backup og meta

5 Dampak dari Mencukur Bulu Kemaluan Pria, Apa Saja?

5 Dampak dari Mencukur Bulu Kemaluan Pria, Apa Saja?
5 Dampak dari Mencukur Bulu Kemaluan Pria, Apa Saja?

Salah satu cara yang mungkin dilakukan pria untuk menjaga kebersihan organ reproduksinya adalah dengan mencukur rambut kemaluan secara berkala. Namun, adakah dampak tertentu yang perlu diwaspadai dari kebiasaan mencukur bulu kemaluan pria?

Supaya Anda tidak lagi khawatir saat melakukannya, cari jawabannya melalui informasi berikut.

Apakah bahaya mencukur bulu kemaluan pria?

Mencukur bulu kemaluan bukanlah suatu hal yang dilarang bagi seorang pria. Namun, ini juga bukanlah hal yang disarankan secara medis.

Artinya, setiap orang boleh memiliki keputusan yang berbeda tentang hal ini sesuai dengan kenyamanannya.

Meskipun mencukur bulu kemaluan bisa memberikan keuntungan tersendiri, tak bisa dipungkiri bahwa ada dampak dan risiko yang perlu Anda ketahui.

Dampak positif dan negatif inilah yang patut dijadikan pertimbangan sebelum Anda memutuskan apakah akan mencukur bulu kemaluan atau membiarkannya tumbuh.

Risiko mencukur bulu kemaluan pria

cara mencukur rambut kemaluan pria

Tumbuhnya rambut di sekitar organ reproduksi pria merupakan salah satu tanda masa pubertas. Ketika dewasa, rambut ini bisa tumbuh lebat sehingga beberapa orang memilih untuk mencukurnya secara rutin.

Sebelum mencobanya, pastikan Anda sudah mengetahui beberapa risikonya berikut ini.

1. Luka gores

Risiko mencukur bulu kemaluan bagi pria yang pertama adalah cedera pada kulit penis, biasanya dalam bentuk luka gores.

Luka ini bisa terbentuk akibat pisau cukur yang terlalu tajam atau kesalahan saat menggunakannya. Karena itulah, Anda perlu berhati-hati saat menggunakan alat cukur.

Selain cedera pada kulit, Anda juga bisa mengalami ruam dan iritasi kulit akibat gesekan dengan alat cukur (razor burn).

2. Infeksi

Sama seperti bulu mata dan rambut hidung, salah satu fungsi rambut kemaluan adalah menjebak kotoran, partikel kecil, dan mikroorganisme berbahaya supaya tidak masuk ke bagian tubuh yang lebih dalam.

Folikel (tempat tumbuhnya rambut) juga akan menghasilkan sebum, yaitu minyak yang bermanfaat untuk mencegah bakteri berkembang biak.

Itu artinya, mencukur bulu kemaluan mungkin meningkatkan risiko infeksi pada area di sekitarnya, termasuk saluran kemih.

Cara mencukur bulu kemaluan proa yang tidak tepat juga bisa mengiritasi kulit sehingga berisiko menimbulkan infeksi, seperti selulitis dan folikulitis.

3. Bisul dan abses

Salah satu risiko mencukur bulu kemaluan adalah timbulnya bisul pada area organ reproduksi pria. Bisul ini bisa dipicu oleh iritasi kulit, infeksi, atau rambut yang tumbuh ke dalam (ingrown hair). 

Gejala bisul biasanya dimulai dengan benjolan merah yang berada di lapisan kulit teratas (epidermis). Tak jarang, bisul juga bisa berisi cairan nanah.

Seperti halnya bisul, abses dapat berkembang dari iritasi yang disebabkan oleh metode penghilangan rambut tertentu, seperti mencukur atau waxing.

Abses adalah kantong berisi nanah yang terasa hangat bila disentuh. Dalam kondisi ini, antibiotik saja biasanya tidak cukup sehingga dokter perlu membuka kantong tersebut untuk mengeluarkan nanahnya.

4. Dermatitis kontak

Dampak lain yang mungkin ditimbulkan dari kebiasaan mencukur bulu kemaluan bagi seorang pria adalah dermatitis kontak.

Dermatitis kontak adalah kondisi yang menyebabkan kulit meradang selepas kontak langsung dengan iritan (zat pemicu iritasi) atau alergen (zat pemicu alergi).

Iritan atau alergen bisa berasal dari alat atau krim cukur yang Anda gunakan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan kebersihan alat cukur dan keamanan krimnya.

5. Infeksi menular seksual

Studi dalam jurnal Sexually Transmitted Infections (2017) menunjukkan bahwa 5.610 orang yang terdiri dari pria dan wanita yang punya kebiasaan mencukur rambut kemaluan pernah mengalami infeksi menular seksual (IMS).

Beberapa jenis IMS yang dilaporkan oleh responden adalah klamidia, herpes, human pappiloma virus (HPV), hingga sifilis.

Namun, dalam penelitian tersebut disebutkan bahwa faktor risiko IMS juga didasari oleh frekuensi aktivitas seksual.

Itu artinya, masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui hubungan pasti antara kebiasaan mencukur rambut kemaluan dengan peningkatan risiko IMS.

Manfaat mencukur rambut kemaluan pria

Di samping berbagai risikonya, berikut adalah manfaat yang bisa Anda dapatkan jika rutin mencukur rambut kemaluan.

1. Meningkatkan daya tarik seksual

cara mencukur bulu kemaluan pria

Kenyamanan dan kepercayaan diri adalah alasan utama seorang pria memilih untuk rutin mencukur bulu kemaluan.

Ketika merasa percaya diri dengan penampilan organ vital, Anda pasti lebih nyaman untuk berhubungan seksual. Meski begitu, tidak sedikit pria yang merasakan hal sebaliknya.

Berdasarkan studi dalam The Journal of Sexual Medicine (2015), sebanyak 439 pria mengaku lebih menyukai mencukur rambut kemaluan sampai habis.

Sementara itu, sebanyak 671 wanita dalam penelitian yang sama memilih untuk menyisakan rambut kemaluannya.

2. Menambah sensasi hubungan intim

Beberapa orang percaya bahwa menghilangkan rambut kemaluan dapat meningkatkan sensasi saat berhubungan intim. Sayangnya, belum ada penelitian memadai terkait manfaat tersebut.

Alih-alih mengandalkan kondisi rambut di sekitar Mr. P, Anda bisa mencoba meningkatkan sensasi berhubungan intim dengan beberapa cara.

Contohnya antara lain meningkatkan durasi foreplay, mencoba berbagai gaya bercinta, dan meminta pasangan mengenali bagian-bagian sensitif pada tubuh Anda.

Kesimpulan

  • Seperti halnya mencukur rambut, keputusan mencukur bulu kemaluan pada tiap pria bisa berbeda-beda. Pasalnya, tidak ada larangan maupun anjuran untuk mencukur bulu kemaluan.
  • Beberapa dampak yang mungkin timbul dari mencukur bulu kemaluan adalah luka gores, bisul, hingga penularan IMS.
  • Sementara itu, manfaatnya adalah meningkatkan daya tarik seksual dan meningkatkan gairah selama berhubungan intim.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Butler, S. M., Smith, N. K., Collazo, E., Caltabiano, L., & Herbenick, D. (2015). Pubic hair preferences, reasons for removal, and associated genital symptoms: Comparisons between men and women. The Journal of Sexual Medicine12(1), 48-58. Retrieved 26 March 2025, from https://doi.org/10.1111/jsm.12763

Rowen, T. S., Gaither, T. W., Awad, M. A., Osterberg, E. C., Shindel, A. W., & Breyer, B. N. (2016). Pubic hair grooming prevalence and motivation among women in the United States. JAMA Dermatology152(10), 1106. Retrieved 26 March 2025, from https://doi.org/10.1001/jamadermatol.2016.2154

Osterberg, E. C., Gaither, T. W., Awad, M. A., Truesdale, M. D., Allen, I., Sutcliffe, S., & Breyer, B. N. (2016). Correlation between pubic hair grooming and STIs: Results from a nationally representative probability sample. Sexually Transmitted Infections93(3), 162-166. Retrieved 26 March 2025, from https://doi.org/10.1136/sextrans-2016-052687

Rowen, T. S., Gaither, T. W., Awad, M. A., Osterberg, E. C., Shindel, A. W., & Breyer, B. N. (2016). Pubic hair grooming prevalence and motivation among women in the United States. JAMA Dermatology152(10), 1106. Retrieved 26 March 2025, from https://doi.org/10.1001/jamadermatol.2016.2154

Truesdale, M. D., Osterberg, E. C., Gaither, T. W., Awad, M. A., Elmer-DeWitt, M. A., Sutcliffe, S., Allen, I., & Breyer, B. N. (2017). Prevalence of pubic hair grooming–related injuries and identification of high-risk individuals in the United States. JAMA Dermatology153(11), 1114. Retrieved 26 March 2025, from https://doi.org/10.1001/jamadermatol.2017.2815

Is it safe to shave pubic hair? (for teens). (n.d.). Nemours KidsHealth – the Web’s most visited site about children’s health. Retrieved 26 March 2025, from https://kidshealth.org/en/teens/shaving-query.html

 

Versi Terbaru

10/04/2025

Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Mewarnai Rambut Kemaluan, Amankah?

Yuk, Deteksi Kondisi Kesehatan Anda dari Rambut Kemaluan


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 3 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan