backup og meta

Peran Orangtua dalam Mendukung Kecerdasan Anak SIAP

Peran Orangtua dalam Mendukung Kecerdasan Anak SIAP

Memiliki anak cerdas tentu menjadi harapan bagi semua orangtua. Namun, satu hal yang mungkin kerap kali terlupakan adalah bahwa kecerdasan anak tak hanya seputar kemampuan baca, tulis, dan hitung (calistung).

Dalam rangka Hari Anak Nasional, Sabtu (27/07), Hello Sehat bersama Mayapada Hospital Kuningan mengadakan Hello Playdate 2024 dengan mengusung tema “Dukung Anak SIAP (Sehat, Inovatif, Aktif, Peduli).”

Salah satu bagian dari rangkaian acara ini adalah talkshow bersama dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp. A mengenai kecerdasan anak dan peran orangtua dalam mendukung perkembangannya, khususnya bagi anak-anak dalam rentang usia 5–7 tahun.

Bagaimana cara mengetahui kecerdasan anak?

Sebagai pembuka sesi talkshow, dr. Denta menjelaskan bahwa kecerdasan anak tidak hanya terbatas pada kemampuan baca, tulis, dan hitung.

Ini penting mengingat jenis kecerdasan inilah yang sering kali membuat orang tua khawatir dengan perkembangan anaknya.

Beberapa anak mungkin sudah mengembangkan kecerdasan kognitif berupa membaca, menulis, dan berhitung sebelum berusia tujuh tahun. Namun, tidak sedikit pula yang belum mahir melakukannya.

Tenang, keduanya merupakan hal yang wajar dan tidak perlu terlalu dikhawatirkan. Pasalnya, ada berbagai faktor yang membuat seorang anak memiliki perkembangan lebih cepat dari teman seusianya.


Kecerdasan bisa macam-macam (bentuknya): ada fisik, kecerdasan sosial, dan kognitif (bahasa, matematika, dan lain-lain). Anak umur 5–7 tahun enggak harus bisa calistung. Kalau ada yang belum bisa, orangtuanya langsung stres, padahal enggak apa-apa.

dr. Kurniawan Satria Denta, M.Sc, Sp.A

Alih-alih berfokus pada kemampuan calistung anak, dr. Denta mengajak orang tua untuk melihat bagaimana Si Kecil berinteraksi dengan teman sebayanya.

“Kita lihat (kecerdasan anak) dari interaksi sehari-harinya. Ini bukan berarti membandingkan, ya. Kita coba lihat dari 10–20 anak, jangan hanya satu anak, sebab satu anak ini mungkin memang sudah hebat banget,” ucap dr. Denta mengenai kecerdasan anak.

“Kita bandingkan dengan rata-rata anak di sekitar: seberapa tinggi, seberapa sehat, udah bisa ngapain aja. Kalau kiranya ada satu hal yang anaknya belum bisa, tapi teman-temannya sudah, coba konfirmasi waktu (kunjungan ke) posyandu atau ke dokter anak,” lanjutnya.

Pada akhir pemaparannya, dr. Denta menyarankan orangtua untuk bertanya langsung kepada petugas posyandu atau dokter anak jika memiliki kekhawatiran terkait tumbuh kembang anak.

Kecerdasan emosional anak tak kalah penting

dr. Denta

Dalam acara yang dihadiri oleh lebih dari 40 ibu dan anak tersebut, dr. Denta juga menjelaskan bahwa kecerdasan anak secara emosional tidak kalah penting dari kemampuan fisik dan kognitifnya.

“Anak kalau bisa bantah itu juga sebenarnya cerdas. Namun, cerdas aja enggak cukup, ya, harus ada adab. Jadi, di sinilah peran orang tua untuk melatih kecerdasan emosional anak,” ujar dr. Denta.

Yang perlu diingat adalah orangtua perlu menghindari penggunaan nada tinggi, apalagi kekerasan, saat mengingatkan anak akan kesalahannya.

Pasalnya, pada dasarnya anak-anak dalam kelompok usia ini belum memahami konsep salah dan benar.

Selain itu, dr. Denta juga menekankan bahwa penggunaan kekerasan fisik maupun verbal dalam membesarkan anak akan sangat memengaruhi perkembangannya.

Karena itulah, ia meminta orang tua untuk lebih bersabar dalam mengajarkan kecerdasan emosional pada anak.

Terlebih, anak-anak memang dikenal sebagai peniru andal sehingga mereka akan banyak mencontoh cara orangtua dalam bertutur kata maupun bertindak.

“Kasih contoh itu nomor satu. Jangan harap anak punya tutur kata yang bagus kalau bapak-ibunya tidak punya tutur kata yang bagus. Atau, sebagai contoh, kalau pengin anaknya bangun pagi, kasih contoh Bapak-Ibu juga selalu bangun pagi,” ucap dr. Denta.

Seperti kata pepatah “buah jatuh tidak jauh dari pohonnya“, seorang anak akan memiliki banyak kemiripan dengan orang tuanya.

Anak terlalu aktif, normal atau tidak?

cara mengatasi anak hiperaktif

Tidak semua anak yang lebih aktif dari teman-temannya adalah anak hiperaktif, sebab energi anak-anak pada dasarnya memang lebih banyak dari orang tua.

“Anak-anak memang pada dasarnya aktif, energinya banyak. Istilah gampangnya, battery health-nya masih bagus. Jangan samakan dengan kita (orang tua) yang battery health-nya udah berkurang, jadi gampang capek. Nah, tugas orang tua di sini adalah mengarahkan anak untuk menyalurkan energinya,” ujar dr. Denta.

Jadi, jangan menyalahkan anak karena terlalu aktif saat Anda merasa kelelahan ketika harus menjaganya.

“Kita lihat hiperaktifnya konsisten tidak. Apakah dia enggak bisa fokus, enggak mau main sama temennya, atau enggak bisa bercerita. Terus, jangan lupa tanya juga sama gurunya,” papar dokter spesialis anak yang melakukan praktik di Mayapada Hospital Kuningan (MHKN) ini.

“Kalau mereka (secara) konsisten enggak bisa fokus, enggak bisa konsentrasi, dan selalu sibuk sendiri di semua setting (kondisi atau tempat), berarti ada indikasi (anak hiperaktif). Kalau begini, boleh bawa ke dokter anak,” pungkasnya.

Membesarkan dan melatih kecerdasan anak memang menjadi tantangan tersendiri, tetapi ini memang sudah menjadi tanggung jawab orangtua. Terlebih, pada usia 5–7 tahun ini anak-anak sudah mulai bermain di dunia luar.

Tentu saja orang tua tidak bisa sepenuhnya mengendalikan lingkungan sekitar anak yang sedang tumbuh dan berkembang. Namun, orang tua selalu bisa menjadi tempat bagi anak untuk pulang.

Jadi, peran terpenting orangtua dalam hal ini adalah memahami apa yang mereka butuh dan rasakan. Dengan begitu, mereka akan merasa dipahami dan aman.

Kesimpulan

Kecerdasan anak tidak bisa hanya diukur dengan satu faktor. Selain faktor kognitif (baca, tulis, hitung), ada pula kecerdasan fisik dan emosional. Jika Anda merasa khawatir dengan kondisi si Kecil, ajaklah mereka ke dokter anak alih-alih memaksanya atau membandingkannya dengan anak lain.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Versi Terbaru

30/07/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Fakta medis diperiksa oleh Hello Sehat Medical Review Team

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Apa Hubungan Kebugaran Tubuh Terhadap Kecerdasan Anak?

Perkembangan Anak Usia 7 Tahun, Apakah Sudah Sesuai?


Fakta medis diperiksa oleh

Hello Sehat Medical Review Team


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 30/07/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan