Baru-baru ini, penyakit mulut dan kuku kembali mewabah di antara hewan ternak. Karena virusnya yang mudah menyebar, muncul kekhawatiran bahwa penyakit infeksi ini juga bisa menular ke manusia. Lantas, seperti apa penyakit mulut dan kuku? Apakah penyakit ini bisa menyerang manusia?
Apa itu penyakit mulut dan kuku?
Penyakit mulut dan kuku (PMK), yang juga dikenal dengan istilah foot-and-mouth disease (FMD) atau hoof-and-mouth disease (HMD), adalah penyakit akibat infeksi virus yang menyerang hewan ternak.
PMK menyerang hewan yang memiliki kuku terbelah, seperti kerbau, sapi, domba, kambing, unta, rusa, dan babi. Penyakit ini pada umumnya tidak mematikan bagi hewan dewasa, tetapi dapat berujung fatal pada hewan yang masih muda.
PMK disebabkan oleh virus tipe A bernama Aphtaee epizootecae yang berasal dari genus Apthovirus dan famili Picornaviridae.
Masa inkubasinya berlangsung selama 14 hari. Bila sudah memasuki tubuh hewan, virus bisa bertahan hidup pada tulang, kelenjar, dan susu.
Virus PMK dapat ditularkan melalui berbagai cara, berikut di antaranya.
Kontak langsung antara hewan dengan hewan lain yang terinfeksi, bisa melalui percikan cairan dari pernapasan, leleran hidung, atau serpihan kulit.
Kontak tidak langsung lewat perantara manusia. Contohnya, manusia bisa membawa virus ini ke hewan lain setelah mengurus hewan yang sakit dengan menggunakan tangan atau alat yang sama.
Kontak tidak langsung tanpa perantara manusia, seperti dari mobil angkutan, peralatan, alas, atau kandang yang terkontaminasi.
Sisa makanan yang telah terkontaminasi produk hewan, seperti daging dan tulang dari hewan tertular.
Penyebaran penyakit melalui udara atau angin.
Gejala penyakit mulut dan kuku pada hewan
Pada awalnya, hewan yang terinfeksi virus PMK akan menunjukkan perubahan tingkah laku. Hewan yang tadinya sehat akan tampak lemas, lebih senang berbaring, dan tidak bahagia. Selera makan pun menurun.
Beberapa gejala lainnya meliputi:
demam hingga mencapai 41°C disertai menggigil,
penurunan produksi susu secara drastis pada sapi perah selama 2–3 hari,
keluar air liur berlebihan (hipersalivasi),
air liur berbusa,
pembengkakan pada kelenjar submandibular,
sering menggeretakkan gigi, menggosokkan mulut, dan menendangkan kaki,
kehilangan berat badan, serta
kehilangan pengendalian panas dalam tubuh.
Bila penyakitnya sudah terjadi cukup lama, akan tumbuh lepuhan pada area sekitar mulut, puting, dan celah antar kuku. Kuku juga dapat terluka dan lepas.
Apakah penyakit mulut dan kuku bisa menyerang manusia?
Hingga kini, kabarnya PMK telah menyebar ke 15 provinsi dalam waktu yang sangat cepat. Mewabahnya penyakit mulut dan kuku tentu menimbulkan keresahan pada masyarakat.
Tidak hanya memberi dampak berupa penurunan produksi yang bisa menimbulkan kerugian ekonomi, muncul kekhawatiran kalau-kalau penyakitnya bisa ditularkan ke manusia.
Dengan terjadinya pandemi COVID-19 dan berbagai variannya beberapa tahun belakangan, masyarakat jadi lebih waswas jika harus kembali dihadapkan dengan wabah penyakit baru.
Mengenai hal ini, pemerintah mengimbau masyarakat agar tidak panik. Pasalnya, penyakit mulut dan kuku bukanlah penyakit zoonosis yang menular dari hewan ke manusia.
Mungkin, sebagian orang keliru menganggap penyakit ini sama dengan penyakit tangan, kaki, dan mulut (PTKM) yang sering menyerang anak-anak. Faktanya, PMK dan PTKM bukanlah penyakit yang sama.
Virus penyebab keduanya pun berbeda. PTKM yang dikenal dengan sebutan flu Singapura disebabkan oleh virus dari strain Coxsackievirus.
Memang, pernah terdapat kasus penularan PMK ke manusia pada 1834. Ini terjadi akibat konsumsi susu dari sapi yang terinfeksi virus PMK.
Namun, penularan penyakit mulut dan kuku yang menyerang hewan ke manusia sangatlah langka. Kasus terakhirnya terjadi pada 1966 dan sampai saat ini, tidak ada lagi laporan PMK pada manusia.
Tetap waspada dan lakukan pencegahan
Meski tidak menular ke manusia, tidak ada salahnya bagi masyarakat untuk tetap berhati-hati. Terutama bagi yang memiliki peternakan, kondisi kesehatan hewan dan kebersihan kandang harus selalu dipantau.
Berikut merupakan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah infeksi.
Bersihkan peralatan untuk mengurus hewan secara rutin.
Pisahkan hewan yang sakit dari hewan-hewan lainnya, lalu segera panggil dokter hewan atau petugas dinas peternakan.
Lakukan disinfeksi kandang dan lingkungan sekitar kandang secara berkala.
Bersihkan kendaraan yang dapat menjadi tempat penularan virus PMK dengan disinfektan.
Gunakan alat pelindung diri (APD) seperti sepatu bot dan masker, terutama ketika mengurus hewan yang sakit.
Hindari menjual ternak secara besar-besaranbila hewan positif terinfeksi PMK (panic selling).
Selalu cuci tangan dan ganti baju setelah selesai mengurus hewan.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Foot and Mouth Disease. (2021). UFDA Animal and Plant Health Inspection Service. Retrieved June 9, 2022, from https://www.aphis.usda.gov/aphis/ourfocus/animalhealth/animal-disease-information/fmd/index
Foot and Mouth Disease. (2022). Agriculture Victoria. Retrieved June 9, 2022, from https://agriculture.vic.gov.au/biosecurity/animal-diseases/general-livestock-diseases/foot-and-mouth-disease
Penyakit Mulut dan Kuku pada Hewan Ternak Ruminansia. (2022). Dinas Ketahanan Pangan dan Ternak Provinsi Jawa Barat. Retrieved June 9, 2022, from http://dkpp.jabarprov.go.id/post/694/penyakit-mulut-dan-kuku-pada-hewan-ternak-ruminansia
Kenali Penyakit Mulut dan Kuku serta Penanganannya. (2022). Universitas Gadjah Mada. Retrieved June 9, 2022, from https://www.ugm.ac.id/id/berita/22546-kenali-penyakit-mulut-dan-kuku-serta-penanganannya
Versi Terbaru
12/06/2022
Ditulis oleh Winona Katyusha
Ditinjau secara medis olehdr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.