Ada kurang lebih 35 jenis bahan kimia berbahaya yang terkandung dalam kosmetik. Salah satunya yang paling banyak kita temukan adalah paraben. Anda pasti pernah melihat label bertuliskan “paraben free“ pada produk-produk kecantikan.
Paraben merupakan pengawet yang digunakan dalam berbagai macam produk perawatan tubuh untuk mencegah pertumbuhan jamur, bakteri, dan mikroba lainnya pada krim dan kosmetik, terutama di tempat yang lembap seperti kamar mandi. Bahan kimia pengganggu endokrin ini dapat diserap melalui kulit, darah, dan sistem pencernaan. Menurut Arthur Rich Ph.D., ahli kimia kosmetik di Chesnut Ridge, New York, sekitar 85% kosmetik yang beredar di pasaran mengandung paraben.
Produk apa yang biasanya memiliki paraben?
Semua produk yang memiliki komposisi berakhiran paraben seperti, ethylparaben, butylparaben, methylparaben, propylparaben, isobutylparaben, isopropylparaben, dll., harus kita waspadai. Paraben bisa juga terdapat pada makanan, namun produk-produk berikut adalah yang paling sering kita pakai, seperti:
- Shampo
- Kondisioner
- Losion
- Deodoran
- Sabun muka
- Sabun mandi
- Scrub
- Kosmetik
Apa bahaya paraben?
Pemakaian rutin dan berkelanjutan dalam jangka panjang dari produk-produk yang mengandung paraben bisa mengakibatkan berbagai gangguan kesehatan, dari yang ringan hingga yang serius.
1. Gangguan endokrin
Paraben berpotensi dalam mengganggu endokrin karena kemampuannya yang dapat meniru estrogen. Dalam studi sel, paraben mengikat lemah reseptor estrogen. Sebuah studi tahun 2004 telah mendeteksi paraben pada tumor payudara. Studi membuktikan bahwa pada konsentrasi yang cukup, paraben dapat meningkatkan proliferasi sel (tingkat pertumbuhan sel) kanker payudara MCF-7, yang seringnya digunakan sebagai pengukur sensitivitas aktivitas estrogenik. Dalam sel MCF-7, isobutylparaben dan isopropylparaben paling berpotensi dalam proliferasi, namun mereka masih 170.000 kali lebih rendah dibandingkan dengan estradiol.
Yang disebut sebagai “rantai panjang”paraben, seperti butylparaben, isobutylparaben, isopropylparaben dan propylparaben, memiliki aktivitas estrogenik terkuat di antara yang banyak digunakan dalam produk perawatan tubuh Sebuah studi memaparkan bahwa isobutylparaben prenatal pada tikus menunjukkan peningkatan berat badan rahim dan kepekaan uterus ke estrogen pada keturunannya. Ethylparaben menunjukkan tingkat yang rendah pada aktivitas estrogenik dan methylparaben menunjukkan hampir tidak ada aktivitas estrogen. Selain melangsungkan efek estrogenik, paraben dapat memblokir androgen (misalnya testosteron) dan menghambat enzim yang memetabolisme estrogen.
2. Kanker kulit
Menggunakan produk perawatan kulit yang mengandung paraben, terutama methylparaben dapat memicu kerusakan sel-sel kulit dan gangguan proliferasi sel. Penggunaan sehari-hari dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi methylparaben karena zat ini tidak sepenuhnya dapat diolah oleh tubuh. Ketika paraben dikombinasikan dengan bahan kimia estrogenik lainnya, hal tersebut berpotensi untuk memengaruhi perkembangan melanoma ganas (salah satu bentuk kanker kulit), melalui aktivitas estrogenik dan genotoksik.
3. Mengganggu kesuburan
Propylparaben dan butylparaben dapat mengurangi produksi sperma dan memicu penurunan tingkat testosteron, sedangkan methylparaben dan ethylparaben tidak mempengaruhi produksi sperma. Efek tersebut akan muncul tergantung dengan dosis yang Anda pakai. Selain itu, sebuah studi menemukan bahwa paparan butylparaben untuk wanita semasa kehamilan dan menyusui akan mengubah perkembangan organ reproduksi dan produksi sperma.
Secara umum, propylparaben dan butylparaben dapat mengganggu sistem reproduksi laki-laki dan mempengaruhi organ reproduksi. Hal ini disebabkan oleh aktivitas estrogenik yang telah dijelaskan di atas.
Pelarangan pemakaian paraben
Pada 2014, Komisi Regulasi Uni Eropa melarang isopropylparaben, isobutylparaben, phenylparaben, benzylparaben, dan pentylparaben. Dan pada 16 April 2015, Komisi Uni Eropa menilai bahwa penggunaan butylparaben dan propylparaben secara terus-menerus berpotensi risiko terhadap kesehatan manusia. Oleh karena itu, penggunaannya harus sesuai dengan rekomendasi Scientific Committee on Consumer Safety (SCCS). Meskipun penggunaan paraben di kosmetik tergolong kecil, namun jika seluruh produk personal care dan kosmetik yang kita gunakan setiap hari memiliki paraben, tentu akan berbahaya.
Bagaimana cara menghindarinya?
Carilah produk berlabel “paraben free“dan bacalah daftar bahan pada label untuk menghindari produk yang memiliki paraben. Banyak produsen kosmetik alami dan organik telah menemukan alternatif yang efektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba dalam produk perawatan tubuh tanpa harus menggunakan paraben. Beberapa perusahaan juga telah menciptakan produk bebas pengawet yang memiliki daya tahan lebih pendek dari produk konvensional, yaitu enam hingga satu tahun.