Spermisida adalah metode kontrasepsi yang murah, tidak memengaruhi hormon, dan tidak mengganggu aktivitas seksual Anda. Namun, seperti metode kontrasepsi lainnya, spermisida juga memiliki efek samping dan masih ada kemungkinan bagi penggunanya untuk hamil.
Spermisida dan efek sampingnya
Spermisida bekerja dengan menghalangi mulut rahim dan memperlambat pergerakan sperma menuju sel telur guna mencegah kehamilan.
Agar bisa bekerja efektif, spermisida harus dimasukkan ke bagian dalam vagina yang dekat dengan mulut rahim.
Produk spermisida bisa bermacam-macam bentuknya, mulai dari krim, busa, dan gel bisa langsung dimasukkan memakai aplikator.
Spermisida supositoria akan langsung meleleh begitu berada dalam vagina. Sementara spermisida berbentuk lembaran ditempatkan di dalam vagina menggunakan tangan.
Spermisida terbuat dari bahan kimia yang disebut nonoxynol-9.
Mengingat senyawa ini bersinggungan langsung dengan vagina, efek samping spermisida umumnya berkaitan dengan masalah pada vagina serta area kulit di sekitarnya.
Efek samping yang paling sering dialami pengguna spermisida antara lain iritasi, rasa perih dan terbakar, serta rasa gatal pada vagina.
Vagina juga dapat menjadi kering, mengeluarkan bau khas, atau mengeluarkan cairan menyerupai keputihan.
Pada beberapa orang, penggunaan spermisida berisiko menyebabkan gangguan kesehatan yang lebih serius.
Di antaranya dermatitis kontak, reaksi alergi, peradangan dan infeksi pada vagina, infeksi saluran kemih, serta iritasi pada rektum.
Infeksi dan iritasi akibat efek samping spermisida harus segera ditangani secara medis.
Pasalnya, kedua kondisi ini akan mempermudah masuknya bakteri dan virus sehingga meningkatkan risiko terkena penyakit menular seksual.
Jika Anda atau pasangan merasakan gejala tertentu setelah berhubungan intim dengan menggunakan spermisida, hentikan penggunaan produk tersebut.
Gantilah dengan merek lain atau metode kontrasepsi lain yang minim efek samping.
Apakah spermisida ampuh mencegah kehamilan?
Tingkat efektivitas spermisida dapat berubah, tergantung cara Anda menggunakannya dan apakah Anda menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
Menggunakan spermisida tanpa metode lain biasanya memiliki keberhasilan mencegah kehamilan sebesar 70-80 persen.
Tak bisa dipungkiri, spermisida masih memiliki banyak kekurangan dibandingkan metode kontrasepsi lain.
Selain berisiko menimbulkan efek samping pada organ intim, efektivitas spermisida masih kalah dibandingkan kondom atau sistem kalender.
Sekitar 18 dari 100 orang yang menggunakan spermisida akan tetap hamil setiap tahunnya.
Angka ini bahkan dapat meningkat menjadi 28 orang karena tidak semua orang yang memilih spermisida memahami cara tepat menggunakannya.
Meski demikian, Anda bisa meningkatkan efektivitas spermisida dengan menggunakan metode kontrasepsi tambahan.
Efektivitas yang tadinya 70-80 persen dapat menjadi 97 persen apabila Anda menggunakan spermisida dan pasangan memakai kondom.
Untuk mencapai efektivitas yang sedemikian tinggi, pasangan Anda tentunya harus mengetahui cara memakai kondom yang benar.
Kondom juga akan melindungi penis dari efek samping spermisida maupun risiko penyakit menular seksual.
Spermisida dapat menjadi metode kontrasepsi yang ampuh selama Anda tidak mengalami gangguan kesehatan setelah menggunakannya.
Sebaliknya, Anda mungkin perlu mempertimbangkan metode kontrasepsi lain jika penggunaan spermisida menimbulkan efek tertentu bagi kesehatan.
Berkonsultasilah dengan dokter untuk mendapatkan penanganan dan mencari metode kontrasepsi lain yang lebih sesuai dengan kondisi Anda.
[embed-health-tool-ovulation]