Masalah pencernaan adalah salah satu keluhan kesehatan yang paling umum. Rasanya setiap orang pernah diare dan flu perut alias muntaber setidaknya sekali seumur hidup. Kedua gangguan pencernaan ini memiliki gejala yang mirip sehingga Anda kadang sulit membedakannya. Lantas, apa perbedaan diare dan muntaber? Begini cara membedakannya.
Apa yang membedakan diare dan muntaber?
Gejala diare dan muntaber memang terlihat mirip. Salah satu kesamaannya, diare dan muntaber menyebabkan frekuensi buang air besar (BAB) lebih sering.
Namun, diare dan muntaber adalah gangguan pencernaan yang berbeda. Meskipun mirip, ada beberapa gejala yang membedakan keduanya.
Perbedaan diare dan muntaber dapat juga dilihat dari penyebabnya. Artinya, pengobatan untuk diare dan muntaber bisa juga berbeda.
Oleh karena itu, penting bagi Anda membedakan kedua kondisi ini agar tidak salah melakukan penanganan.
Perbedaan gejala diare dan muntaber
Walaupun muntaber atau flu perut turut menunjukkan gejala diare, Anda perlu mengetahui gejala dan tanda lainnya.
Hal ini untuk membedakan apakah diare yang Anda alami benar disebabkan oleh muntaber atau masalah kesehatan lainnya.
Seseorang dikatakan mengalami diare atau menceret bila frekuensi buang air besar (BAB) menjadi lebih sering dari biasanya dengan feses berbentuk cair.
Frekuensi BAB yang normal untuk tiap orang bisa berbeda. Salah satu ciri pencernaan yang sehat yakni memiliki pola BAB yang teratur. Artinya, tidak terdapat perubahan secara drastis bahkan mendadak.
Ketika diare, Anda mungkin akan mengalami tanda dan gejala seperti: feses keluar dalam jumlah yang banyak, feses lembek dan cair, dehidrasi, haus terus-menerus, dan BAB berdarah.
Sementara itu, gejala muntaber atau gastroenteritis bisa terjadi 1 – 3 hari selepas infeksi dan dapat berlangsung selama 1 – 2 hari bahkan lebih. Namun, gejala dan tanda gastroenteritis tergantung dari penyebabnya.
Bila disebabkan oleh virus, gejala muntaber bisa meliputi demam, nyeri kepala dan nyeri otot. Apabila penyebabnya adalah infeksi bakteri, gejalanya dapat berupa diare disertai darah.
Meski sebagian gejala mirip dengan diare, ada beberapa gejala flu perut atau muntaber yang perlu untuk diwaspadai.
Gejala tersebut antara lain berat badan menurun, mual dan muntah, nyeri otot dan sendi, sulit menahan untuk tidak BAB (inkontinensia feses), dan kulit terasa lembap.
Perbedaan penyebab diare dan muntaber
Diare dan muntaber sama-sama bisa disebabkan oleh konsumsi makanan-minuman yang sudah terkontaminasi dengan virus, bakteri, dan parasit.
Meski ada beberapa penyebab yang sama, diare dan muntaber sebenarnya berbeda.
Diare merupakan gejala dari suatu penyakit. Namun, bukan berarti diare menunjukkan Anda pasti terkena muntaber.
Penyebab diare bisa sangat beragam dan terkadang pemicunya tidak diketahui. Namun, kebanyakan orang bisa mengalami penyakit ini lantaran mengonsumsi makanan yang terkontaminasi bakteri atau tidak bersih.
Diare juga bisa disebabkan oleh sindrom iritasi usus besar, penyakit Crohn, radang usus, penyakit seliak, infeksi virus, alergi, efek samping obat, dan terlalu banyak konsumsi makanan manis.
Sementara itu, muntaber adalah penyakit infeksi pencernaan yang dikenal dengan istilah medis gastroenteritis.
Meski bisa disebabkan juga oleh infeksi virus, muntaber biasanya diakibatkan infeksi bakteri E. coli, Salmonella, Staphylococcus, Campylobacter, Yersinia, atau Shigella.
Nah, infeksi bakteri tersebut bisa melepaskan racun yang menyerang sistem pencernaan sehingga menyebabkan diare. Jadi, muntaber sendiri merupakan salah satu penyebab diare.
Perbedaan pengobatan diare dan muntaber
Terlepas dari perbedaan keduanya, diare dan muntaber tetap saja dapat mengganggu aktivitas, terutama bila Anda harus bolak-balik ke kamar mandi beberapa kali dalam sehari.
Saat mengalami diare dan muntaber, Anda perlu banyak minum air putih untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh. Gejala diare dan muntaber bisa menyebabkan dehidrasi akibat muntah dan bolak-balik BAB.
Anda juga dapat meminum cairan elektrolit atau larutan oralit yang bisa dibeli dari apotek. Cairan ini umum dipakai sebagai pertolongan pertama saat mengalami masalah buang-buang air.
Cairan elektrolit bisa memberikan tubuh asupan garam, glukosa, dan mineral yang hilang karena dehidrasi.
Ada beberapa obat yang bisa membantu untuk mengurangi frekuensi BAB diare. Sejumlah pilihannya seperti loperamide dan attapulgite.
Loperamide adalah obat untuk memperlambat pergerakan dari sistem pencernaan. Obat ini memungkinkan untuk lebih banyak cairan terserap tubuh dan membuat feses menjadi padat.
Attapulgite berfungsi menyerap sejumlah besar racun dan bakteri yang berada di dalam pencernaan.
Perbedaan pengobatan antara diare dan muntaber lainnya adalah penggunaan suplemen zinc untuk membantu mengurangi keparahan diare dan membantu mempercepat proses penyembuhan.