Seiring bertambahnya usia, perkembangan balita juga semakin bertambah. Salah satunya kemampuan buang air di toilet. Mengenalkan toilet training pada anak umumnya bisa mulai dilakukan ketika anak sudah bisa mengendalikan rasa buang air kecil dan besar.
Namun, kapan waktu yang tepat dan bagaimana cara mengenalkan toilet training pada anak? Berikut ulasannya.
Usia berapa perlu mengenalkan toilet training pada anak?
Mengutip dari Mayo Clinic, tingkat keberhasilan memperkenalkan toilet training tidak hanya dilihat dari usia, tapi tergantung pada perkembangan, perilaku, dan kebiasaan anak.
Meski umumnya anak-anak sudah terlihat siap untuk potty training pada usia 18 bulan sampai anak usia 2 tahun, tapi rata-rata dari mereka bisa dilatih buang air di toilet saat usia 2—3 tahun.
Meski begitu, Anda perlu memahami bahwa setiap anak tidak sama. Bila anak usia 3 tahun belum terlihat tanda siap, tidak perlu terburu-buru.
Mungkin anak Anda masih butuh waktu untuk mulai buang air di toilet secara langsung. Jadi, jangan hanya berpatokan pada usia, perhatikan pula tanda-tanda anak siap potty training.
Tanda anak sudah siap melakukan toilet training
Pernah mendapati popok si Kecil dalam keadaan kering semalaman? Ini adalah salah satu tanda kalau anak Anda sudah bisa mengendalikan rasa buang air kecil dan siap untuk toilet training.
Namun, setiap anak memiliki tanda berbeda. Berikut adalah beberapa tanda anak sudah siap potty training.
- Anak bisa bilang sudah selesai atau ingin buang air besar atau kecil.
- Anak tidak betah saat popok kotor dan ingin diganti.
- Popok anak kering selama 2 jam atau lebih.
- Anak sudah bisa melepas celana sendiri.
- Waktu buang air lebih teratur.
- Menunjukkan ketertarikan pada orang lain yang menggunakan toilet.
- Dapat mengikuti instruksi sederhana.
Persiapan yang perlu dilakukan untuk melakukan toilet training
Masa transisi yang baik sangat penting dalam proses pengubahan kebiasaan anak agar ia tidak mengalami trauma.
Jadi, ketika Anda sudah melihat tanda-tanda si Kecil siap potty training, ada beberapa persiapan yang perlu dilakukan. Berikut beberapa di antaranya.
1. Beri penjelasan tentang buang air di toilet
Beri penjelasan pada anak bahwa toilet merupakan tempat untuk buang air, termasuk kotoran agar tidak menumpuk di dalam popok yang membuatnya tidak nyaman.
Katakan pula padanya kalau toilet adalah tempat yang menyenangkan. Minta anak untuk menyiram (flush) toilet agar ia tahu kalau buang air di toilet adalah kegiatan yang seru.
Saat menjelaskan tentang hal ini, disarankan untuk menggunakan kata-kata yang sebenarnya, seperti buang air besar (BAB) dan buang air kecil atau pipis, untuk mendukung perkembangan bahasa anak.
2. Memilih dudukan toilet yang tepat
Agar anak Anda bersemangat untuk masuk ke fase baru, yaitu buang air di toilet dewasa, Anda bisa memberi dudukan toilet sebagai “hadiah”.
Beberapa anak lebih menyukai menggunakan toilet dewasa sambil memakai dudukan toilet dengan model lucu sesuai kesukaan anak. Ajak anak untuk memilih dudukan toiletnya sendiri.
Namun, pastikan dudukan toiletnya memiliki kualitas baik, seperti stabil ketika ditempel di kloset atau terdapat injakan kaki atau sandaran punggung yang membuat anak nyaman.
3. Kenalkan cara memakai toilet
Anak adalah peniru ulung. Sebelum memulai toilet training, tunjukkan pada anak cara menggunakan toilet.
Ini termasuk bagaimana duduk atau jongkok di toilet serta membersihkan bokong (cebok) dan menyiramnya.
Jika Anda punya lebih dari satu anak, biarkan anak Anda melihat kakaknya saat menggunakan toilet.
4. Ganti popok di kamar mandi
Pada masa transisi, untuk mengenalkan anak dengan toilet, Anda bisa mengganti popok anak di kamar mandi. Biarkan si Kecil melihat Anda membuang kotoran yang ada di popoknya ke toilet.
Ini sebagai cara untuk “pendekatan” antara anak dan toilet sehingga ia bisa lebih mengetahui tentang tempatnya buang air.
Sambil mengganti popok, ceritakan bahwa nanti dia akan buang air di toilet dan apa saja yang harus ia lakukan di sana.
Cara mengenalkan toilet training di rumah
Tanda-tanda kesiapan sudah terlihat dan persiapan telah dilakukan, saatnya memulai toilet training. Namun, bagaimana caranya?
Berikut beberapa cara melakukan toilet training di rumah.
1. Latihan duduk di atas dudukan toilet
Latih si Kecil untuk duduk di atas dudukan toilet atau berjongkok di atasnya jika menggunakan toilet jongkok.
Lakukan cara ini beberapa kali dalam sehari, setidaknya selama 2—3 menit setiap kalinya, sampai ia terbiasa. Ingat, jangan paksa anak jika ia belum mau.
Meski ia tidak ingin pipis atau buang air besar, kebiasaan ini membuat anak menemukan posisi yang nyaman di atas toilet.
2. Rutinkan anak ke toilet
Setelah merasa nyaman dan terbiasa, saatnya mulai rutinkan si Kecil ke toilet untuk buang air kecil dan besar.
Awalnya, Anda bisa bawa anak ke toilet setiap bangun tidur, setelah makan, ketika akan tidur, dan setiap 2 jam pada siang hari. Ajak juga ia ke toilet pada waktu ia biasanya buang air besar.
Nantinya setelah terbiasa, Anda dapat menanyakan langsung pada si Kecil apakah ia butuh ke toilet untuk buang air atau tidak.
3. Kenali tanda anak akan buang air
Di luar jam rutinnya ke toilet, perhatikan tanda-tanda anak ingin buang air kecil dan besar. Jika anak memegang area kemaluannya, menyilangkan kaki, atau jongkok, segera bawa ia ke toilet.
Hal ini dapat memberi tahu anak Anda bahwa ketika sinyal atau tanda buang air muncul, segera hentikan apa yang sedang dilakukan kemudian pergilah ke toilet.
Bantu juga anak Anda untuk mengenali apa saja tanda-tanda ingin buang air kecil dan besar ini. Lama kelamaan, ia akan bicara langsung kepada Anda kapan ia perlu buang air.
4. Pakai pakaian yang mudah dilepas
Agar proses di atas mudah, pastikan anak menggunakan pakaian yang mudah dilepas selama melakukan potty training.
Anda bisa memakaikan si Kecil celana yang longgar dengan karet elastis di bagian pinggangnya agar ia dapat melepas sendiri celananya saat akan buang air kecil dan besar.
Hindari memakaikan pakaian yang sulit dilepas, seperti jumper atau baju yang menggunakan kancing di selangkangan.