Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Usia Berapa Bayi Mulai Boleh Diberikan Madu?

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita · General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 4 minggu lalu

Usia Berapa Bayi Mulai Boleh Diberikan Madu?

Madu adalah sumber pemanis alami dengan warna kuning kecokelatan yang khas. Berkat rasa manis serta segudang manfaat di baliknya, madu jadi kegemaran banyak orang. Namun, untuk bayi, sudah amankah kalau si Kecil diberi madu sejak dini? Adakah patokan usia terbaik dalam mengenalkan madu untuk bayi?

Kapan boleh memberikan madu untuk bayi?

minum madu untuk bayi

Menurut ikatan dokter anak di Amerika Serikat, American Academy of Pediatrics (AAP), waktu paling aman untuk memberikan bayi madu yaitu saat usianya telah menginjak 12 bulan atau 1 tahun.

Aturan pemberian madu untuk bayi ini berlaku baik bagi madu murni ataupun madu olahan.

Hal ini tidak hanya berlaku untuk madu asli yang berbentuk cair saja, tapi juga untuk semua makanan yang diolah bersama madu.

Selama usia si Kecil belum 12 bulan, pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) tidak boleh mengandung madu. Anda bisa memenuhi kebutuhan gizi bayi dari sumber makanan lainnya.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), keputusan orangtua memberikan madu untuk bayi biasanya karena memiliki beberapa manfaat.

Bagi bayi yang sudah berusia 1 tahun ke atas, manfaat mengonsumsi madu di antaranya dapat menjaga daya tubuh hingga sebagai obat herbal tradisional untuk meredakan gejala batuk dan sulit tidur.

Sementara bila usia bayi belum mencapai 12 bulan, pemberian madu justru berisiko menimbulkan infeksi botulisme.

Ingat!

Terlepas dari apa pun manfaatnya, Anda sebaiknya tidak asal memberikan madu untuk bayi, apalagi jika usia si Kecil belum 12 bulan.

Apa bahaya memberikan madu untuk bayi kurang dari 1 tahun?

bayi menangis tidak keluar air mata

Melansir dari laman Kids Health, alasan utama kenapa Anda tidak dianjurkan memberikan madu terlalu dini kepada bayi karena madu mengandung spora dari bakteri Clostridium botulinum.

Bakteri ini bisa tinggal dan berkembang di dalam sistem pencernaan bayi, bahkan menghasilkan racun berbahaya dan mengakibatkan penyakit botulisme.

Proses terjadinya penyakit botulisme pada bayi karena mengonsumsi madu untuk tujuan apa pun disebabkan karena flora normal yang ada di usus bayi belum lengkap.

Hal ini membuat flora di dalam usus tersebut belum dapat berkompetisi dengan spora yang masuk ke saluran pencernaan bayi.

Perbedaan tingkat keasaman atau pH pada saluran cerna memungkinkan pertumbuhan spora Clostridium botulinum masuk ke dalam saluran cerna.

Selanjutnya, spora tersebut akan berkumpul di dalam usus besar dan mulai bekerja untuk memproduksi toksin botulinum yang menjadi penyebab penyakit pada bayi.

Sementara pada anak-anak maupun orang dewasa, madu tidak menyebabkan masalah kesehatan.

Ini karena flora normal yang ada di usus anak-anak dan orang dewasa sudah mampu bersaing dengan spora pada saluran pencernaan.

Bayi yang terserang botulisme akan menunjukkan beberapa gejala awal meliputi sembelit atau konstipasi, lemas, berkurangnya nafsu makan bayi, hingga kejang.

Gejala awal botulisme ini biasanya muncul dalam waktu 12—36 jam usai makan makanan yang terkontaminasi bakteri.

Jika Anda menyadari adanya tanda-tanda botulisme pada bayi, segera periksakan ke dokter sebelum terlambat.

Diagnosis dini bisa memperbesar peluang bayi untuk mendapatkan perawatan yang tepat dan mencegah bayi mengalami masalah gizi.

Dalam beberapa kasus yang parah, botulisme bisa mengganggu pernapasan karena membuat otot-ototnya tidak mampu bekerja secara optimal sehingga berujung pada kematian.

Atas dasar itulah, bayi tidak disarankan mengonsumsi madu apabila usianya masih kurang dari 12 bulan atau 1 tahun.

Bagaimana cara memperkenalkan madu untuk bayi?

manfaat madu mentah

Sesuai aturan sebelumnya, Anda tidak perlu buru-buru dalam memberikan madu untuk bayi. Berikan madu ke dalam makanan bayi di waktu terbaik sesuai usianya.

Jika usia bayi sudah di atas 12 bulan, biarkan si Kecil mencicipi madu dalam jumlah sedikit dulu sebagai langkah pertama dalam proses pengenalan makanan.

Setelah itu, coba tunggu kurang lebih tiga sampai empat hari bila ingin beralih mengenalkan jenis makanan baru lainnya.

Tujuannya agar Anda dapat menilai apakah bayi alergi terhadap madu atau tidak.

Jika Anda langsung memberikan jenis makanan baru selama beberapa hari berturut-turut setelah mengenalkan madu, takutnya akan membuat rancu.

Anda mungkin akan kesulitan dalam menemukan makanan mana yang menimbulkan gejala alergi pada bayi.

Setelah bayi tidak menunjukkan gejala alergi apa pun, Anda boleh mulai memberikannya madu, entah sebagai makanan maupun minuman.

Pastikan Anda menyajikan makanan yang bisa menarik minat bayi untuk mencicipi madu misalnya mencampurkan madu bersama dengan yoghurt, oatmeal, smoothie, dan lain sebagainya.

Setelah Anda memperkenalkan madu untuk bayi, ia bisa langsung menyukainya atau menolak di awal-awal dan baru benar-benar menyukainya setelah beberapa kali percobaan.

Biasanya, butuh sekitar 10—15 kali percobaan memberikan madu untuk bayi sebelum menyimpulkan bahwa ia memang tidak menyukainya.

Jika tidak menyukai madu, bayi bisa susah makan makanan yang ada kandungan madu di dalamnya.

Adakah alternatif selain madu untuk bayi kurang dari 1 tahun?

memotong buah

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, madu tidak dianjurkan diberikan untuk bayi yang belum berusia 12 bulan atau 1 tahun.

Hal ini bertujuan untuk meminimalkan risiko bayi mengalami penyakit botulisme (infant botulism).

Namun jangan khawatir, bila Anda ingin memberi pemanis tambahan alami ke dalam makanan, minuman, maupun camilan bayi, coba berikan sari buah.

Sari buah bisa Anda buat sendiri dengan memeras atau menghancurkan buah segar yang sudah matang.

Buah segar ini dapat dipilih apa saja seperti buah untuk bayi yang biasa diberikan.

Selain rasanya yang lezat, sari buah juga mengandung berbagai zat gizi termasuk vitamin untuk bayi.

Sari buah pada dasarnya sudah berasa manis seperti buah tersebut sehingga bisa langsung dicampurkan dengan makanan atau minuman bayi.

Akan tetapi, Anda juga bisa menambahkan air dan gula pasir ke dalam cairan sari buah tersebut untuk menyesuaikan rasa dan teksturnya berdasarkan selera.

Meski tekstur dan rasa cairan sari buah tersebut sangat berbeda dengan madu, setidaknya sari buah bisa membantu menambah cita rasa alami pada makanan dan minuman.

Disclaimer

Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 4 minggu lalu

Iklan

Apakah artikel ini membantu?

Iklan
Iklan