Pernahkah Anda merasakan gejala penyakit yang sulit dijelaskan? Untuk mengetahui penyebabnya, tentu Anda harus pergi ke dokter. Namun terkadang, dokter juga mengalami kesulitan untuk mengenali masalah medis yang Anda alami. Pada beberapa kasus, dokter juga mungkin melakukan salah diagnosis.
Lantas, penyakit apa saja yang paling sering salah didiagnosis? Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Simak jawabannya di sini!
Macam-macam penyakit yang sering salah diagnosis
Kesalahan diagnosis penyakit bisa disebabkan oleh berbagai hal, mulai dari gejala yang kurang spesifik, belum adanya tes yang memadai, dan masih banyak lagi.
Di antara berbagai penyakit yang mungkin dimiliki seseorang, berikut adalah beberapa yang kerap salah diagnosis.
1. Sindrom iritasi usus (IBS)
Tidak semua penyakit memiliki gejala spesifik sehingga mudah untuk didiagnosis. Salah satunya adalah sindrom iritasi usus atau irritable bowel syndrome (IBS).
IBS merupakan kerusakan pada usus tanpa disertai kerusakan jaringan. Alhasil, gejalanya mirip masalah pencernaan pada umumnya, seperti sakit perut, diare, perut kembung, kram, hingga sembelit.
Sampai saat ini, belum ditemukan tes khusus yang bisa mendiagnosis IBS. Dengan begitu dokter hanya bisa mendiagnosis IBS dengan melihat gejala yang ada sekaligus mengesampingkan penyakit lain dengan gejala serupa.
Selain memperhatikan gejala yang dialami pasien, dokter mungkin juga melakukan tes darah, feses, hingga kolonoskopi untuk mendiagnosis kondisi ini.
2. Penyakit celiac
Celiac disease adalah penyakit autoimun yang gejalanya muncul saat seseorang mengonsumsi gluten. Meski begitu, penyakit ini tidak memiliki gejala khusus yang membuatnya mudah didiagnosis.
Laman Celiac Disease Foundation menyebutkan bahwa ada lebih dari 300 gejala penyakit celiac yang bisa menyerang berbagai organ tubuh.
Selain itu, meski termasuk dalam penyakit yang memengaruhi sistem pencernaan, penyakit celiac sering kali menunjukkan gejala yang tidak berhubungan dengan sistem pencernaan.
Ada pengidap penyakit celiac yang mengalami anemia hingga masalah kulit. Pada beberapa orang, penyakit ini bahkan tidak menimbulkan gejala apa pun.
Di samping melakukan tes darah untuk mengetahui tingkat antibodi tertentu, dokter juga bisa melakukan biopsi usus untuk menghindari salah diagnosis penyakit celiac.
Tahukah Anda?
Pasien biasanya dicurigai mengidap penyakit celiac jika nilai EMA dan tTGA-nya tinggi. Meski begitu, tingginya nilai EMA dan tTGA tidak selalu menandakan penyakit celiac.
3. Fibromyalgia
Sama halnya dengan IBS, fibromyalgia termasuk penyakit yang sering salah diagnosis karena tidak memiliki gejala spesifik dan tes pemeriksaan khusus.
Penyakit yang menimbulkan rasa kelelahan serta nyeri otot dan tulang ini kerap salah diagnosis menjadi arthritis, lupus, hingga sindrom kelelahan kronis.
National Health Service bahkan menyebutkan bahwa fibromyalgia juga sering kali disalah artikan sebagai masalah mental seperti depresi hingga gangguan kecemasan.
Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan diagnosis, dokter biasanya akan memantau gejala nyeri yang dirasakan pasien.
Pasien dengan fibromyalgia umumnya akan merasakan nyeri secara terus menerus selama lebih dari tiga bulan dan sensitif terhadap rasa sakit, bahkan sentuhan.
4. Multiple sclerosis
Penyakit dengan risiko salah diagnosis oleh dokter yang cukup tinggi selanjutnya adalah multiple sclerosis (MS).
Penyebab utamanya tentu saja karena gejalanya yang berupa kesemutan, tremor, gangguan penglihatan, hingga mati rasa juga ditemukan pada gangguan neurologis lainnya.
Kemunculan gejala multiple sclerosis pada setiap orang juga bisa berbeda. Ditambah lagi, saat ini juga belum ditemukan tes khusus untuk mendiagnosis MS.
Dengan begitu, dokter perlu mendiagnosis MS dengan melihat gejala yang dialami pasien sekaligus mengesampingkan penyakit lain dengan gejala serupa.
Dokter terkadang juga perlu melakukan pemeriksaan sampel cairan tulang belakang dan pemindaian MRI untuk memastikan diagnosis multiple sclerosis.
5. Rematik
Radang sendi atau rematik adalah penyakit autoimun yang menyebabkan rasa pegal dan nyeri pada tulang serta sendi.
Penyakit ini sering salah diagnosis karena gejalanya yang berupa nyeri sendi, pembengkakan, dan kekakuan juga ditemukan pada penyakit lain, seperti osteoarthritis atau lupus.
Selain itu, gejala rematik juga bersifat asimetris atau bisa berpindah dari satu sendi ke sendi lainnya. Proses diagnosis juga bertambah sulit jika seseorang mengidap lebih dari satu jenis rematik.
Selain memantau perkembangan gejala yang ada, dokter umumnya juga memeriksa refleks dan kekuatan otot pasien guna menghindari salah diagnosis rematik.