
Stres berinteraksi bisa membuat sulit tidur nyenyak
Mungkin hampir bisa dibilang mustahil bagi kita untuk sama sekali menghindari situasi sosial di dunia nyata sepenuhnya. Namun, orang-orang berkepribadian introvert lebih mudah merasa stres atau tertekan di lingkungan yang ramai.
Pasalnya, mereka “dirancang’ memiliki sensitivitas yang lebih tinggi terhadap rangsangan kortikal di otak. Ini yang membuat mereka cenderung lebih peka dan awas terhadap lingkungan dan suara di sekitarnya. Interaksi sosial tanpa henti ini dapat menguras tenaga otak sampai merasa kelelahan.
Itu juga yang membuat kenapa orang-orang introvert lebih mudah merasakan cemas dibandingkan para ekstrovert. Orang introvert biasanya memang lebih banyak berpikir mendalam soal dirinya sendiri dan kehidupannya. Bila seseorang semakin tenggelam dalam pikirannya, ini mungkin memicu otak untuk makin sibuk bekerja keras padahal sudah sangat kelelahan. Kebiasaan ini semakin bisa menguras mental dan membuat stres para introvert.
Stres, kecemasan, hingga kekhawatiran yang dibiarkan terus menumpuk sudah sejak lama dikaitkan sebagai salah satu faktor risiko utama dari insomnia dan mimpi buruk berulang. Kecapekan, baik secara fisik dan juga mental, juga tak ayal bisa membuat kita untuk bisa tidur.
Kombinasi dari fisik yang kecapekan dan stres emosional setelah beraktivitas seharian membuat Anda tidak bisa tidur. Stres karena merasa tidak juga bisa tidur kemudian menambah pikiran makin mumet dan mata makin melek, sehingga Anda jadi memikirkan hal-hal yang lain. Ini membuat waktu tidur Anda makin berkurang dan akibatnya, Anda makin sulit tidur.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar