah atau menjalankan fungsi-fungsi tubuh, salah satunya siklus menstruasi.
- Releaser pheromone: digunakan sebagai daya tarik seksual.
- Primer pheromone: berdampak pada kinerja tubuh, mulai dari kehamilan, pubertas, menstruasi, bahkan memengaruhi jumlah hormon pada makhluk hidup lain.
Apakah manusia juga menghasilkan hormon ini?
Sudah diketahui bahwa feromon memiliki beragam fungsi pada tubuh hewan.
Namun, yang masih menjadi pertanyaan adalah mengenai keberadaan dan fungsi hormon feromon pada manusia.
Penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan apakah manusia benar-benar memiliki feromon atau tidak dan seperti apa persisnya struktur zat tersebut.
Para ahli melakukan berbagai penelitian untuk mencari tahu jawaban dari pertanyaan tersebut.
Hasilnya, hingga saat ini belum ada bukti yang kuat mengenai keberadaan hormon tersebut pada tubuh manusia.
Akan tetapi, beberapa penelitian mengungkapkan bahwa manusia mungkin memiliki hormon yang bekerja serupa dengan feromon pada hewan.
Salah satu studi yang mengkaji fenomena ini terdapat di jurnal Plos One.
Dari studi tersebut, ditemukan bahwa androstadienone, salah satu komponen keringat pria bisa meningkatkan ketertarikan, memengaruhi suasana hati, serta menurunkan kadar kortisol pada lawan jenis.
Ditambah lagi, androstadienone juga diyakini berdampak positif pada perilaku kerja sama antar sesama pria.
Fenomena yang serupa juga ditemukan pada tubuh wanita.
Menurut sebuah penelitian dari Natural Product Communications, sekelompok wanita yang mencium bau keringat dari wanita lain mengalami perubahan pada siklus menstruasinya, tergantung kondisi dari wanita yang dicium baunya.
Meski demikian, belum bisa dipastikan apakah perubahan siklus haid tersebut memang benar ada kaitannya dengan bau yang dikeluarkan tubuh atau ada faktor pendukung lainnya.
Banyak ahli yang percaya bahwa androstadienone pada pria dan estratetraenol pada wanita adalah senyawa yang serupa dengan feromon.
Androstadienone pada pria diproduksi di kelenjar keringat serta testis, sedangkan estratetraenol terkandung pada urine wanita.
Walaupun begitu, zat kimia alami yang dilepaskan oleh tubuh manusia ini belum bisa dipastikan sebagai feromon karena strukturnya terlalu rumit untuk bisa digolongkan sebagai zat tersebut.
Benarkah manusia bisa menarik lawan jenis dengan feromon?
Untuk serangga dan organisme kecil lainnya, pheromone adalah aroma yang bisa dideteksi untuk membantu mereka berkomunikasi satu sama lain.
Sementara itu, mamalia dan reptil mencium feromon dengan bantuan area sensoris kecil yang terletak di dalam hidung.
Area tersebut dikenal sebagai organ vomeronasal (VNO). Organ vomeronasal juga sebenarnya ditemukan pada tubuh manusia.
Namun, para ahli meyakini bahwa VNO tidak berpengaruh besar pada penciuman manusia.
Walaupun feromon pada manusia masih diperdebatkan keberadaannya, beberapa penelitian menunjukkan bahwa reaksi manusia terhadap senyawa tersebut berbeda dari hewan.
Manusia tidak mampu mendeteksi zat kimia tubuh yang dikeluarkan orang lain sehingga tidak ada bau yang nyata yang dirasakan. Selain itu, sejauh mana tubuh manusia merespons sinyal ini juga masih dipertanyakan.
Sebuah studi dari Royal Society Open Science melibatkan partisipan pria dan wanita.
Penelitian ini bertujuan untuk menilai apakah feromon berpengaruh pada bagaimana mereka menilai jenis kelamin seseorang serta ketertarikan mereka terhadap lawan jenis.
Studi tersebut meminta partisipan mencium 3 aroma yang berbeda, yaitu aroma netral, androstadienone, serta estratetraenol.
Selanjutnya, para partisipan diminta untuk melihat berbagai foto wajah manusia dan menilai jenis kelamin, daya tariknya, serta kemungkinan si pemilik wajah untuk berselingkuh dalam hubungan.
Hasilnya cukup mengejutkan karena ternyata tidak ada bukti bahwa kedua senyawa tersebut bisa memengaruhi penilaian manusia terhadap daya tarik lawan jenisnya.
Apa pengaruh hormon ini terhadap gairah seks seseorang?
Penelitian lain dari jurnal Facts, Views, and Vision in ObGyn mencari tahu apa dampak hormon androstadienone pria terhadap wanita.
Dalam studi tersebut, peneliti mengoleskan sedikit dosis androstadienone pada area bibir atas wanita.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah mencium senyawa tersebut akan berpengaruh pada gairah seks wanita atau tidak.
Ternyata, mengendus aroma androstadienone dapat meningkatkan suasana hati serta mempertajam fokus pada wanita, khususnya untuk menangkap informasi yang bersifat emosional pada lawan jenis.
Secara tidak langsung, suasana hati yang baik berkaitan erat dengan respon seksual pada wanita.
Sementara itu, peningkatan fokus juga berdampak positif pada kepuasan seksual wanita.
Tak berhenti sampai di situ, senyawa androstadienone juga kemungkinan berperan besar dalam bagaimana wanita menilai daya tarik pria.
Kendati demikian, efek androstadienone mungkin akan bergantung pada faktor lain, misalnya apakah pria pemilik senyawa tersebut ada di dekat wanita atau tidak.
Hasil penelitian yang berbeda-beda ini tentunya menimbulkan perdebatan mengenai keberadaan feromon alami pada manusia serta keefektifannya untuk menarik lawan jenis.
Sejauh ini, belum ada penelitian yang benar-benar menyepakati ada atau tidaknya hormon ini di manusia, serta cara kerjanya untuk menjalankan fungsi-fungsi tubuh.
Kesimpulan mengenai feromon pada manusia
Intinya, terlepas dari ada atau tidaknya feromon pada tubuh manusia, pada dasarnya manusia tidak bertindak atau menjalankan fungsi-fungsi tubuhnya dengan bermodalkan indra penciuman saja.
Manusia dan hewan sangatlah berbeda. Jika hewan secara alamiah akan bereaksi terhadap bau, manusia tidak sesederhana itu.
Berkat kapasitas otak yang begitu besar dan cara kerjanya yang rumit, indra penciuman berperan sangat sedikit terhadap perilaku serta fungsi-fungsi tubuh manusia.
Keberadaan hormon memang berpengaruh pada seksualitas manusia, tetapi faktor lain seperti penglihatan, pendengaran, bahkan kondisi kesehatan memegang peran yang lebih besar.
[embed-health-tool-ovulation]