backup og meta

Kulit Kulup Penis Tidak Bisa Tertarik ke Belakang, Apa Penyebabnya?

Kulit Kulup Penis Tidak Bisa Tertarik ke Belakang, Apa Penyebabnya?

Pada laki-laki yang belum atau tidak disunatpenis mereka masih memiliki kulit kulup yang menempel di ujungnya. Kulit kulup penis umumnya bisa ditarik ke belakang atau akan mengerut mundur saat ereksi. Meski begitu, ada beragam kemungkinan masalah yang dapat menghampiri penis. Salah satunya adalah fimosis, ketika kulit kulup penis tidak bisa tertarik ke belakang. Apa penyebabnya? Bahayakah jika Anda mengalami kondisi ini? Simak jawabannya dalam ulasan berikut ini.

Apa itu fimosis?

Kulit kulup mewakili setidaknya sepertiga dari kulit penis. Kulup berfungsi melindungi kepala penis dari gesekan dan kontak langsung dengan pakaian. Ketika kulit kulup penis tidak dapat ditarik ke belakang atau mengerut mundur melewati kepala penis saat ereksi, kondisi ini disebut fimosis.

Fimosis muncul dalam bentuk cincin ketat atau “karet gelang’ yang melingkari kulup di sekitar ujung penis, sehingga mencegah kulit kulup tertarik penuh hingga ke belakang.

Apa yang menyebabkan kulit kulup penis tidak bisa tertarik ke belakang?

Fimosis adalah kondisi yang umum terjadi pada bayi, balita, maupun anak laki-laki yang belum disunat. Ini karena kulit kulup akan tetap menempel pada kepala penis dalam beberapa tahun pertama bayi atau selama belum disunat. Kulit kulup penis anak yang mengalami fimosis biasanya mulai dapat ditarik ke belakang pada usia 3 tahun. Meski begitu, tidak menutup kemungkinan remaja dan pria dewasa juga bisa mengalami hal ini.

Pada orang dewasa, ada sejumlah faktor risiko dan kemungkinan penyebab fimosis. Meski sudah disunat, laki-laki dewasa lebih mungkin mengalami fimosis jika memiliki infeksi saluran kencing yang sering kambuh; infeksi kulit kulup; tidak merawat kebersihan penis dengan baik; atau menarik kulit kulup terlalu keras atau secara paksa,misalnya ketika bermasturbasi. Berbagai hal ini bisa menyebabkan timbulnya jaringan parut di sekitar kepala penis sehingga kulit kulupnya tidak bisa mengerut ke belakang.

Beragam kondisi kulit lainnya juga dapat meningkatkan risiko kulit kulup tidak bisa tertarik kembali, seperti:

  • Eksim pada penis, ditandai dengan kulit penis yang kering, gatal, kemerahan, dan pecah-pecah.
  • Psoriasis, timbulnya bercak-bercak merah dan kerak kulit mati pada kulit.
  • Lichen planus — ruam dan gatal pada area tubuh, namun tidak menular.
  • Lichen sclerosus — penyakit kulit yang sering terjadi pada alat kelamin dan anus dan menyebabkan munculnya jaringan parut pada kulit kulup penis.

Apa gejala yang ditimbulkan dari fimosis?

Fimosis pada umumnya tidak menimbulkan gejala selain kulit kulup penis yang tidak dapat ditarik ke belakang.

Namun, beberapa orang mungkin merasakan nyeri saat ereksi, kulit yang kemerahan, hingga kadang menyebabkan pembengkakan seperti balon di bawah kulup.

Jika sudah cukup parah, fimosis bisa mengganggu kerja saluran urin, mengakibatkan peradangan pada penis (balanitis), infeksi kelenjar kulup (balanoposthitis), hingga parafimosis — ketika kulit kulup yang macet akhirnya menghentikan aliran darah ke ujung penis.

Apa pengobatan yang tepat untuk kondisi ini?

Pilihan pengobatan akan disesuaikan dengan gejala yang terjadi. Sebagian besar kasus fimosis bisa diobati dengan rutin mengoleskan krim atau salep steroid pada area kulup, serta selalu menjaga kebersihan penis setiap hari, dan menjaganya tetap kering.

Jika dokter tidak dapat memastikan penyebabnya, ia mungkin akan menyarankan penggunaan salep steroid. Salep steroid membantu melemaskan kulit kulup, sehingga otot-otot di sekitar kulup akan lebih mudah digerakkan. Salep ini rutin dipijat ke area sekitar kulup selama dua kali dalam sehari.

Jika fimosis terjadi pada anak-anak, dokter dapat menyarankan mereka untuk disunat. Pada orang dewasa, operasi pengangkatan sebagian kulit kulup bisa menjadi salah satu pilihan pengobatan.

Mungkinkah fimosis bisa dicegah?

Fimosis bisa dicegah dengan menjaga kebersihan dan kesehatan organ intim. Rutin membersihkan area penis dengan air hangat kemudian mengeringkannya dengan handuk bersih secara perlahan. Tujuannya untuk membantu menjaga otot-otot kulup agar mudah digerakkan dan menghindari infeksi.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

What is Phimosis? https://www.medicalnewstoday.com/articles/319993.php Diakses pada 30 April 2018.

Everything You Should Know About Phimosis. https://www.healthline.com/health/mens-health/phimosis Diakses pada 30 April 2018.

Versi Terbaru

12/11/2020

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

6 Tips Mencukur Jenggot bagi Pemilik Kulit Berjerawat

Awas, Ini Bahaya Pakai Celana Jeans Ketat bagi Kesehatan Penis


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 12/11/2020

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan