backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Terapkan Co-Parenting setelah Cerai, Ini Pentingnya bagi Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 01/12/2022

    Terapkan Co-Parenting setelah Cerai, Ini Pentingnya bagi Anak

    Anda mungkin pernah mendengar istilah co-parenting, tetapi belum benar-benar tahu dan memahami maknanya. Ya, istilah co-parenting memang masih cukup awam di telinga sebagian masyarakat. Namun, sebenarnya pola asuh ini sudah mulai sering diterapkan.

    Pola asuh co-parenting semakin tenar seiring dengan meningkatnya angka perceraian di Indonesia. Untuk memahami lebih jelas terkait co-parenting, simak pembahasannya berikut.

    Apa itu co-parenting?

    Co-parenting adalah pola pengasuhan anak bersama yang dilakukan oleh sepasang orangtua yang telah bercerai. Sementara itu, co-parent adalah arti singkat dari orangtua yang kooperatif.

    Dalam pola asuh ini, kerja sama kedua orangtua sangat dibutuhkan dalam memberikan dukungan moral maupun fisik anak.

    Hal ini untuk mengatasi berbagai masalah yang mungkin terjadi pada anak akibat perceraian orangtuanya.

    Kenapa penting menerapkan co-parenting?

    gaya pengasuhan orangtua

    Menurut data Badan Statistik Indonesia (BPS), jumlah kasus perceraian di Tanah Air pada tahun 2021 meningkat 53,50% dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 291.677 kasus.

    Laporan ini juga menunjukkan bahwa kalangan istri lebih banyak menggugat cerai ketimbang suami.

    Banyak pasangan yang akhirnya memilih bercerai atau menjadi single parent sebagai solusi untuk menyelesaikan prahara rumah tangganya yang tak kunjung usai.

    Kondisi ini mungkin juga jadi keputusan yang berat antara kedua belah pihak. Begitu pula anak-anaknya.

    Secara tidak langsung, anak akan merasakan dampak dari perceraian yang dilakukan oleh orangtuanya.

    Mengutip Help Guide, ada beberapa alasan kenapa penting bagi orangtua yang telah bercerai untuk menerapkan pola asuh co-parenting terhadap anak-anak.

    Berikut adalah berbagai alasan dan manfaat yang bisa didapat dengan menerapkan pola asuh co-parenting.

    1. Merasa aman

    Dengan menerapkan co-parenting, anak akan merasa aman karena ia yakin selalu mendapat kasih sayang ayah dan ibunya.

    Selain itu, ia akan dapat lebih cepat dan mudah untuk menyesuaikan diri dengan situasi kehidupan baru setelah orangtuanya bercerai.

    2. Menjadi terarah

    Pengasuhan co-parenting bisa menumbuhkan kedisiplinan dan menjaga harga diri anak, sama seperti saat kondisi perceraian belum terjadi.

    Anak akan menjadi lebih terarah dan tahu apa yang ia harapkan serta apa harapan orangtua mereka.

    3. Mampu memecahkan masalah

    Co-parenting memberi anak-anak kesempatan untuk belajar berdasarkan contoh yang dilihatnya. Mereka akan melihat sekaligus belajar tentang bagaimana memecahkan masalah sendiri secara efektif.

    Selain itu, anak Anda juga akan belajar bagaimana bekerja sama dengan orang lain bahkan saat dalam situasi yang tidak diinginkan sekali pun.

    4. Memberi contoh memelihara hubungan yang baik

    Melakukan kerja sama yang baik dengan pasangan setelah bercerai dapat menjadi contoh bagi anak Anda.

    Secara tidak langsung, Anda menerapkan pola hidup yang dapat dibawa anak-anak Anda ke masa depan untuk membangun dan memelihara hubungan yang lebih kuat dengan siapa pun.

    5. Lebih sehat secara mental dan emosional

    Anak-anak yang menjadi korban perceraian kedua orangtuanya mungkin akan lebih mudah mengalami masalah mental, seperti depresi, ADHD, atau gangguan kecemasan.

    Oleh karena itu, manfaat penerapan co-parenting adalah untuk membantu anak Anda menghindari masalah kesehatan mental sebagai dampak perceraian orangtua.

    Bagaimana tips menjalankan co-parenting?

    menjadi orangtua tiri

    Meski bukan hal mudah, tapi menerapkan co-parenting dinilai mampu mengurangi dampak negatif yang dirasakan oleh anak setelah orangtuanya bercerai.

    Tentu agar pola asuh anak berjalan dengan lancar, Anda harus membuat kesepakatan dengan mantan pasangan Anda untuk melakukan beberapa tips co-parenting di bawah ini.

    1. Singkirkan rasa amarah dan benci

    Co-parenting akan berjalan dengan sukses bila Anda dan mantan pasangan mampu mengesampingkan amarah dan ego.

    Tanamkan dalam diri bahwa apa yang Anda lakukan semata-mata demi untuk kebutuhan anak.

    Ingatlah kembali bahwa co-parenting dilakukan bukan untuk perasaan Anda dan mantan pasangan Anda, melainkan tentang kebahagiaan, stabilitas, dan kesejahteraan anak Anda untuk masa depannya.

    Apabila ingin meluapkan amarah dan benci, sebaiknya jangan di depan anak. Carilah teman, dokter, atau keluarga yang dapat membantu menghilangkan perasaan marah di dada.

    Anda juga bisa melakukan olahraga sebagai jalan keluar yang sehat untuk melepaskan emosi.

    2. Jangan libatkan anak dalam permasalahan

    Anda mungkin masih menyimpan dendam terhadap mantan pasangan atau masih ada permasalahan yang belum terselesaikan.

    Jika begitu, jangan menempatkan anak Anda pada pusaran konflik.

    Tujuan co-parenting adalah menjauhkan anak Anda dari permasalahan yang tengah dihadapi orangtuanya.

    Jadi, bila masih ada perasaan yang mengganjal dengan mantan pasangan, Anda bisa langsung menghubunginya.

    3. Simpan masalah untuk diri sendiri

    tips co-parenting

    Jangan pernah mengatakan hal-hal negatif tentang mantan pasangan Anda kepada anak-anak atau membuat mereka merasa harus memilih.

    Hal itu dikarenakan orangtua harus menjaga komunikasi yang baik dengan anak.

    Begitu pula sebaliknya, seorang anak memiliki hak untuk menjalin hubungan baik dengan kedua orangtuanya dan bebas dari pengaruh siapa pun.

    4. Bersikap fleksibel

    Jika Anda berbagi hak asuh anak, pasti ada saatnya salah satu dari Anda perlu bertukar. Maka dari itu, jadilah orangtua yang fleksibel karena peran ayah dan ibu sama-sama dibutuhkan oleh anak.

    Cobalah untuk mengingat bahwa kebutuhan anak adalah yang terpenting. Bersikaplah fleksibel jika Anda bisa dan harus berkompromi atau mengubah rencana bersama mantan pasangan.

    Misalnya, minggu ini Anda akan pergi bersama anak Anda, tetapi mantan Anda ingin bertukar karena kebetulan memiliki acara yang berbenturan dengan hari yang telah dijadwalkan.

    5. Jadilah sebuah tim

    Menerapkan co-parent atau bekerja sama dalam mengasuh anak secara penuh adalah keputusan yang harus Anda dan mantan pasangan ambil.

    Jadilah tim yang solid dalam mengambil keputusan besar perihal masa depan anak. Hal ini termasuk membantu anak dalam menghadapi ujian sekolah.

    Selain itu, bersikap terbuka, jujur, dan lugas tentang masalah anak sangat penting untuk kesejahteraan anak-anak Anda.

    Jangan memusingkan hal-hal kecil yang dapat memicu parental burnout. Jika Anda tidak setuju tentang isu-isu penting, segera komunikasikan dengan mantan pasangan Anda.

    Kesimpulan

    Kunci keberhasilan co-parenting adalah mampu memisahkan hubungan atau masalah pribadi dengan mantan dari pengasuhan anak. Hal itu dilakukan semata-mata untuk kesejahteraan anak.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Damar Upahita

    General Practitioner · None


    Ditulis oleh Adhenda Madarina · Tanggal diperbarui 01/12/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan