backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Ini 8 Penyakit yang Dokter Sering Salah Diagnosis

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 27/08/2023

    Ini 8 Penyakit yang Dokter Sering Salah Diagnosis

    Pernahkah Anda merasakan gejala penyakit yang sulit dijelaskan? Untuk mengetahui penyebabnya, tentu Anda harus pergi ke dokter. Namun terkadang, dokter juga mengalami kesulitan untuk mengenali masalah medis yang Anda alami. Pada beberapa kasus, dokter juga mungkin melakukan salah diagnosis.

    Lantas, penyakit apa saja yang paling sering salah didiagnosis? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak jawabannya di sini!

    Macam-macam penyakit yang sering salah diagnosis

    Kesalahan diagnosis penyakit bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari gejala yang kurang spesifik, belum adanya tes yang memadai, dan masih banyak lagi.

    Di antara berbagai penyakit yang mungkin dimiliki seseorang, berikut adalah beberapa yang kerap salah diagnosis.

    1. Sindrom iritasi usus (IBS)

    IBS pada anak

    Tidak semua penyakit memiliki gejala spesifik sehingga mudah untuk didiagnosis. Salah satunya adalah sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrome (IBS).

    IBS merupakan kerusakan pada usus tanpa disertai kerusakan jaringan. Alhasil, gejalanya mirip masalah pencernaan pada umumnya, seperti sakit perut, diare, perut kembung, kram, hingga sembelit.

    Sampai saat ini, belum ditemukan tes khusus yang bisa mendiagnosis IBS. Dengan begitu dokter hanya bisa mendiagnosis IBS dengan melihat gejala yang ada sekaligus mengesampingkan penyakit lain dengan gejala serupa.

    Selain memperhatikan gejala yang dialami pasien, dokter mungkin juga melakukan tes darah, feses, hingga kolonoskopi untuk mendiagnosis kondisi ini.

    2. Penyakit celiac

    Celiac disease adalah penyakit autoimun yang gejalanya muncul saat seseorang mengonsumsi gluten. Meski begitu, penyakit ini tidak memiliki gejala khusus yang membuatnya mudah didiagnosis.

    Laman Celiac Disease Foundation menyebutkan bahwa ada lebih dari 300 gejala penyakit celiac yang bisa menyerang berbagai organ tubuh.

    Selain itu, meski termasuk dalam penyakit yang memengaruhi sistem pencernaan, penyakit celiac sering kali menunjukkan gejala yang tidak berhubungan dengan sistem pencernaan.

    Ada pengidap penyakit celiac yang mengalami anemia hingga masalah kulit. Pada beberapa orang, penyakit ini bahkan tidak menimbulkan gejala apa pun.

    Di samping melakukan tes darah untuk mengetahui tingkat antibodi tertentu, dokter juga bisa melakukan biopsi usus untuk menghindari salah diagnosis penyakit celiac.

    Tahukah Anda?

    Jenis antibodi yang diperiksa untuk menentukan keberadaan penyakit celiac adalah anti-endomysium (EMA) dan anti-tissue transglutaminase (tTGA).
    Pasien biasanya dicurigai mengidap penyakit celiac jika nilai EMA dan tTGA-nya tinggi. Meski begitu, tingginya nilai EMA dan tTGA tidak selalu menandakan penyakit celiac.

    3. Fibromyalgia

    Sama halnya dengan IBS, fibromyalgia termasuk penyakit yang sering salah diagnosis karena tidak memiliki gejala spesifik dan tes pemeriksaan khusus.

    Penyakit yang menimbulkan rasa kelelahan serta nyeri otot dan tulang ini kerap salah diagnosis menjadi arthritis, lupus, hingga sindrom kelelahan kronis.

    National Health Service bahkan menyebutkan bahwa fibromyalgia juga sering kali disalah artikan sebagai masalah mental seperti depresi hingga gangguan kecemasan.

    Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan diagnosis, dokter biasanya akan memantau gejala nyeri yang dirasakan pasien.

    Pasien dengan fibromyalgia umumnya akan merasakan nyeri secara terus menerus selama lebih dari tiga bulan dan sensitif terhadap rasa sakit, bahkan sentuhan.

    4. Multiple sclerosis

    donor darah penyakit multiple sclerosis

    Penyakit dengan risiko salah diagnosis oleh dokter yang cukup tinggi selanjutnya adalah multiple sclerosis (MS).

    Penyebab utamanya tentu saja karena gejalanya yang berupa kesemutan, tremor, gangguan penglihatan, hingga mati rasa juga ditemukan pada gangguan neurologis lainnya.

    Kemunculan gejala multiple sclerosis pada setiap orang juga bisa berbeda. Ditambah lagi, saat ini juga belum ditemukan tes khusus untuk mendiagnosis MS.

    Dengan begitu, dokter perlu mendiagnosis MS dengan melihat gejala yang dialami pasien sekaligus mengesampingkan penyakit lain dengan gejala serupa.

    Dokter terkadang juga perlu melakukan pemeriksaan sampel cairan tulang belakang dan pemindaian MRI untuk memastikan diagnosis multiple sclerosis.

    5. Rematik

    Radang sendi atau rematik adalah penyakit autoimun yang menyebabkan rasa pegal dan nyeri pada tulang serta sendi.

    Penyakit ini sering salah diagnosis karena gejalanya yang berupa nyeri sendi, pembengkakan, dan kekakuan juga ditemukan pada penyakit lain, seperti osteoarthritis atau lupus.

    Selain itu, gejala rematik juga bersifat asimetris atau bisa berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya. Proses diagnosis juga bertambah sulit jika seseorang mengidap lebih dari satu jenis rematik.

    Selain memantau perkembangan gejala yang ada, dokter umumnya juga memeriksa refleks dan kekuatan otot pasien guna menghindari salah diagnosis rematik.

    6. Stroke

    Situs Society to Improve Diagnosis in Medicine menyebutkan bahwa sekitar 10% pasien stroke mengalami salah diagnosis pada pemeriksaan pertama. Terlebih, beberapa gejala stroke hanya bersifat sementara.

    Selain itu. gejala stroke yang meliputi kelemahan tiba-tiba, kesulitan bicara, mati rasa, dan masalah penglihatan juga erat kaitannya dengan gangguan neurologis lainnya.

    Anak muda yang mengalami stroke juga kerap mengabaikan gejala yang dirasakannya karena menganggapnya sebagai gejala migrain atau vertigo.

    Penting diingat bahwa meski banyak ditemukan pada orang tua, anak muda pun bisa terkena stroke.

    7. Kanker

    Gejala awal kanker seperti penurunan berat badan yang drastis, kelelahan, nyeri, hingga perubahan warna kulit juga kerap ditemukan pada penyakit lainnya. Inilah sebabnya penyakit kanker sulit didiagnosis.

    Gejala kanker yang cukup umum juga membuat penyakit satu ini baru didiagnosis saat kondisinya sudah cukup parah. Belum lagi beberapa jenis kanker juga memiliki gejala awal serupa.

    Selain melakukan pemeriksaan pada gejala dan mengevaluasi riwayat pasien serta keluarga, dokter bisa juga melakukan biopsi jaringan untuk memastikan kanker yang dimiliki pasiennya.

    8. Depresi

    Bukan hanya penyakit fisik, dokter juga bisa salah dalam proses diagnosis gangguan mental. Salah satu contoh gangguan mental tersebut adalah depresi.

    Selain karena tidak memiliki gejala spesifik, depresi sulit didiagnosis karena kerap terjadi bersamaan dengan penyakit mental lainnya.

    Gejala depresi seperti perubahan pola tidur dan berat badan bahkan juga bisa dicurigai sebagai gejala dari suatu penyakit fisik.

    Alasan lain mengapa penyakit depresi sulit didiagnosis adalah pasien yang tidak mau jujur dengan kondisinya, entah karena takut, malu, atau alasan lainnya.

    Karena beberapa penyakit dan kondisi kronis cukup sulit didiagnosis, penting untuk mengikuti saran pemeriksaan yang dianjurkan oleh dokter.

    Selain itu, pastikan Anda menyadari gejala apa yang muncul selama proses pemeriksaan dan menyampaikannya ke dokter. Semua ini bertujuan agar Anda bisa mendapatkan perawatan yang tepat.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 27/08/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan