Karena kemunculan gejalanya yang terjadi secara bertahap, penyakit autoimun sering kali sulit dideteksi lebih awal. Meski demikian, ada beberapa gejala penyakit autoimun yang perlu diwaspadai bila Anda sudah mulai mengalaminya. Terutama bila gejala tersebut tidak benar-benar menghilang dan malah muncul kembali.
Berbagai gejala penyakit autoimun
Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh seseorang secara keliru menyerang jaringan tubuhnya sendiri.
Hingga saat ini, jumlah penyakit autoimun diperkirakan sudah mencapai 100 jenis. Setiap jenis penyakit autoimun dapat menyerang organ tubuh yang berbeda-beda.
Jadi, gejala autoimun sebenarnya tidak bisa disamaratakan. Setiap organ yang terdampak oleh autoimun akan menimbulkan gejala khasnya masing-masing.
Nah, berikut ini merupakan gejala-gejala autoimun yang lebih umum.
1. Kelelahan
Menurut survei yang diadakan oleh America Autoimmune and Related Disorders Association, kelelahan (fatigue) termasuk salah satu gejala yang umum dilaporkan oleh orang-orang yang memiliki penyakit autoimun.
Lebih dari dua pertiga responden melaporkan bahwa kelelahan yang dialami sangat parah dan membuat mereka kesulitan saat mengerjakan aktivitas sehari-hari yang sederhana.
Gejala ini terjadi karena adanya peningkatan sitokin IL-1 beta, IL-6, TNF-α, dan IFN-γ akibat penyakit autoimun. Sitokin merupakan sejenis protein yang dapat memicu peradangan.
Saat peradangan berlangsung, terjadilah penekanan saraf simpatis yang membuat kerja jantung dalam memompa darah menurun. Alhasil, pasien pun mengalami kelelahan secara terus-menerus.
2. Demam
Selain kelelahan, serangan sistem kekebalan terhadap tubuh juga dapat menimbulkan demam. Berbeda dengan demam biasa, gejala demam akibat penyakit autoimun terjadi secara berulang.
Bila umumnya demam hanya berlangsung 3–5 hari saja, episode demam autoimun dapat berlangsung lebih lama. Meski sedang tidak demam pun, orang-orang dengan penyakit autoimun akan tetap mengalami gejala lainnya.
3. Nyeri sendi
Nyeri dan kaku sendi biasanya menyerang pasien yang memiliki kondisi autoimun seperti arthritis dan lupus. Pada kondisi tersebut, sistem kekebalan malah menyerang jaringan sehat yang ada di persendian atau tulang.
Ketika serangan ini kambuh, pasien akan mengalami nyeri dan kekakuan pada sendi. Terkadang, nyeri disertai dengan sensasi hangat. Beberapa orang juga mengalami bengkak dan kemerahan pada area yang nyeri.
4. Sakit perut
Ciri penyakit autoimun yang satu ini terjadi ketika tubuh tidak bisa mencerna jenis makanan tertentu. Akibatnya, peradangan terjadi dan menimbulkan bengkak di dalam organ Anda.
Tubuh kemudian menganggap peradangan itu sebagai racun atau penyakit yang perlu diobati. Sistem imun pun menyerang organ tersebut untuk menghentikan peradangan. Sayangnya, hal ini malah membuat pembengkakan semakin memburuk.
Beberapa makanan yang biasanya menjadi pemicu gejala ini antara lain daging merah, produk susu, gandum, alkohol, dan makanan yang berkalori tinggi seperti coklat.
5. Pembengkakan kelenjar getah bening
Pembengkakan kelenjar getah bening juga termasuk salah satu gejala yang cukup umum ditemui pada pasien penyakit autoimun.
Biasanya, pembengkakan ini muncul di area leher, ketiak, dan selangkangan. Seiring waktu, pembengkakan bisa berubah ukuran dan bentuknya.
6. Masalah pada kulit
Penyakit autoimun dapat menyerang bagian tubuh mana pun, tak terkecuali kulit. Berbagai permasalahan kulit akibat penyakit autoimun dapat meliputi ruam, kemunculan luka atau lesi kulit, dan bahkan munculnya lepuhan.
Perlu Anda ketahui, kulit yang sehat baru akan membentuk lepuhan setelah sel-selnya rusak atau mati. Pada kondisi autoimun, sistem kekebalan tubuh salah mengira jaringan kulit normal sebagai sesuatu yang perlu dilawan.
Alhasil, sistem imun pun menyerang jaringan kulit yang sehat dan menimbulkan luka atau lepuhan yang mulai terbentuk.
Kapan harus periksa ke dokter?
Banyak gejala penyakit autoimun yang menyerupai gejala penyakit lain. Karena itu, Anda mungkin tidak akan langsung menyadari bahwa gejala yang Anda alami merupakan pertanda dari gangguan autoimun.
Memang, butuh waktu yang lebih lama bagi dokter untuk mendiagnosis penyakit autoimun. Bisa jadi Anda harus menjalani serangkaian prosedur tes autoimun sebelum penyakitnya benar-benar dideteksi.
Terlepas dari itu, pemeriksaan sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, terutama bila gejala tidak kunjung menghilang atau bahkan kerap kembali.
Penyakit autoimun yang bertambah parah karena tidak ditangani dapat memengaruhi kegiatan Anda sehari-hari. Tak jarang, gejala yang muncul juga menimbulkan ketidaknyamanan.
Meski belum ada pengobatan yang benar-benar bisa menyembuhkan penyakit autoimun, setidaknya pengobatan tetap efektif untuk membantu mengurangi intensitas keparahan dan frekuensi munculnya gejala.
[embed-health-tool-bmi]