Beberapa pria sering kali tidak merasa puas ketika air maninya keluar sebelum saat yang diinginkan. Dalam bahasa medis, kondisi ini disebut sebagai ejakulasi dini.
Ejakulasi itu sendiri adalah proses keluarnya air mani berisi sel sperma dari penis. Lantas, mengapa air mani bisa keluar sebelum waktunya? Apakah kondisi ini memengaruhi kesuburan pria? Temukan jawabannya melalui uraian berikut.
Apa itu ejakulasi dini?
Ejakulasi dini (premature ejaculate) adalah kondisi ketika pria mengeluarkan sperma lebih awal dari yang diinginkan saat berhubungan seksual.
Pada umumnya, ejakulasi terjadi saat pria mencapai orgasme atau klimaks dalam berhubungan intim.
Namun, ejakulasi dini membuat sperma mungkin sudah keluar ketika tahap foreplay atau saat penetrasi baru dimulai.
Kehilangan kontrol terhadap ejakulasi sebenarnya merupakan hal yang wajar dan tidak perlu dikhawatirkan jika hanya terjadi sesekali.
Akan tetapi, ejakulasi dini yang berulang memang sebaiknya mendapatkan penanganan karena dapat memengaruhi performa seksual.
Selain membuat Anda dan pasangan kesulitan mencapai kepuasan, premature ejaculation mungkin menandakan kondisi medis yang membutuhkan perawatan.
Jenis-jenis ejakulasi dini
Berdasarkan saat terjadinya, ejakulasi dini bisa dibedakan menjadi dua jenis sebagai berikut.
1. Ejakulasi dini primer
Ejakulasi dini primer berarti masalah ejakulasi yang Anda alami sudah terjadi sejak pertama kali Anda berhubungan intim.
Karena sudah berlangsung lama, masalah seksual ini kemungkinan sudah sering terjadi atau bahkan terjadi setiap kali Anda melakukan hubungan intim.
2. Ejakulasi dini sekunder
Ejakulasi dini sekunder berarti Anda mengalaminya setelah sebelumnya memiliki pola ejakulasi yang normal.
Premature ejaculation adalah masalah seksual yang paling umum pada pria dan bisa dialami oleh pria dari semua kelompok usia.
Sejauh ini, diperkirakan bahwa 1 dari 3 orang pria pernah mengalami premature ejaculation setidaknya satu kali dalam pengalaman hubungan ranjangnya.
Tanda-tanda ejakulasi dini
Gejala utama ejakulasi dini adalah keluarnya sperma kurang dari satu menit setelah aktivitas seksual. Dalam kondisi normal, pria membutuhkan waktu sekitar 4–5 menit untuk berejakulasi.
Premature ejaculation bisa terjadi saat Anda berhubungan intim dengan pasangan maupun ketika melakukannya sendiri alias masturbasi.
Pria yang mengalami masalah ini sering kali memilih untuk menghindari hubungan intim karena merasa tertekan dan frustasi.
Apakah ejakulasi dini memengaruhi kesuburan?
Premature ejaculation mungkin menurunkan kepuasan ranjang Anda dan pasangan. Namun, pada dasarnya ini bukanlah penyebab infertilitas pada pria.
Artinya, pria dengan ejakulasi dini bisa membuat pasangannya hamil. Selama Mr. P bisa mengeluarkan air mani, peluang kehamilan akan selalu ada.
Hanya saja, beberapa pasangan mungkin merasa tidak puas ketika mengalaminya lebih awal dari yang diharapkan. Hal inilah yang mungkin menyebabkan permasalahan ranjang.
Apa penyebab ejakulasi dini?
Sampai saat ini, penyebab ejakulasi dini belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, kondisi ini memiliki kaitan dengan beberapa faktor fisik dan biologis.
Berikut adalah beberapa kondisi psikologis yang dinilai bisa membuat pria kehilangan kemampuannya untuk menahan sperma keluar.
- Pengalaman seksual yang buruk, termasuk menjadi korban kekerasan seksual.
- Kepercayaan diri yang rendah.
- Harapan yang tidak realistis terkait performa seksual.
- Gangguan psikologis, seperti depresi, gangguan kecemasan, atau stres berkepanjangan.
- Masalah pribadi dengan pasangan.
Sementara itu, berikut adalah beberapa kondisi biologis yang berkaitan dengan premature ejaculation.
- Ketidakseimbangan hormon, termasuk rendahnya kadar serotonin.
- Gangguan pada neurotransmiter di otak.
- Masalah pada tiroid.
- Peradangan dan infeksi pada pada prostat atau uretra.
- Kerusakan pada saraf karena operasi atau cedera.
- Kondisi medis tertentu, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan diabetes.
Bicarakan dengan dokter untuk mengetahui penyebab masalah ejakulasi yang Anda alami. Hal ini sangat penting untuk menentukan jenis perawatan yang tepat.
Diagnosis ejakulasi dini
Untuk mendiagnosis masalah ejakulasi, dokter mungkin mengajukan beberapa pertanyaan berikut.
- Sudah berapa lama Anda mengalami masalah ejakulasi?
- Seberapa sering mengalaminya?
- Seberapa besar rangsangan seksual yang dibutuhkan untuk membuat Anda berejakulasi?
- Apakah Anda mampu menahan ejakulasi hingga akhir penetrasi?
- Apakah pasangan merasa tidak nyaman atau frustrasi?
- Bagaimana dampak masalah ejakulasi terhadap aktivitas seksual Anda?
- Bagaimana dampak premature ejaculation terhadap kualitas hidup Anda?
Jika riwayat seksual dianggap belum cukup untuk menggambarkan faktor-faktor penyebabnya, dokter mungkin perlu melakukan pemeriksaan fisik.
Beberapa pemeriksaan yang mungkin dilakukan untuk mendiagnosis masalah ejakulasi adalah pemeriksaan saraf, prostat, urine, dan hormon.
Cara mengatasi ejakulasi dini pada pria
Ejakulasi prematur bisa diatasi dengan penerapan perilaku tertentu sebelum berhubungan intim, pemberian obat-obatan, hingga konsultasi psikologis.
Kombinasi berbagai metode pengobatan berikut mungkin dibutuhkan demi mendapatkan hasil terbaik.
1. Teknik perilaku
Dalam beberapa kasus, ejakulasi dini bisa diatasi dengan menerapkan beberapa perilaku sederhana berikut.
- Masturbasi sekitar 1–2 jam sebelum berhubungan intim dengan pasangan.
- Senam Kegel untuk melatih kekuatan otot supaya bisa berfungsi dengan baik saat harus menahan atau melepaskan sperma.
- Gunakan kondom tebal untuk mengurangi rangsangan pada Mr. P.
- Berhenti merokok dan minum alkohol.
2. Anestesi lokal
Laman Mayo Clinic menyebutkan bahwa krim, gel, atau semprotan yang mengandung benzocaine, lidocaine, atau prilocaine bisa membantu mengatasi premature ejaculation.
Caranya, oleskan obat-obatan tersebut 10–15 menit sebelum berhubungan intim. Pastikan Anda hanya menggunakan krim dengan kandungan lidocaine atau prilocaine setelah mendapatkan resep.
Meski terbilang efektif dan mudah dilakukan, anestesi lokal mungkin menimbulkan efek samping, seperti menurunnya gairah seksual.
3. Obat oral
Berikut adalah beberapa jenis obat yang umumnya diresepkan untuk mengatasi ejakulasi dini pada pria.
- Antidepresan, seperti paroxetine, citalopram, serta sertraline.
- Pereda nyeri, seperti tramadol.
- Obat penghambat fosfodiesterase-5, seperti sildenafil, tadalafil, dan avanafil.
4. Teknik berhenti-remas
Cara lain untuk mengatasi ejakulasi dini pada pria adalah dengan menerapkan teknik berhenti-remas. Ikuti langkah-langkah berikut untuk mencobanya.
- Lakukan aktivitas intim seperti biasa, termasuk stimulasi Mr. P sampai akhirnya Anda merasa akan akan berejakulasi.
- Sebelum air mani benar-benar keluar, minta pasangan untuk meremas ujung Mr. P sampai keinginan tersebut menghilang. Anda juga bisa melakukan ini sendiri.
- Ulangi langkah-langkah tersebut sesuai kebutuhan.
Teknik berhenti-remas diharapkan bisa melatih Anda menahan sperma keluar sebelum waktu yang diinginkan.
5. Konseling
Berkonsultasi dengan terapis mengenai hubungan dan pengalaman seksual juga bisa dilakukan sebagai cara mengatasi masalah ejakulasi.
Hal ini bermanfaat agar Anda dapat mengatasi stres dan mengurangi kecemasan saat berhubungan ranjang. Bila perlu, Anda bisa mengajak pasangan saat sesi konseling.
Selain memberikan terapi untuk mengatasi ejakulasi dini, psikolog bisa menyarankan perawatan lain yang sesuai dengan kondisi Anda.
Kesimpulan
- Ejakulasi dini adalah kondisi ketika sperma keluar sebelum saat yang diinginkan. Anda dikatakan mengalami kondisi ini jika ejakulasi terjadi kurang dari satu menit setelah aktivitas seksual.
- Premature ejaculation tidak memengaruhi kesuburan ataupun menyebabkan infertilitas. Akan tetapi, kondisi ini mungkin menyebabkan ketidakpuasan hubungan ranjang.
- Beberapa kasus masalah ejakulasi bisa diatasi dengan terapi perilaku sederhana di rumah, seperti melakukan masturbasi sekitar 1–2 jam sebelum bercinta. Namun, beberapa orang mungkin membutuhkan obat-obatan atau konseling.
[embed-health-tool-bmi]
