Meski sering kali terlihat serupa, kejang sebenarnya terbagi ke dalam beberapa jenis. Salah satu jenisnya, yaitu kejang parsial.
Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Meski sering kali terlihat serupa, kejang sebenarnya terbagi ke dalam beberapa jenis. Salah satu jenisnya, yaitu kejang parsial.
Kata parsial sendiri menandakan bahwa kejang jenis ini hanya berdampak pada sebagian tubuh penderitanya.
Penyebab jenis ini juga bisa berbeda-beda pada tiap penderita. Berikut adalah penjelasan lengkapnya.
Kejang adalah kondisi yang terjadi saat sel saraf pada otak mengirimkan sinyal listrik secara tiba-tiba serta berlebihan dan tak terkendali.
Sementara itu, kejang parsial atau fokal adalah kondisi kejang yang terjadi hanya pada salah satu sisi otak.
Jika yang terdampak sisi otak sebelah kanan, maka tubuh sebelah kiri akan mengalami gangguan.
Begitu pula sebaliknya, jika yang terdampak otak sebelah kiri, yang mengalami gangguan adalah tubuh sebelah kanan.
Kejang parsial awalnya terjadi pada lengan atau kaki, kemudian bergerak ke atas pada sisi tubuh yang sama. Akan tetapi, kejang ini tidak berlangsung lama.
Segala golongan usia dapat mengalami kejang parsial.
Namun, kondisi ini biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia lebih dari satu tahun atau lansia di atas usia 65 tahun, terutama jika memiliki gangguan pembuluh darah otak atau tumor otak.
Untuk melakukan pencegahan, Anda bisa mengurangi faktor risiko yang ada. Silakan berkonsultasi dengan dokter untuk bisa mendapatkan informasi lebih lanjut.
Ada dua jenis kejang parsial yang meliputi berikut ini.
Kejang parsial sederhana terjadi pada bagian di salah satu sisi otak, tetapi juga bisa menyebar ke bagian otak lainnya. Jenis ini tidak memengaruhi kesadaran atau ingatan.
Dokter biasanya akan membagi lagi jenis ini menjadi empat tipe, tergantung bagian otak yang terdampak. Berikut penjelasan masing-masing tipenya.
Kejang parsial kompleks merupakan jenis yang bisa terjadi sesaat setelah kejang parsial sederhana.
Bedanya, jenis ini memengaruhi perilaku, kesadaran, atau ingatan sebelum, saat, dan sesaat setelah mengalami kejang.
Jenis ini bisa ditandai dengan gejala berupa melamun atau gerakan otomatis yang berulang, seperti mengecap bibir, berkedip, mendengus, menelan, atau berteriak.
Orang yang mengalami kejang parsial biasanya tidak bisa mengingat gejala apa saja yang muncul saat kondisi ini terjadi.
Namun, berikut adalah beberapa gejala umum yang mungkin terjadi.
Gejala lain yang mungkin juga Anda rasakan meliputi berikut ini.
Jika Anda memiliki tanda-tanda atau gejala-gejala di atas atau pertanyaan lainnya, konsultasikanlah dengan dokter.
Pasalnya, tubuh masing-masing orang berbeda. Oleh sebab itu, selalu konsultasikan ke dokter untuk menangani kondisi kesehatan Anda.
Para ahli masih belum bisa mengidentifikasi penyebab pasti dari kejang parsial. Namun, kondisi ini umumnya terjadi pada orang dengan riwayat epilepsi.
Anda juga mungkin bisa menggolongkan kejang berdasarkan ada atau tidaknya pemicu. Kejang tanpa pemicu yang terjadi karena kondisi alami dalam tubuh, seperti berikut ini.
Kejang dengan pemicu yang dapat meliputi berikut ini.
Ada banyak faktor yang meningkatkan risiko penyakit ini. Berikut adalah beberapa faktor risikonya.
Biasanya, metode yang paling ampuh untuk mendeteksi penyakit kejang parsial adalah elektroensefalografi (EEG). Pemeriksaan ini dapat merekam aktivitas listrik otak.
Pemeriksaan tersebut dapat merekam jika ada peningkatan atau gelombang yang tidak normal pada pola aktivitas listrik otak Anda.
Dengan memahami pola tersebut, dokter bisa mengidentifikasi berbagai jenis epilepsi.
Namun, dokter mungkin juga merekomendasikan Anda untuk menjalani tes pencitraan, seperti magnetic resonance imaging (MRI) dan computed tomography (CT).
Tujuannya untuk mencari tahu penyebab dan lokasi terjadinya pemicu kejang pada otak.
Dengan tes pencitraan, dokter dapat melihat adanya jaringan luka, tumor, atau gangguan struktural pada otak.
Menurut Cedars Sinai, pengobatan yang tepat untuk kondisi ini dapat mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya kejang.
Tak jarang, pengobatan untuk kondisi ini dapat membuat pasien tidak mengalami kejang lagi seumur hidupnya.
Biasanya, pengobatan yang diberikan tergantung pada beberapa kondisi, seperti berikut ini.
Secara umum, obat antikejang dapat membantu mengatasi kondisi ini. Namun, pasien mungkin harus mencoba mengonsumsi obat ini dengan dosis yang berbeda-beda sebelum menemukan jenis obat dan dosis yang tepat.
Oleh sebab itu, selama penggunaan obat, dokter akan mengawasi kondisi Anda untuk memastikan ada atau tidaknya efek samping.
Hal ini bertujuan untuk menemukan jenis obat terbaik untuk Anda. Pasalnya, setiap pasien memiliki respons yang berbeda terhadap obat.
Selain itu, operasi mungkin menjadi salah satu alternatif yang perlu Anda pertimbangkan, khususnya jika penggunaan obat masih belum bisa mengontrol kejang.
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi kondisi ini.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Carla Pramudita Susanto
General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar