backup og meta

Apa Dampaknya Bagi Anak Jika Tinggal Dalam Keluarga Bermasalah?

Apa Dampaknya Bagi Anak Jika Tinggal Dalam Keluarga Bermasalah?

Keluarga merupakan wadah bagi seseorang untuk bisa bertumbuh kembang pertama kalinya. Lingkungan keluarga, terutama orangtua, memiliki pengaruh yang besar bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Peran pola asuh orangtua jugalah yang menentukan seberapa baiknya seseorang bisa beradaptasi dan terlibat penuh dalam kehidupan bermasyarakat. Meskipun tidak ada keluarga yang sempurna, namun beberapa keluarga atau orangtua tidak dapat menjalankan fungsi yang seharusnya karena satu dan lain hal. Masalah keluarga ini kemudian akan berdampak terhadap kesejahteraan anak di masa depan

Apa yang jadi penyebab masalah keluarga?

Keluarga dikatakan bermasalah ketika rumah tidak dapat menjadi tempat berlindung bagi semua anggota keluarga. Selain itu, pola asuh orangtua di keluarga bermasalah cenderung menimbulkan aura negatif dan kurang memperhatikan kesehatan mental anak sehingga berdampak terhadap proses tumbuh kembang anak.

Disfungsi keluarga layaknya sebuah domino. Masalah keluarga secara langsung berkaitan dengan kondisi dan perilaku kedua atau salah satu pihak ortu, yang kemudian jadi berdampak langsung terhadap perkembangan anak. Berikut beberapa hal yang berisiko menyebabkan suatu keluarga bermasalah, di antaranya:

Orangtua yang ketergantungan narkoba atau alkohol

Ketergantungan zat terlarang merupakan masalah serius karena dapat menyebabkan hilangnya figur orang tua dalam keluarga, munculnya perilaku kekerasan, dan kesulitan finansial.

Kekerasan dalam rumah tangga

KDRT menyebabkan situasi keluarga jadi tidak kondusif dan tidak aman bagi anak-anak serta dapat menyebabkan seorang anak tumbuh menjadi seseorang yang kasar ketika dewasa.

Konflik antara kedua orangtua

Selain berpotensi pada perceraian, konflik antar orangtua dapat menimbulkan dampak serius ketika pertengkaran jadi melibatkan anak dan salah satu pihak secara sengaja membatasi hubungan anak dengan yang lain.

Tinggal bersama ortu dengan gangguan mental

Orangtua yang depresi akan membatasi kontak fisik dan komunikasi antar orangtua-anak, sehingga perkembangan emosional anak jadi ikut terganggu.

Pola asuh yang terlalu mengekang

Pola asuh yang terlalu mengendalikan aktivitas anak dapat menyebabkan anak tidak berkembang sebagaimana mestinya. Anak-anak yang tinggal dengan ortu “diktator’ juga cenderung berperilaku memberontak atau bersikap antisosial terhadap keluarga dan orang lain di sekitarnya.

Yang terjadi pada anak jika hidup dalam keluarga bermasalah

Dampak dari masalah keluarga terhadap anak bersifat jangka panjang, yang akan baru muncul ke permukaan ketika  ia tumbuh menjadi remaja atau dewasa.  Dampak tersebut cenderung sulit dikenali, ditambah lagi dengan faktor sangat sedikitnya upaya orangtua untuk mengatasi hal tersebut.

Hidup di tengah keluarga bermasalah juga menyebabkan anak jadi kehilangan kesempatan untuk berkembang secara optimal sebagaimana mestinya, sehingga mereka jadi memiliki kemampuan sosial, emosional dan coping skill yang lebih rendah dibandingkan individu seusianya.  Hambatan ini kemudian bisa berwujud pada munculnya beberapa masalah berikut:

Gangguan kecemasan

Gangguan kecemasan merupakan masalah kesehatan mental yang umum ditemui dan sudah sejak lama diketahui berkaitan dengan kondisi keluarga yang bermasalah. Kecemasan berlebih pada seseorang dapat dipicu oleh perilaku orangtua atau kondisi keluarga yang selalu menimbulkan masalah atau kekhawatiran anggota keluarga.

Hal ini juga dapat disebabkan oleh perilaku orangtua yang teralu keras sehingga menimbulkan tekanan mental dengan cara memarahi atau meremehkan hal yang dilakukan anak atau kecemasan berlebih orang tua sehingga mereka melarang anak untuk beraktivitas merupakan penyebab utama munculnya gangguan kecemasan pada anak ketika dewasa.

Kesulitan berinteraksi dengan orang lain

Apapun masalah yang menyebabkan suatu keluarga jadi bermasalah, efek kecemasan yang timbul sebagai akibatnya  juga akan memengaruhi kemampuan anak untuk berinteraksi dan membentuk suatu hubungan dengan orang lain. Hal tersebut dapat dipicu oleh pemikiran atau pandangan negatif dari orangtua yang “ditularkan” terhadap anak bahwa setiap orang tidak dapat dipercaya, ataupun rasa cemas jika orang lain mengetahui kondisi keluarganya.

Kesulitan menerima kenyataan

Hal ini dapat disebabkan oleh konflik yang muncul dari perbedaan pandangan antara orangtua dan anak, serta orangtua yang memaksakan pendapatnya pada anak — alias cuci otak. Akibatnya, anak tumbuh besar sulit mempercayai hal yang dialaminya dan cenderung kurang mempercayai emosi milik sendiri bahkan apa yang ditangkap oleh indera mereka.

Bisakah masalah keluarga diperbaiki demi memiliki keluarga yang harmonis?

Dikutip dari Psych Central, ahli psikologi klinis Elvira G. Aletta, Ph.D membuat suatu daftar hal yang terpenting dalam keluarga agar rumah dapat menjadi lingkungan yang kondusif dan aman bagi setiap anggotanya, di antaranya sebagai berikut:

  • Menghargai setiap anggota keluaga, baik hubungan antar saudara, antar pasangan, dan orangtua dengan anak.
  • Menciptakan lingkungan yang aman secara emosional, di mana setiap anggota keluarga bisa sebebas mungkin mengutarakan pendapat, keinginan, dan perasaannya tanpa merasa khawatir diremehkan atau dipermalukan.
  • Menjadikan keluarga tempat untuk menghilangkan stress atau trauma
  • Menghargai privasi antar anggota keluarga
  • Bertanggung jawab dalam menjaga kepercayaan dan tidak menimbulkan kecemasan
  • Selalu dapat saling memaafkan ketika ada konflik atau memiliki perbedaan pendapat
  • Dapat mengekspresikan emosi sewajarnya
  • Memberikan kesempatan setiap orang untuk berubah dan tumbuh
  • Kedua orangtua berhubungan baik dan melakukan tugas pengaruh orangtua sebagai tim
  • Membiasakan perilaku sopan santun di rumah
  • Memiliki batasan yang jelas antara hubungan orangtua dan anak
  • Saling membantu satu sama lain
  • Menyempatkan waktu untuk makan bersama

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Aletta, GP. 2017. What Makes a Family Functional vs Dysfunctional? Online: https://psychcentral.com/blog/archives/2009/12/15/what-makes-a-family-functional-vs-dysfunctional/ (Accessed 2 May 2017)

Hosier, D. 2015. DYSFUNCTIONAL FAMILIES: TYPES AND EFFECTS. Online: http://childhoodtraumarecovery.com/2015/11/18/dysfunctional-families-types-and-effects/ (Accessed 2 May 2017)

Moss, G. 2015. 3 Problems People From Toxic Families Often Struggle With. Online: https://www.bustle.com/articles/113750-3-problems-people-from-toxic-families-often-struggle-with (Accessed 2 May 2017)

Versi Terbaru

13/04/2021

Ditulis oleh Kemal Al Fajar

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

8 Jenis Kecemasan pada Anak dan Gejalanya, Ortu Perlu Tahu

7 Hal yang Wajib Orangtua Lakukan untuk Kesehatan Mental Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Kemal Al Fajar · Tanggal diperbarui 13/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan