Ketika hendak membeli produk minuman, salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah segelnya. Apakah segelnya masih terpasang dengan baik atau sudah terbuka. Segel menjadi salah satu indikator sebuah produk minuman botol kemasan apakah aman untuk dikonsumsi atau tidak.
Mengapa segel menjadi pertimbangan mendasar dan penting dalam membeli produk minuman?
Fungsi segel sebagai keamanan produk minuman botol air mineral kemasan
Setiap produk minuman memiliki segel kemasan berbentuk ring atau cincin pengaman pada leher botol. Cincin tersebut mengatup erat penutup minuman, sehingga tidak terbuka dengan mudah. Maka itu, Anda membutuhkan “sedikit usaha” saat membuka penutup botol air mineral atau produk minuman kemasan botol lainnya.
Fungsi segel cincin yang terdapat pada penutup botol minuman kemasan ini sebagai penanda bahwa minuman tersebut belum dibuka dan diminum orang lain. Selain itu, segel yang masih rapat juga mencegah minuman air kemasan terpapar bakteri, virus, atau zat berbahaya lainnya.
Botol minuman dalam kemasan yang tidak diperlengkapi segel yang baik bisa memperbesar kemungkinan masuknya bakteri. Sebuah studi tahun 2005 meneliti tentang perkembangan bakteri pada botol air setelah botol dibuka.
Hasil penelitian menunjukkan, bakteri kurang dari 1 koloni bakteri per milimeter naik menjadi 38.000 koloni bakteri per milimeter dalam 48 jam setelah didiamkan pada suhu 37℃. Suhu ruangan dan lama botol didiamkan (setelah dibuka) memengaruhi perkembangan koloni bakteri.
Meskipun demikian, melihat dari penelitian tersebut, mungkin saja minuman yang tidak tersegel dengan baik atau pernah dibuka sebelumnya bisa meningkatkan kontaminasi bakteri.
Segel plastik bening pada botol minuman kemasan sebaiknya tidak lagi digunakan
Anda pasti pernah membuka segel plastik bening sebelum membuka penutup botol minuman kemasan. Mungkin banyak orang beranggapan segel pelindung plastik bening merupakan indikator aman. Segel plastik bening itu umumnya berbahan polyvinyl chloride (PVC).
Di dalam suhu normal, bahan dari PVC sangat bisa mengontaminasi produk pangan atau minuman. Apalagi jika diberi perlakuan suhu tinggi. Bahan berbahaya yang terkandung dalam PVC bernama Diethylhexyl adipate (DEHA). DEHA dalam PVC bisa “menyelundup” masuk ke dalam panganan, terutama pada makanan berminyak ketika dipanaskan.
DEHA menjadi racun jika masuk ke dalam tubuh manusia. Bahkan, mungkin saja berdampak pada kesehatan hati dan ginjal.
Tak hanya DEHA, PVC sebagai segel plastik minuman kemasan juga mengandung phtalate yang beracun bagi tubuh. Zat kimia tersebut mudah terlepas dari bahan utama plastik, sehingga mudah lepas ke lingkungan.
Ketika bahan tersebut lepas ke lingkungan, nantinya akan berpindah ke tangan dan masuk ke dalam tubuh. Misalnya, ketika kita berkontak dengan PVC maupun menghirup udara yang terpapar PVC. Bahkan, phthalate juga bisa mengontaminasi makanan dengan mudah.
Berdasarkan National Library of Medicine, phthalate bisa berdampak bagi kesehatan endokrin (jaringan kelenjar tubuh) dan meningkatkan risiko kanker. Dampak kesehatan lain yang bisa muncul adalah gangguan sistem reproduksi dan perkembangan anak.
Karena sifatnya yang sangat mudah melepas zat kimia ini, plastik bening PVC tidak disarankan ikut menjadi segel makanan atau minuman yang semestinya aman dan melindungi.
Segel plastik PVC bisa berbahaya untuk lingkungan
PVC memiliki kandungan yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan, terutama jika digunakan sebagai segel plastik botol minuman kemasan. Di samping itu, plastik PVC juga tidak ramah bagi lingkungan karena bukanlah bahan alami terurai atau tergradasi secara alami (biodegradable).
Para industri pembuat PVC biasanya mencoba untuk membuat produk plastik daur ulang (berupa PVC). Pada proses pembuatannya, PVC menggunakan banyak zat tambahan (aditif), sehingga membuatnya sangat sulit untuk didaur ulang.
Banyaknya zat kimia dalam plastik membuat plastik PVC susah terurai. Sehingga membutuhkan waktu 1000 tahun lamanya agar plastik dapat terdekomposisi atau terurai dengan sempurna. Tentunya ini bukan waktu yang yang sebentar. Lebih lanjut, saat terurai, partikel-partikel plastik akan mencemari tanah dan air.
Dalam proses produksi hingga tahap pembuangan, sampah plastik “menyumbang” emisi gas rumah kaca ke atmosfer. Ini menjadi isu yang diangkat dunia dalam memerangi pemanasan global. Plastik ibarat menjadi musuh bagi kelestarian lingkungan dan tubuh kita sendiri.
Kini, kita sudah tahu apa bahaya dari plastik segel bening. Maka itu, sebagai konsumen lebih baik tidak memilih makanan atau minuman botol kemasan dengan segel plastik PVC.
Cermati segel sebelum membeli produk
BPOM juga mengarahkan untuk cek KLIK (Kemasan, Label, Izin, Kedaluwarsa) dalam memilih atau membeli sebuah produk sebelum digunakan. Sementara itu, pada produk minuman kemasan, Anda perlu memastikan apakah produk masih tersegel rapi dan belum rusak atau terbuka. Dengan begitu, Anda bisa mendapat manfaat dari air mineral, minuman, atau makanan yang dibeli.
Sementara itu, perusahaan industri minuman kemasan pun harus mempertimbangkan untuk tidak lagi menggunakan plastik PVC sebagai sebagai segel produk, serta menggunakan bahan-bahan yang mudah terurai dan aman bagi kesehatan.
Mengutip dari laman Pemeritahan Jepang, ilmuwan di Jepang telah mengembangkan plastik berbahan organik dari tumbuhan jagung. Plastik tersebut juga memiliki daya tahan tinggi terhadap jamur dan bakteri.
Plastik berbahan dasar tumbuhan jagung ini pun dapat terurai di dalam tanah, serta tidak menimbulkan emisi efek rumah kaca atau gas beracun ketika dibakar. Usungan inovasi produk ramah lingkungan akan memberikan dampak yang baik ke depannya.
Namun, untuk saat ini, segel ring akan lebih baik digunakan dibandingkan segel plastik PVC dalam segi kesehatan tubuh kita dan lingkungan. Selalu cermati detail segel produk minuman botol kemasan atau makanan sebelum dibeli.
[embed-health-tool-bmi]