Kapan sebaiknya anak diperkenalkan dengan bahasa kedua?
Menurut berbagai penelitian, semakin dini mengajarkan anak bahasa kedua, semakin baik. Semakin dini anak diperkenalkan dengan bahasa baru artinya semakin banyak waktu yang tersedia bagi anak untuk belajar bahasa, dibandingkan dengan anak yang baru belajar bahasa di usianya yang kesekian. Lagipula, masa anak merupakan masa di mana anak mempunyai banyak waktu untuk belajar dan anak juga lebih mudah untuk menerima pembelajaran pada masa ini.
Masa di mana anak belum sekolah, terutama di usianya yang ke-3 tahun, merupakan masa di mana dasar-dasar untuk berpikir, bahasa, berperilaku, bersikap, bakat, dan karakteristik lainnya sedang berkembang dengan pesat, seperti kata Ronald Kotulak, penulis buku “Inside the Brain”, yang dilansir dari Early Childhood News. Sehingga, usia anak yang ketiga tahun merupakan awal yang baik untuk anak belajar bahasa.
Pada usia 3 tahun, anak sudah mulai fasih menggunakan bahasa ibu, dan pada usia ini juga anak sudah mulai siap untuk belajar bahasa baru, sehingga anak tidak kesulitan untuk membedakan mana bahasa ibunya dan mana bahasa keduanya.
Sebesar 50% kemampuan belajar anak berkembang saat usia 1 tahun dan 30% lainnya berkembang pada usia 8 tahun. Artinya, usia anak sampai 8 tahun merupakan periode kritis anak untuk banyak belajar dan berkembang. Selain itu, para ahli juga telah meneliti bagaimana fisiologi otak terhadap kemampuannya dalam belajar bahasa. Ternyata, otak anak sampai usia 8 tahun mempunyai sifat plastisitas atau fleksibel, yang memungkinkan anak untuk belajar bahasa dengan mudah. Pada masa kritis inilah otak mampu menyerap berbagai informasi dan pengetahuan dengan mudah.
Semakin dini anak diperkenalkan dengan bahasa baru, semakin mudah juga anak untuk dapat menerimanya. Semakin dini anak belajar bahasa, semakin baik pula ia dapat meniru suara baru dan pengucapannya. Pada masa anak, otak masih terbuka lebar untuk dapat menerima suara dan bahasa baru.
Selain itu, belajar bahasa kedua juga memberikan manfaat untuk anak. Penelitian oleh Harvard University menunjukkan bahwa belajar bahasa tambahan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreativitas, dan fleksibilitas pikiran pada anak. Dengan belajar bahasa yang diulang-ulang, juga mampu meningkatkan kekuatan otak dan ingatan anak.