Dikutip dari situs Rider’s Digest, permainan lompat memantul ini berkembang pesat tahun 90-an. Meski populer, angka cedera akibat permainan ini juga terus melonjak hingga 98% di tahun 1999. Lebih dari 100.000 orang di Amerika Serikat harus dirawat karena cedera. Salah satunya, Colton, balita usia tiga tahun yang mengalami patah tulang paha saat bermain trampolin.
Banyaknya kasus cedera dalam permainan ini, membuat American Academy of Pediatrics (AAP) dan American Academy of Orthopaedic Surgeon menyarankan bahwa trampolin bukan permainan yang cukup aman untuk balita. Permainan trampolin meningkatkan risiko cedera tinggi pada anak, seperti keseleo atau patah tulang di lengan dan paha serta cedera bagian kepala dan leher. Kenapa?
Permainan lompat memantul ini sangat berisiko bagi si kecil karena tulangnya masih muda, belum cukup kuat, dan lebih lembut. Gerakan melompat yang berulang saat bermain trampolin menyebabkan tulang menerima tekanan dari berat tubuh secara berulang, tulangnya menjadi stres. Akibatnya, bisa terkilir atau patah tulang.
Kapan anak boleh main trampolin?

Dr. Randall Loder, seorang ahli bedah ortopedi di Riley Hospital for Children di Indiana mengungkapkan pendapatnya bahwa tidak ada usia yang aman bagi anak untuk bermain trampolin karena permainan ini sangat berisiko bagi anak. Menurutnya, anak bisa memainkan permainan anak lain yang lebih aman.
Sementara AAP menetapkan bahwa anak usia di bawah 6 tahun, tidak boleh melakukan permainan ini. Anak dengan usia tersebut belum dapat menyeimbangkan tubuh dan pendaratan dengan baik. Apalagi masih ceroboh dalam bermain.