backup og meta

Tips Memilih Film Kartun yang Aman dan Mendidik untuk Buah Hati

Tips Memilih Film Kartun yang Aman dan Mendidik untuk Buah Hati

Rasanya tidak ada satu pun anak yang tidak suka menonton kartun. Namun, Anda sebagai orangtua harus tetap awas memerhatikan apa yang anak-anak tonton dalam kesehariannya. Tidak semua kartun bermanfaat dan cocok ditonton oleh anak kecil, meski memang menghibur. Yuk, cari tahu kartun anak seperti apa yang baik, dan harus seberapa sering menonton TV agar tidak merusak kesehatannya.

Cerdas pilah-pilih tayangan kartun anak

anak menonton film berdasarkan umur

1. Pilih yang sesuai usianya

Anda umumnya sudah boleh mulai mengenalkan film kartun buat si kecil sejak usia 16 bulan sampai di atas satu tahun. Pada rentang usia ini, anak kecil sudah menunjukkan ketertarikan mereka terhadap gerak, warna, suara, dan macam-macam gambar yang terlihat di depan matanya meski belum sepenuhnya jelas.

Namun, memilih film harus sesuai usianya, lho! Pastikan pilih film kartun anak dengan rating SU (Semua Umur) buat produksi lokal atau G (General Audience) jika ingin mempertontonkan film internasional.

Nah untuk acara kartun di televisi, rating khusus anak adalah:

  • SU (semua kalangan di atas usia 2 tahun)
  • P (anak usia prasekolah usia 2-6 tahun)
  • A (anak usia 7-12 tahun)

Rata-rata tayangan televisi yang memiliki rating ini termasuk ramah anak. Anda bisa lihat kategori siaran TV tersebut di sudut kanan atau kiri atas layar kaca Anda.

2. Pilih yang temanya bermain sambil belajar

Memilih kartun anak boleh yang menghibur, tapi jangan tinggalkan aspek belajarnya.

Setelah perhatikan ratingnya, perhatikan juga kontennya:

  • Untuk usia 1-2 tahun, pilih kartun dengan gambar yang simpel, seperti bola yang bergerak, atau huruf alphabet bergerak sembari diiringi musik. Musik dan tarian akan mengundang anak untuk antusias ikut menggerakkan tubuhnya, yang juga bisa sekaligus jadi cara mengasah keterampilan motorik kasar anak.
  • Buat anak di atas 2-4 tahun, pilih kartun yang bisa mengajak mereka menghafal alfabet, menyebutkan angka, mengajarkan kosa kata baru, atau menebak-nebak gambar hewan atau warna.
  • Jika si kecil sudah berusia 4-5 tahun, Anda bisa memberikan tayangan kartun yang lebih interaktif. Kartun interaktif membuka kesempatan buat anak bermain tanya jawab meski lewat layar layar kaca.
  • Ketika usia anak sudah sekitar 6-12 tahun, Anda bisa memberikan anak tayangan kartun dengan cerita pahlawan super, persahabatan, keluarga, atau kehidupan sehari-hari yang banyak ditayangkan di stasiun TV pada jam-jam tertentu.

Secara umum, Anda juga sudah boleh mengenalkan tayangan kartun yang bermuatan moral untuk mengajarkan anak cara bersosialisasi dengan sesama teman sepantaran dan bersikap kepada orang yang lebih tua. Maka sambil bermain dan menonton TV, anak juga akan mendapatkan pelajaran berharga untuk ke depannya

3. Pilih waktu nonton yang tepat

Kartun anak biasa ditayangkan pada waktu-waktu tertentu untuk menyesuaikan dengan aktivitas hariannya. Buat anak usia 1-5 tahun, berilah waktu sebentar untuk menonton TV sehabis tidur siang atau sepulangnya mereka dari taman bermain (playgroup).

Untuk anak-anak yang sudah berusia sekolah, sebaiknya berikan jadwal waktu nonton kartun pada sore hari setelah pulang sekolah/les, atau di pagi hari selama akhir pekan.

Hindari tayangan kartun anak ini

durasi nonton tv anak

Hindari kartun anak yang yang punya alur cerita terlalu panjang dan sulit untuk dipahami. Tentu karena ini tidak akan sesuai dan mendukung tumbuh kembang anak sesuai usianya. Namun yang harus juga dipertimbangkan adalah konten tayangannya dan skenario dialognya.

1. Berisi kekerasan

Maka, jangan berikan anak izin menonton kartun yang menampilkan aksi kekerasan, pertengkaran, atau pertikaian. Baik secara verbal yang lewat kata-kata kasar, atau non-verbal seperti aksi memukul, menampar, menendang, atau menonjok sekali pun sudah dikemas secara hiperbolik dan tidak realistis. Misalnya memukul karakter A sampai gepeng dengan palu gada ukuran jumbo.

Meski tayang tersebut berupa animasi dan kita tahu itu mustahil, anak-anak belum punya pemikiran kritis untuk membedakan mana fantasi dan kenyataan sehingga masih menganggap segala yang mereka lihat di TV sebagai sebuah kebenaran.

2. Menampilkan konten SARA

Jangan berikan anak izin menonton tayangan kartun berisi isu SARA yang menyerang, merendahkan, mencemooh, dan memojokkan suku, agama, ras ( dilihat dari warna kulit dan ciri wajah), serta golongan tertentu. Jangan pula menayangkan kartun anak yang kerap membeda-bedakan gender.

Menampilkan konten kartun seperti ini akan membuat anak sulit untuk berempati yang bisa berdampak buruk pada kehidupan sosialnya di masa mendatang.

3. Berbau seksual

Tidak sedikit kartun anak yang disempilkan hal-hal berbau pornografi atau tidak seronok. Selain sangat tidak sesuai dengan usia anak, tayangan berbau hal-hal seksual juga tidak baik buat perkembangan otaknya yang masih sangat muda.

Anak kecil belum bisa membedakan mana yang benar dan salah. Acara kartun yang bermuatan hal-hal di atas akan menanamkan pemikiran bahwa pertengkaran,  kekerasan, dan perilaku seksual di bawah umur adalah hal yang wajar. Anak-anak juga punya rasa ingin tahu dan daya imajinasi yang tinggi sehingga mereka cenderung akan menirunya.

Selain tiga larangan di atas, sebaiknya hindari juga tayangan kartun yang dapat mendorong anak berperilaku konsumtif. Misalnya jadi minta mau dibelikan mainan ini-itu setelah melihatnya di TV.

Maka dari itu, anak masih perlu panduan dari orang dewasa agar tidak salah kaprah.

Berapa lama anak boleh nonton kartun?

menonton tv terlalu dekat

Merangkum berbagai sumber, dokter spesialis anak dan pakar kesehatan anak dari seluruh dunia umumnya sepakat bahwa durasi nonton tv yang ideal untuk anak usia 2 tahun ke bawah harus kurang dari 1 jam setiap hari, sementara anak-anak usia 2 tahun ke atas maksimal dua jam per hari.

Kelamaan nonton TV bisa memunculkan banyak dampak buruk bagi anak. Dikutip dari KidsHealth, anak-anak hobi menghabiskan lebih dari 4 jam per hari menonton TV lebih cenderung mengalami obesitas. Pasalnya saat anak nonton TV terlalu lama, tubuh mereka akan terus diam dalam waktu lama dan cenderung ingin ngemil sembari menatap layar. Obesitas pada anak meningkatkan risiko terkena penyakit kronis berbahaya seperti diabetes dan sakit jantung di masa depan.

Selain itu, tayangan kartun yang sarat kekerasan juga berisiko membuat anak menunjukkan perilaku menyimpang dan agresif. Terlalu sering menonton film kekerasan bahkan juga berisiko membuat anak tumbuh memiliki tendensi antisosial dan psikopati.

Cara membatasi anak agar tidak nonton TV terus

Bukan berarti Anda harus melarang si kecil nonton TV atau kartun anak, mencabut semua kabel tv dan modem internet di rumah Anda. Bagaimanapun juga, keduanya merupakan perantara bagi setiap orang untuk berkomunikasi, belajar hal baru, dan mendapatkan informasi. Akan tetapi dengan bimbingan Anda, waktu anak menonton TV bisa menjadi bermanfaat.

1. Buat jadwal menonton TV

Jadwalkan anak menonton TV di waktu-waktu tertentu saja atau hanya untuk program tertentu favorit anak, sesuai kesepakatan. Apabila anak melanggar, beritahu hukuman apa yang terjadi jika anak melanggar perjanjian ini. Contohnya, seperti dilarang nonton TV selama 1 minggu.

2. Orangtua harus nonton TV bersama anak

Ini adalah sebagai cara untuk membatasi dan mengawasi waktu anak menonton TV. dengan nonton TV bersama, orangtua bisa menjelaskan tentang apa yang Anda berdua lihat dan menjadikannya bahan diskusi untuk mendorong anak bersikap kritis terhadap apa yang dia tonton.

3. Alihkan perhatian dan matikan TV apabila ada tontonan yang tidak pantas

Saat Anda merasa anak Anda menonton acara yang tidak pantas. Setelahnya, jelaskan dengan baik kenapa ia tidak boleh menonton itu sendirian, tanpa pengawasan orang dewasa.

Dr. Vic Strassburger sebagai perwakilan dari American Academy of Pediatrics (AAP) menyarankan orangtua sebaiknya tidak memberikan akses internet dan TV kabel bagi anak-anak yang berusia masih sangat belia, terutama di usia 1-10 tahun. Ini bisa buat orangtua sulit memantau apa yang anak akses dan tonton di layar kaca maupun di gadget mereka,

5. Jangan biarkan anak menonton TV saat makan dan waktu belajar

Hindari nonton TV sambil makan atau belajar. Untuk menghindari kebosanan saat belajar, coba Anda buat aktivitas belajar atau olahraga di luar ruangan sehingga Anda bisa membantu mereka menjadi aktif.. Jadi, waktu anak akan terbuang lebih banyak untuk bergerak  dan belajar daripada menonton TV.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

TV affects child https://kidshealth.org/en/parents/tv-affects-child.html  Diakses pada 09 Januari 2019.

Babies television https://childdevelopmentinfo.com/family-living/kids-media-safety/television/babies-television/ Diakses pada 09 Januari 2019.

Pediatricians no more than  2 hour screen times https://www.scientificamerican.com/article/pediatricians-no-more-than-2-hour-screen-time-kids/ Diakses pada 09 Januari 2019.

Versi Terbaru

16/08/2021

Ditulis oleh Novita Joseph

Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Kapan Sebaiknya Mulai Periksa Mata Anak?

9 Tips Mengajarkan Kebersihan Diri pada Anak sejak Dini


Ditinjau secara medis oleh

dr. Tania Savitri

General Practitioner · Integrated Therapeutic


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 16/08/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan