backup og meta

Tips Menjelaskan Rasisme kepada Anak Sejak Dini

Tips Menjelaskan Rasisme kepada Anak Sejak Dini

Dengan munculnya beragam latar belakang dan karakter orang, rasisme juga semakin tumbuh subur. Tanpa edukasi yang tepat, anak-anak yang belum sepenuhnya mampu mengolah informasi bisa saja melakukan tindakan rasisme tanpa sadar. Inilah mengapa penting bagi orangtua untuk menjelaskan tentang rasisme kepada anak sejak dini.

Rasisme tidak hanya berwujud tindak kekerasan. Hal sederhana seperti candaan pun dapat menjadi wadah bagi perilaku ini. Edukasi tentang rasisme bisa membantu si kecil mengenali mana sikap yang baik dan buruk seiring perkembangan sosialnya.

Cara menjelaskan rasisme kepada anak

mengajari anak tanpa memaksa

Rasisme bukanlah topik yang sederhana. Anda mungkin akan butuh beberapa kali mengobrol dengan anak hingga mereka memahami maknanya. Untuk mempermudah Anda, berikut langkah yang dapat dilakukan sesuai kelompok usia mereka:

1. Usia 2-5 tahun

Anak-anak sudah mampu melihat perbedaan antara dirinya dan orang lain, tapi mereka belum dapat mengenali orang lewat ras, gender, ataupun etnis. Mereka juga tidak kenal diskriminasi terhadap orang-orang yang berbeda darinya.

Jika si kecil tidak pernah bertemu orang yang berbeda darinya, ia akan menganggap mereka sebagai sesuatu yang asing. Jadi, manfaatkan momen ini dengan mengenalkan sebanyak mungkin keberagaman kepada anak.

Ajari anak berteman baik dengan orang dari warna kulit dan bentuk rambut yang berbeda. Ajaklah ia makan makanan yang tidak pernah dibuat oleh keluarga Anda. Bila memungkinkan, coba kenalkan anak dengan bahasa kedua.

Anda belum bisa secara gamblang menjelaskan tentang rasisme kepada anak. Namun, Anda dapat menyiasatinya dengan cara:

  • Bersikap jujur dan terbuka. Biarkan anak tahu bahwa semua orang terlahir berbeda.
  • Tidak mengabaikan pertanyaan anak tentang perbedaan orang-orang.
  • Tidak memakai stereotip seperti, “Temanmu bicaranya keras karena dia orang Batak,” atau “Anak laki-laki tidak boleh main masak-masakan.”
  • Menunjukkan kepada anak bahwa teman-teman Anda juga beragam.

2. Usia 6-12 tahun

Menjelaskan rasisme kepada anak lebih mudah pada tahap ini, tapi Anda tidak boleh terlalu kaku. Tanyakan apa yang si kecil dengar di sekolahnya dan yang ia tonton di TV hari ini. Jalin komunikasi bersama anak dengan membiarkan ia bercerita sebanyak-banyaknya.

Anak-anak pada tahap ini sudah mengerti rasa benci dan perasaan saat ia diperlakukan tidak adil. Ia akan merasa heran setiap melihat teman yang di-bully atau saat tidak diberikan bola oleh temannya sepanjang jam pelajaran olahraga.

Anak akan semakin sering memberi pertanyaan yang tidak Anda duga. Pada saat yang sama, ia juga mencontoh cara orangtuanya berbicara dan berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.

Berikut beberapa tips yang bisa Anda ikuti pada tahap ini:

  • Jadilah panutan bagi anak dengan bersikap baik kepada orang lain tanpa memandang suku, ras, agama, dan sebagainya.
  • Tanyakan pada anak apakah ia merasa berbeda dengan orang lain. Jika ya, tanyakan apa yang membuatnya merasa demikian.
  • Jika anak mengatakan sesuatu yang berbau rasis, jangan hanya diam. Tanyakan alasannya, lalu jelaskan bahwa sikap seperti itu tidak baik.
  • Ajak anak menonton TV atau melakukan kegiatan yang bisa memancing diskusi.

3. Usia 13-17 tahun

menjelaskan rasisme kepada anak

Ini adalah masa terpenting untuk menjelaskan rasisme kepada anak. Pasalnya, remaja akan mengumpulkan berbagai informasi tentang orang-orang di sekitarnya dalam rangka mencari jati diri. Ia ingin tahu di mana posisinya dalam kelompok sosial.

Para remaja juga dibanjiri informasi dari penggunaan media sosial. Tanpa pengawasan orangtua, pemakaian medsos bisa mengubah pola pikir remaja. Perubahan ini mungkin berdampak hingga mereka dewasa.

Di sisi lain, orangtua kadang merasa sulit dekat dengan anak yang beranjak remaja. Ini terjadi karena remaja cenderung lebih percaya kepada temannya. Tidak ada yang salah dengan ini, asalkan Anda tetap berusaha menanamkan nilai positif kepadanya.

Berikut beberapa tips yang dapat Anda coba:

  • Tetap sering mengobrol dengan anak. Meski terkesan tidak acuh, anak sebenarnya tetap ingin berdiskusi dengan orangtuanya.
  • Ajak ia mengobrol tentang isu yang sedang hangat, seperti bully, selebritas yang sedang viral, dan lain-lain.
  • Kenalkan anak pada kegiatan relawan, ekskul, dan sebagainya agar pergaulannya semakin luas.
  • Pastikan perilaku Anda sesuai dengan kata-kata dan nasehat yang Anda berikan.

Apa Penyebab Rasisme yang Masih Terjadi di Sekitar Kita?

Tidak ada orang yang terlahir dengan rasisme. Rasisme adalah perilaku yang terbentuk dari rasa insecure, mekanisme pertahanan diri, dan pengaruh lingkungan. Walaupun kesannya sulit dipercaya, kemunculannya dapat berawal dari masa kanak-kanak.

Ini pentingnya menjelaskan tentang rasisme kepada anak. Dengan begitu, anak akan paham bahwa setiap orang memiliki perbedaan dan tidak ada yang salah dengannya. Keberagaman yang ada justru dapat menyatukan ia dan orang lain di sekitarnya.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Beyond the Golden Rule. (2020). Retrieved 5 June 2020, from https://www.tolerance.org/sites/default/files/general/beyond_golden_rule.pdf

Anti-Racism for Kids: An Age-by-Age Guide to Fighting Hate. (2020). Retrieved 5 June 2020, from https://www.parents.com/parenting/better-parenting/advice/how-to-teach-your-kids-to-fight-hate-an-age-by-age-guide/

How White Parents Can Talk To Their Kids About Race. (2020). Retrieved 5 June 2020, from https://www.npr.org/2020/06/03/869071246/how-white-parents-can-talk-to-their-kids-about-race

Versi Terbaru

16/08/2021

Ditulis oleh Diah Ayu Lestari

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Aprinda Puji


Artikel Terkait

Hubungan Ayah dan Anak Perempuan, Benarkah Lebih Sayang?

17 Hak dan Kewajiban Murid di Sekolah, Bukan Cuma Belajar


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 16/08/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan