backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal 7 Teori Perkembangan Anak

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 28/04/2022

    Mengenal 7 Teori Perkembangan Anak

    Masa perkembangan merupakan waktu yang sangat penting untuk anak. Pada masa ini, segala kemampuan dan kepribadian anak akan terbentuk. Hal ini dapat mengacu pada teori perkembangan anak. Teori ini termasuk ke dalam teori psikologi dan terdiri dari beberapa jenis. Ketahui masing-masing teori perkembangan anak di bawah ini.       

    Berbagai teori perkembangan anak

    teori perkembangan anak

    Teroi perkembangan adalah teori psikologi yang membahas tentang perubahan dan perkebangan yang dialami oleh anak selama masa kanak-kanak.

    Ini meliputi berbagai aspek perkembangan anak, termasuk perkembangan sosial, emosional, dan kognitif. 

    Teori ini berfungsi untuk membantu memahami proses anak dalam berkembang, belajar, dan bersikap.

    Proses tersebut sering kali hanya dipandang sebagai suatu bagian dari tumbuh kembang anak. Sadar atau tidak, proses perkembangan anak ada pengaruhnya ke kepribadian anak bahkan hingga ia dewasa. 

    Oleh karena itu, dengan teori ini, perilaku tertentu dari anak dapat dipahami apakah dipengaruhi oleh usia, hubungan dalam keluarga, sikap atau kepribadian, atau yang lainnya. 

    Ada beberapa teori psikologi yang dapat digunakan untuk memahami perkembangan anak. Berikut ini adalah penjelasan masing-masing teori tersebut. 

    1. Teori perkembangan psikoseksual    

    Melansir dari First Discoverers, teori perkembangan psikoseksual digagas oleh Sigmund Freud. Teori ini ia dapat dari meneliti beberapa pasien yang memiliki gangguan mental.  

    Freud berpendapat bahwa kepribadian dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengalaman dan keinginan bawah sadar pada setiap tahap perkembangan di masa kecil.

    Kepribadian dan perilaku tersebut akan terbentuk dengan sempurna saat anak berusia 5 tahun. 

    Masalah atau konflik yang dialami pada setiap tahap perkembangan dapat berperan penting pada kepribadian dan perilaku yang anak miliki hingga ia dewasa. 

    Menurut teori ini, tahap perkembangan anak terbagi menjadi beberapa tahap berdasarkan tumbuh kembang tubuhnya secara seksual. 

    Anak yang berhasil mengatasi semua masalah di setiap tahap perkembangan akan tumbuh menjadi orang dewasa dengan perilaku dan kepribadian yang baik.  

    Sementara itu, jika anak gagal berkembang pada salah satu tahap, hal ini dapat mebuat perkembangan anak menjadi terhambat pada tahap tersebut. Akibatnya, ada dampak pada perilakunya ketika anak telah dewasa. 

    Meski banyak orang yang percaya bahwa kepribadian seseorang akan terus berubah seumur hidup, teori ini menyangkal hal tersebut.

    Freud yakin pengalaman di masa kecil berperan penting dalam membentuk kepribadian seseorang. 

    2. Teori perkembangan psikososial

    Teori perkembangan psikososial berfokus pada interaksi dan pengalaman sosial yang terjadi pada setiap tahap perkembangan anak.

    Menurut teori ini, di setiap tahap, anak akan menghadapi masalah sosial yang akan berpengaruh pada perkembangan dirinya. 

    Berbeda dari teori sebelumnya, menurut teori perkembangan psikososial, perubahan dan perkembangan akan terus terjadi seumur hidup.   

    Perubahan tersebut terbagi dalam beberapa tahap yang terjadi sejak anak lahir hingga ia meninggal. 

    3. Teori perkembangan perilaku anak

    Teori ini menyatakan bahwa perkembangan anak seharusnya hanya diukur dari perilaku yang nyata dan terlihat agar mendapat hasil yang lebih tepat dan ilmiah. 

    Menurut teori ini, perilaku seseorang akan dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya. Sikap seseorang akan timbul sebagai reaksi terhadap penghargaan, hukuman, rangsangan, atau dukungan dari orang-orang disekitarnya. 

    Teori ini sangat berbeda dari teori perkembangan yang lainnya. Ini karena teori perkembangan perilaku tidak mempertimbangkan pikiran atau perasaan dan hanya bertumpu pada pengalaman yang dialami secara langsung. 

    4. Teori perkembangan kognitif 

    teori perkembangan anak

    Teori perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan cara berpikir dan mental anak.

    Teori ini juga melihat pengaruh proses berpikir pada cara anak memahami dan berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. 

    Pada teori ini, perkembangan anak terbagi ke dalam 4 tahap berikut.

    Tahap sensormotorik

    Tahap ini terjadi dari awal kelahiran hingga usia 2 tahun ketika kemampuan sensorik dan motorik anak baru saja berkembang.

    Pada tahap ini, perilaku hanya terbatas pada respons terhadap rangsangan pada kedua kemampuan tersebut. 

    Tahap pra-operasional 

    Tahap ini dialami pada usia 2 hingga 6 tahun, yaitu ketika anak mulai belajar penggunaan bahasa.

    Meski begitu, anak belum sepenuhnya paham dalam menggunakan logikanya sehingga tidak mampu mencerna informasi dengan sempurna. 

    Tahap operasional konkrit 

    Tahap ini terjadi pada usia 7 hingga 11 tahun. Di tahap ini, anak sudah dapat memahami fungsi mentalnya dengan lebih baik.

    Anak mampu berpikir dengan lebih logis dan memahami hal yang lebih rumit. 

    Tahap operasional formal 

    Ini merupakan tahap akhir dan terjadi pada usia 12 hingga usia dewasa.

    Pada tahap ini, kemampuan berpikir sudah berkembang dengan sempurna, sehingga anak akan mampu memahami hal-hal yang lebih rumit dari sebelumnya. 

    Ambil contohnya, anak sudah mulai mampu menyusun rencana secara sistematis. 

    5. Teori keterikatan 

    Pada teori ini, dipercaya bahwa keterikatan anak dengan seseorang secara sosial sangat berpengaruh pada perkembangannya. Bahkan, ini juga dapat memengaruhi hubungan sosial anak untuk seumur hidup.  

    Sebagai contoh, hubungan antara anak dengan pengasuhnya dapat memengaruhi cara anak bersosialisasi di kemudian hari. 

    Teori ini berdasarkan pada pemikiran bahwa anak lahir dengan kebutuhan untuk membentuk keterikatan dengan orang lain. Keterikatan ini yang nantinya anak membentuk kepribadian anak. 

    Anak yang mendapat dukungan dan perhatian dari orang lain akan merasa lebih aman dalam menjalin hubungan dengan orang lain.

    Sementara anak yang kurang mendapat perhatian dapat memiliki kesulitan dalam membentuk keterikatan dalam bersosialisasi. 

    6. Teori pembelajaran sosial 

    Menurut teori ini, perkembangan anak dapat terjadi dari melakukan obeservasi dan meniru orang lain yang ada di sekitarnya, seperti orangtua dan kerabat. 

    Dari hal tersebut, anak dapat mempelajari kemampuan dan informasi baru yang belum ia miliki.

    Jadi, kemampuan anak tidak terbatas pada apa yang pernah ia alami sendiri, tetapi juga dari pengalaman orang lain. 

    7. Teori sosiokultural 

    Pada teori ini, dipercaya bahwa perkembangan anak terjadi melalui pengalaman pribadi.

    Namun, perkembangan ini juga dipengaruhi oleh interaksi anak dengan orang dan lingkungan sekitarnya, termasuk adanya faktor budaya. 

    Melalui bersosialisasi, anak dapat belajar secara lebih aktif tentang informasi dan pemahaman yang dimiliki oleh orang lain. 

    Oleh karena itu, teori ini juga membedakan antara kemampuan yang dapat dilakukan sendiri dengan kemampuan yang memerlukan bantuan orang lain.  

    Dengan bantuan dari orang lain, seseorang biasanya dapat belajar dan mendapat informasi yang lebih banyak sehingga memiliki kemampuan dan pemahaman yang lebih banyak pula.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Reikha Pratiwi · Tanggal diperbarui 28/04/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan