Beberapa gejala lainnya meliputi:
- demam hingga mencapai 41°C disertai menggigil,
- penurunan produksi susu secara drastis pada sapi perah selama 2–3 hari,
- keluar air liur berlebihan (hipersalivasi),
- air liur berbusa,
- pembengkakan pada kelenjar submandibular,
- sering menggeretakkan gigi, menggosokkan mulut, dan menendangkan kaki,
- kehilangan berat badan, serta
- kehilangan pengendalian panas dalam tubuh.
Bila penyakitnya sudah terjadi cukup lama, akan tumbuh lepuhan pada area sekitar mulut, puting, dan celah antar kuku. Kuku juga dapat terluka dan lepas.
Apakah penyakit mulut dan kuku bisa menyerang manusia?

Hingga kini, kabarnya PMK telah menyebar ke 15 provinsi dalam waktu yang sangat cepat. Mewabahnya penyakit mulut dan kuku tentu menimbulkan keresahan pada masyarakat.
Tidak hanya memberi dampak berupa penurunan produksi yang bisa menimbulkan kerugian ekonomi, muncul kekhawatiran kalau-kalau penyakitnya bisa ditularkan ke manusia.
Dengan terjadinya pandemi COVID-19 dan berbagai variannya beberapa tahun belakangan, masyarakat jadi lebih waswas jika harus kembali dihadapkan dengan wabah penyakit baru.
Mengenai hal ini, pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak panik. Pasalnya, penyakit mulut dan kuku bukanlah penyakit zoonosis yang menular dari hewan ke manusia.
Mungkin, sebagian orang keliru menganggap penyakit ini sama dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut (PTKM) yang sering menyerang anak-anak. Faktanya, PMK dan PTKM bukanlah penyakit yang sama.
Virus penyebab keduanya pun berbeda. PTKM yang dikenal dengan sebutan flu Singapura disebabkan oleh virus dari strain Coxsackievirus.
Memang, pernah terdapat kasus penularan PMK ke manusia pada 1834. Ini terjadi akibat konsumsi susu dari sapi yang terinfeksi virus PMK.
Namun, penularan penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ke manusia sangatlah langka. Kasus terakhirnya terjadi pada 1966 dan sampai saat ini, tidak ada lagi laporan PMK pada manusia.
Tetap waspada dan lakukan pencegahan

Meski tidak menular ke manusia, tidak ada salahnya bagi masyarakat untuk tetap berhati-hati. Terutama bagi yang memiliki peternakan, kondisi kesehatan hewan dan kebersihan kandang harus selalu dipantau.
Berikut merupakan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi.
- Bersihkan peralatan untuk mengurus hewan secara rutin.
- Pisahkan hewan yang sakit dari hewan-hewan lainnya, lalu segera panggil dokter hewan atau petugas dinas peternakan.
- Lakukan disinfeksi kandang dan lingkungan sekitar kandang secara berkala.
- Bersihkan kendaraan yang dapat menjadi tempat penularan virus PMK dengan disinfektan.
- Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti sepatu bot dan masker, terutama ketika mengurus hewan yang sakit.
- Hindari menjual ternak secara besar-besaran bila hewan positif terinfeksi PMK (panic selling).
- Selalu cuci tangan dan ganti baju setelah selesai mengurus hewan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar