backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

5

Tanya Dokter
Simpan

Ini Bahaya Kepala Terbentur dan Penanganan Pertamanya

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa · General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 21/07/2023

    Ini Bahaya Kepala Terbentur dan Penanganan Pertamanya

    Kepala terbentur bukanlah suatu hal yang bisa disepelekan. Pasalnya, jika tidak segera ditangani, benturan tersebut bisa menyebabkan cedera kepala ringan seperti benjol hingga cedera berat yang dapat mengganggu fungsi otak.

    Oleh karena itu, penting untuk menyadari bahaya kepala terbentur supaya Anda bisa mengetahui penanganan yang tepat.

    Beragam bahaya jika kepala terbentur

    Benturan pada kepala memang sering kali tidak memunculkan luka atau perdarahan. Namun, penting untuk tetap memeriksakannya karena luka atau perdarahan bisa terjadi di dalam kepala.

    Berikut adalah beberapa kondisi yang bisa disebabkan oleh benturan di kepala.

    1. Gegar otak

    pemulihan gegar otak

    Benturan eksternal ke kepala seperti saat terjatuh dapat menyebabkan gegar otak. Kondisi tersebut terjadi ketika lapisan yang melindungi otak dari benturan terguncang secara tiba-tiba.

    Kendati termasuk ke dalam cedera otak ringan, gegar otak dapat memengaruhi fungsi otak. Tanda-tandanya antara lain pusing, sakit di kepala, kebingungan, hingga mual.

    Meski gegar otak bisa sembuh dengan sendirinya, Anda sebaiknya tetap periksa ke dokter jika rasa tidak nyaman akibat benturan tidak kunjung membaik.

    Apalagi jika Anda juga mengalami gejala lain, seperti hilang ingatan atau perasaan ingin pingsan.

    2. Trauma otak

    Benturan pada kepala dapat menyebabkan trauma pada salah satu atau beberapa bagian otak.

    Trauma otak bisa hanya meninggalkan gejala ringan seperti sakit kepala, tetapi juga bisa berakibat fatal atau bahkan menyebabkan kelumpuhan.

    Mengutip dari situs Hopkins Medicine, efeknya bahkan bisa lebih berat jika yang terbentur adalah kepala bagian belakang.

    Trauma otak juga merupakan bagian dari cedera kepala yang dampaknya bisa terbagi ke dalam skala ringan dan berat.

    Pada skala berat, perdarahan mungkin sudah terjadi pada otak sehingga menyebabkan dampak yang lebih fatal.

    3. Patah tulang tengkorak

    Patah tulang tengkorak bisa terjadi saat Anda terkena benturan yang cukup kuat, seperti jatuh dari gedung atau kecelakaan. Kondisi ini dapat dibedakan menjadi empat jenis.

    • Fraktur linier: patah tulang tengkorak, tetapi tidak menyebabkan tulang bergeser.
    • Depressed fracture: patah tulang yang menyebabkan tulang cekung.
    • Fraktur diastatis: patah tulang di sekitar garis jahitan tengkorak, banyak ditemukan pada anak-anak karena tulang belum menyatu dengan erat.
    • Fraktur basilar: patah tulang pada bagian dasar tengkorak yang bisa membahayakan sumsum tulang belakang.

    Retak pada tulang tengkorak tidak dapat dilihat secara kasatmata. Oleh karena itu, penting untuk melakukan rontgen kepala setelah terbentur.

    Tahukah Anda?

    Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI pada 2018, sebanyak 11,9% kasus cedera kepala disebabkan oleh kecelakaan. Sekitar 72,7% dari keseluruhan kecelakaan tersebut merupakan kecelakaan sepeda motor.

    4. Perdarahan otak

    Benturan benda tumpul atau lancip pada kepala juga bisa menyebabkan perdarahan otak.

    Perdarahan otak perlu segera diatasi. Jika tidak, kondisi ini bisa menyebabkan penggumpalan darah atau hematoma yang menghambat suplai oksigen ke otak.

    Laman Cleveland Clinic menyebutkan bahwa jika suplai oksigen ke otak terhambat selama lebih dari empat menit, sel-sel otak akan mati sehingga beberapa fungsi otak dapat terganggu.

    Karena sel-sel otak tidak beregenerasi, kerusakan yang ditimbulkan saat sel otak mati dapat mengakibatkan dampak jangka panjang.

    Meski benturan pada kepala hanya membuat Anda merasa pusing atau meninggalkan benjolan, sebaiknya tetap periksakan diri Anda ke dokter.

    Selain karena luka di dalam kepala tidak terlihat secara kasatmata, dampak benturan masih bisa timbul dalam beberapa hari atau bahkan berbulan-bulan setelahnya.

    Cara mengatasi kepala terbentur

    Sambil menunggu pertolongan pertama dari penyedia layanan kesehatan, berikut adalah beberapa tindakan yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi kepala terbentur.

    1. Periksa keadaan korban

    Jika Anda melihat seseorang yang baru saja terbentur kepalanya, periksa keadaannya. Apabila ia tak sadarkan diri, periksa denyut nadi dan suara napasnya.

    Apabila tidak ada denyut nadi atau ia tampak tidak bernapas, Anda bisa melakukan resusitasi jantung-paru (CPR) dan memberikan napas buatan.

    2. Stabilkan posisi kepala

    Jika pernapasan dan detak jantung orang tersebut normal, stabilkan posisi kepala dan lehernya. Pastikan posisi kepalanya sejajar dengan tulang belakang.

    Saat membetulkan posisi kepala orang tersebut, gerakan Anda harus seminimal mungkin. Letakkan kedua tangan Anda pada sisi kanan dan kiri kepalanya hingga bantuan medis datang.

    3. Hentikan perdarahan

    Jika Anda melihat darah yang keluar, tekan luka tersebut dengan kain bersih untuk mencegah darah keluar lebih banyak.

    Apabila darah pada kain terlalu banyak, jangan mengganti kain tersebut. Cukup tempatkan kain baru di atas kain yang sudah berlumur darah.

    4. Cara lain untuk mengatasi kepala terbentur

    Setelah melakukan pemeriksaan medis dan beberapa tindakan di atas, berikut adalah langkah selanjutnya yang bisa Anda lakukan untuk mengurangi rasa sakit usai kepala terbentur.

    • Kompres dingin pada area yang nyeri.
    • Minum parasetamol atau obat pereda nyeri lainnya.
    • Jangan melepas benda apa pun yang menancap di kepala.
    • Jangan membasuh luka pada kepala yang masih mengeluarkan banyak darah.

    Setiap orang bisa menerima penanganan yang berbeda untuk mengatasi benturan pada kepala, tergantung seberapa parah kondisinya.

    Oleh karena itu, penting untuk selalu mengikuti panduan perawatan dari dokter agar Anda mendapatkan perawatan yang tepat dan optimal.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

    General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


    Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 21/07/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan