backup og meta

Pilihan Obat dan Terapi untuk Mengatasi Eksim yang Kambuh

Pilihan Obat dan Terapi untuk Mengatasi Eksim yang Kambuh

Eksim alias dermatitis atopik adalah penyakit kulit tidak menular yang bisa kambuh sewaktu-waktu. Penyebab eksim tidak diketahui secara pasti dan belum ada metode yang dapat menyembuhkannya. Meski demikian, ada berbagai jenis obat yang ampuh mengatasi gejala eksim.

Obat-obatan untuk mengatasi gejala eksim dapat dibeli bebas atau dengan resep dokter. Sementara itu, perawatan jangka panjang dan obat-obatan untuk gejala yang lebih parah biasanya baru bisa diperoleh setelah pemeriksaan lebih lanjut. Apa saja pengobatan yang tersedia untuk Anda?

Pilihan obat untuk mengatasi eksim

salep dan sampo psoriasis

Eksim awalnya menunjukkan gejala berupa kulit kering bersisik, kemerahan, serta gatal. Lama-kelamaan, rasa gatal dapat bertambah parah. Penderita eksim sering kali terus menggaruk kulitnya sehingga kulit menjadi lebih tebal dan tampak lebih gelap.

Gejala eksim pada tahap awal biasanya dapat diatasi dengan penggunaan obat oles ataupun pelembap secara rutin. Penggunaan obat membantu mengendalikan gejala eksim sekaligus mencegah kambuhnya penyakit.

Jika eksim sudah parah atau terjadi infeksi pada eksim, Anda akan memerlukan obat dengan potensi yang lebih kuat. Bahkan, banyak pasien juga memerlukan pengobatan tambahan melalui suntikan atau obat minum.

Secara umum, berikut adalah pilihan obat untuk mengatasi eksim.

1. Obat kortikosteroid

Dokter sering meresepkan obat kortikosteroid untuk mengurangi gatal dan peradangan pada kulit akibat eksim. Obat yang tersedia dalam bentuk salep, krim, tablet, dan pil ini umumnya diberikan sesuai tingkat keparahan eksim.

Penderita eksim biasanya perlu menggunakan obat kortikosteroid sebanyak 1-2 kali sehari selama beberapa minggu hingga gejala berkurang. Bila kulit tidak menunjukkan perkembangan, Anda mungkin membutuhkan salep kortikosteroid yang lebih kuat.

Dokter mungkin juga akan menganjurkan pemakaian kortikosteroid dengan dosis yang lebih tinggi jika eksim menyebabkan gejala berat seperti kulit teriritasi, merah, atau basah. Obat keras ini hanya tersedia dengan resep dan harus dipakai sesuai anjuran.

Kendati ampuh, obat ini tidak ditujukan untuk jangka panjang. Menurut studi terbitan Indian Dermatology Online Journal, salep kortikosteroid dapat menimbulkan efek samping berupa penipisan dan perubahan warna kulit pada area yang sering dioles obat.

2. Obat antiradang NSAID

Obat antiradang NSAID dapat membantu mengatasi gejala eksim dengan meredakan peradangan pada kulit yang bermasalah. Obat ini biasanya tersedia dalam bentuk salep yang dioleskan dua kali sehari untuk beberapa minggu hingga gejala membaik.

Contoh obat NSAID adalah crisaborole, tacrolimus, dan pimecrolimus. Crisaborole bekerja dengan menghambat proses peradangan pada kulit, sedangkan tacrolimus dan pimecrolimus mencegah pelepasan calcineurin yang berperan dalam peradangan.

Apabila Anda hendak menggunakan obat antiradang NSAID pada anak di bawah dua tahun, sebaiknya konsultasikan dahulu hal ini dengan dokter. Pasalnya, obat NSAID mungkin menimbulkan efek samping pada kulit anak-anak yang sensitif.

3. Pelembap kulit

Salah satu gejala khas dari eksim adalah kulit yang kering. Pelembap mungkin tidak bekerja langsung pada sumber masalah seperti halnya obat, tapi produk ini membantu menjaga kulit agar tidak cepat menjadi kering atau pecah-pecah akibat eksim.

Akan tetapi, sebaiknya diskusikan dahulu jenis pelembap yang sesuai dengan kulit Anda bersama dokter. Hal ini penting, terutama bila Anda memiliki alergi terhadap zat kimia tertentu yang berpotensi memicu dermatitis kontak.

Pilihlah pelembap yang mempunyai kandungan minyak tinggi, tapi tidak mengandung banyak bahan kimia ataupun pewangi. Gunakan rutin setidaknya dua kali sehari agar kulit senantiasa lembap dan terlindungi.

4. Antibiotik dan antijamur

daktarin

Menggaruk kulit yang gatal lambat laun bisa membuat eksim menjadi terinfeksi. Jika kulit Anda sudah pecah-pecah, terbuka, atau menunjukkan tanda-tanda infeksi kulit, dokter kemungkinan akan meresepkan obat antibiotik.

Antibiotik yang digunakan sebagai obat eksim biasanya berbentuk krim, salep, tablet, atau kapsul. Infeksi ringan dapat diatasi dengan krim atau salep, sedangkan infeksi yang lebih parah mungkin memerlukan antibiotik minum.

Pada beberapa kasus, infeksi jamur pada wajah juga dapat memicu timbulnya eksim. Jika eksim di wajah Anda disebabkan oleh jamur, cara mengobati penyakit ini adalah dengan menggunakan obat antijamur berbentuk krim atau salep.

5. Obat imunosupresan

Penyebab eksim belum diketahui secara pasti, tapi banyak ahli meyakini faktornya berkaitan dengan kondisi genetik dan fungsi sistem imun. Penderita eksim mungkin memiliki sistem imun yang terlalu aktif sehingga rentan mengalami peradangan.

Bila penyebab eksim dicurigai akibat respon sistem kekebalan tubuh yang berlebihan, dokter mungkin akan meresepkan obat imunosupresan. Imunosupresan adalah obat yang bekerja dengan mengendalikan atau menekan fungsi sistem kekebalan tubuh.

Dengan obat ini, sistem imun Anda tidak lagi bereaksi secara berlebihan sehingga gejala eksim juga dapat berkurang. Sebagai catatan, orang dengan sistem imun yang lemah sebaiknya berkonsultasi dengan dokter sebelum menggunakan obat ini.

6. Calcineurin inhibitor

Kortikosteroid tidak boleh digunakan sebagai pengobatan eksim jangka panjang. Jika Anda masih memerlukan obat, dokter kemungkinan akan memberikan obat alternatif seperti calcineurin inhibitor.

Calcineurin merupakan zat kimia yang diperlukan dalam proses peradangan, termasuk ketika eksim kambuh. Calcineurin inhibitor bekerja dengan menghambat pelepasan calcineurin sehingga peradangan berkurang dan gejala kian membaik.

7. Dupilumab

Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) baru-baru ini menyetujui obat eksim baru yang disebut dupilumab. Obat yang terbuat dari antibodi ini ditujukan bagi penderita eksim parah yang tidak bereaksi terhadap pengobatan lain.

Berbagai penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dupilumab relatif aman asalkan digunakan sesuai anjuran. Namun, obat ini sangat mahal dan masih perlu dikaji lebih lanjut untuk melihat keampuhannya dalam jangka panjang.

Mengobati eksim dengan cara terapi

Sumber: Air Force Medical Service

Penggunaan obat saja terkadang tidak cukup untuk mengobati eksim dengan cepat. Jika diperlukan, dokter juga dapat menyarankan terapi lain untuk menunjang kesembuhan. Berikut beberapa terapi yang umum dilakukan.

1. Fototerapi

Fototerapi ditujukan bagi penderita eksim yang tidak membaik setelah menggunakan obat oles atau berulang kali kambuh bahkan setelah pengobatan. Metode ini dilakukan dengan memancarkan sinar ultraviolet dalam jumlah terkendali pada kulit Anda.

Sumber cahaya dalam fototerapi adalah sinar ultraviolet B (UVB). Ada pula bentuk fototerapi yang menggunakan sinar UVA buatan dan UVB gelombang pendek. Metode ini dapat disertai dengan penggunaan obat maupun hanya terapi saja.

Walaupun ampuh, fototerapi tidak boleh dilakukan dalam jangka panjang karena dapat menyebabkan penuaan dini pada kulit dan meningkatkan risiko kanker kulit. Pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter sebelum memilih prosedur ini.

2. Perban basah

Pemasangan perban basah dengan obat kortikosteroid dapat mengatasi gejala eksim yang tergolong parah. Prosedur ini biasanya dilakukan di rumah sakit oleh seorang perawat, tapi Anda juga bisa mempelajarinya saat konsultasi dengan dokter.

3. Konseling dan terapi perilaku

Konseling, terapi perilaku, dan terapi relaksasi dapat membantu penderita eksim yang kesulitan menghilangkan kebiasaan menggaruk. Terapi ini juga bermanfaat bagi penderita eksim yang merasa malu atau frustrasi dengan kondisi kulitnya.

Perawatan kulit di rumah selama penggunaan obat eksim

sunscreen untuk eksim

Selama pengobatan, ada berbagai perubahan gaya hidup yang bisa Anda lakukan di rumah untuk menjaga kesehatan kulit dan menunjang kesembuhan. Berikut beberapa di antaranya.

  1. Menghindari segala hal yang memicu iritasi kulit, seperti tidak menggunakan pakaian berbahan kain wol atau nilon.
  2. Rutin memotong kuku untuk mengurangi risiko kerusakan kulit akibat terlalu sering digaruk.
  3. Menghindari paparan sinar matahari secara langsung, terutama untuk bagian kulit yang bermasalah.
  4. Menggunakan tabir surya khusus untuk eksim dengan kandungan SPF saat keluar rumah.
  5. Tidak mandi terlalu lama dan sering agar kulit tidak menjadi kering dan rentan teriritasi.
  6. Mengelola stres dengan memperbanyak aktivitas yang menyenangkan agar pikiran tetap sehat. Stres nyatanya bisa membuat gejala eksim semakin buruk.

Gejala eksim memang sangat mengganggu, bahkan selama Anda menjalani berbagai cara untuk mengobati penyakit ini. Untungnya, ada berbagai macam obat yang dapat membantu Anda mengatasi gejala.

Jika konsumsi obat tidak juga membuahkan hasil, Anda dapat berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit untuk memilih jenis terapi lain. Pastikan Anda sudah memahami manfaat dan efek samping setiap terapi maupun metode pengobatan yang Anda pilih.

Anda bisa datang langsung ke rumah sakit atau klinik yang Anda tuju atau booking dokter spesialis kulit terlebih dahulu melalui Hello Sehat.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Eczema Treatment. (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://nationaleczema.org/eczema/treatment/

Coondoo, A., Phiske, M., Verma, S., & Lahiri, K. (2014). Side-effects of topical steroids: A long overdue revisit. Indian Dermatology Online Journal, 5(4), 416. doi: 10.4103/2229-5178.142483.

Atopic dermatitis (eczema) – Treatment. (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/atopic-dermatitis-eczema/diagnosis-treatment/drc-20353279

Atopic eczema – Treatment. (2020). Retrieved 24 September 2020, from https://www.nhs.uk/conditions/atopic-eczema/treatment/

Versi Terbaru

05/10/2022

Ditulis oleh Fidhia Kemala

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Anandito Reza


Artikel Terkait

8 Penyakit Kulit yang Tidak Menular, Plus Gejala-gejalanya

Dermatitis Seboroik


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Fidhia Kemala · Tanggal diperbarui 05/10/2022

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan