Seiring perkembangannya, Anda akan mengalami momen di mana si Kecil menjadi anak posesif, baik terhadap benda ataupun orang yang ada di sekitarnya. Ia akan menganggap semua itu adalah miliknya dan orang lain tidak boleh menyentuh atau mengambilnya. Yuk simak hal-hal yang perlu Anda ketahui mengenai anak posesif berikut ini.
Kenapa anak bisa menjadi posesif?
Mungkin Anda akan bertanya-tanya mengapa si Kecil menjadi sangat posesif terhadap sesuatu yang dia sukai. Ada beberapa hal yang mendasari perilaku ini, antara lain sebagai berikut.
1. Anak posesif adalah bagian dari fase perkembangan balita
Meskipun menjengkelkan, perilaku posesif ini merupakan tahapan normal dalam perkembangan usia anak.
Fase anak posesif biasanya dimulai sejak anak berusia 18 bulan hingga 4 tahun.
Pada fase ini, anak belajar untuk memahami konsep kepemilikan, ikatan, dan identitas dirinya.
2. Anak menganggap apa yang dimilikinya lebih istimewa
Melansir dari jurnal Cognitive Development, perilaku posesif dikenal dengan istilah “endowment effect.“
Ini merupakan perilaku yang menunjukkan bahwa seseorang cenderung menganggap suatu barang lebih berharga hanya karena barang itu adalah miliknya.
Perilaku ini tidak hanya dimiliki oleh balita tetapi juga orang dewasa.
3. Aturan kepemilikan dalam dunia balita yang sangat sederhana
Susan Gelman, Ph.D, seorang psikolog perkembangan anak di University of Michigan menjelaskan bahwa pemikiran balita masih sangat sederhana.
Pada usia 2 tahun hingga 4 tahun, balita menyadari bahwa ia bisa mengklaim sesuatu sebagai miliknya hanya dengan berkata, “Ini punyaku!”.
Jadi jangan heran jika anak di usia yang posesif akan mengklaim semua benda yang ia sukai sebagai miliknya.
4. Anak yang posesif mulai menyadari eksistensi diri
Pada usia balita, si Kecil mulai menyadari eksistensi diri. Berbeda dengan saat bayi, jika becermin ia akan mengira bahwa yang terlihat di cermin adalah bayi lain.
Sementara anak balita sudah tahu bahwa pantulan di cermin adalah dirinya sendiri.
Maka, seiring dengan perkembangan kesadarannya, balita akan menyadari eksistensi dan kepemilikannya.
Ia pun akan merasakan bahwa identitasnya semakin kuat jika berhasil mengklaim sesuatu sebagai miliknya dan disepakati oleh orang lain.
Apa ciri-ciri anak posesif?
- Sulit berbagi.
- Cemburu berlebihan.
- Kontrol atas teman atau saudara.
- Kesulitan menerima perubahan.
- Ketergantungan emosional yang tinggi.
- Reaksi emosional yang intens.
- Perilaku kontrol atas barang milik lain.
- Ketidakmampuan menghargai privasi.
Tips mengatasi anak posesif
Meskipun merupakan tahapan yang wajar, menghadapi anak posesif akan sulit dan penuh tantangan.
Pasalnya, sharing atau berbagi bukanlah konsep yang bisa diterima dengan mudah oleh anak pada masa ini.
Oleh karena itu, jika ingin melatih anak posesif menjadi lebih ikhlas berbagi, Anda perlu mendidik anak dengan sabar. Belajar berbagi membutuhkan proses dari waktu ke waktu.
Berikut adalah beberapa langkah yang bisa Anda ambil untuk mendukung proses tersebut.
1. Latih anak untuk mulai berbagi dengan orangtuanya sendiri
Sebelum menerapkannya ke orang lain seperti kakak, adik, atau teman, cobalah melatih anak untuk berbagi lebih dulu dengan orangtuanya sendiri.
Ini akan lebih mudah karena anak pada dasarnya percaya bahwa orangtua tidak akan merebut apa yang ia miliki.
Setelah itu, Anda bisa memberikan kembali jika mereka meminta barang tersebut dengan cara yang sopan.
2. Ajak si Kecil bermain dengan teman
Ajak si Kecil untuk main di luar. Ini adalah tempat terbaik untuknya belajar bersosialisasi, berbagi mainan, dan main bergantian bersama dengan teman-temannya.
Kalau anak ingin membawa mainan sendiri dari rumah, mintalah untuk menyisihkan setidaknya satu mainan yang boleh dipinjamkan pada orang lain.
3. Mulailah dengan berbagi barang yang jumlahnya banyak
Minta anak untuk meminjamkan barang yang jumlahnya cukup banyak. Misalnya lego, krayon, dan lain-lain.
Pasalnya, belajar berbagi hal-hal yang jumlahnya banyak tentu akan lebih mudah bagi si Kecil.
4. Bersabarlah dalam prosesnya
Mengajari anak yang dalam masa posesif akan membutuhkan kesabaran ekstra. Pasalnya, bukan hanya pada benda, anak juga mungkin akan posesif pada orang tuanya. Misalnya tidak ingin berpisah dari ibu.
Tentu jika hal ini terjadi, Anda perlu bersabar saat harus memisahkan diri dengan anak. Lakukanlah dengan perlahan, lama kelamaan fase ini akan berkurang seiring waktu dan perkembangan si Kecil.