Anda mungkin sering mendengar macam-macam mitos tentang minuman beralkohol. Coba cek dulu berbagai fakta di balik mitos tentang minuman beralkohol.
Berbagai mitos tentang minuman beralkohol
Apakah Anda seorang penikmat minuman beralkohol? Mulai dari bir, sake, wine, sampai minuman keras seperti wiski, vodka, gin, tequila, dan scotch.
Jika pernah mendengar mitos-mitos seputar minuman beralkohol, sebaiknya cek dulu informasi tersebut.
Berikut ini macam-macam mitos minuman beralkohol beserta penjelasan sebenarnya.
1. Minum alkohol sebelum tidur bisa bikin tidur nyenyak
Mitos mengatakan kalau efek minum alkohol bisa membuat tubuh rileks sehingga bisa tidur nyenyak.
Faktanya, konsumsi minuman beralkohol sebelum tidur justru mengganggu kualitas tidur.
Gangguan khususnya terjadi saat tahapan tidur REM (rapid eye movement) sekitar 90 menit sebelum Anda sepenuhnya tidur.
Ini juga mengakibatkan durasi tidur jadi lebih pendek dan tidur pun jadi tidak nyenyak.
Selain itu, minuman beralkohol bersifat diuretik, sehingga Anda bisa beberapa kali terbangun di malam hari untuk buang air kecil.
2. Muntah bisa cegah pengar
Cara terbaik untuk mencegah hangover alias pengaradalah membatasi konsumsi alkohol Anda.
Memuntahkan minuman Anda tidak akan berdampak terlalu besar pada kadar alkohol dalam tubuh. Ini karena alkohol sangat cepat diserap oleh tubuh.
Alkohol tidak dicerna seperti makanan. Pertama, sejumlah kecil alkohol akan diserap langsung oleh lidah dan lapisan mukosa mulut.
Begitu berada di perut, alkohol diserap langsung ke aliran darah melalui lapisan jaringan lambung dan usus kecil.
Jadi, alkohol dalam lambung yang Anda muntahkan sebenarnya sudah tinggal sedikit.
3. Alkohol hanya buruk untuk organ hati
Mitos minum alkohol ini tidak tepat. Pada kenyataannya, alkohol bisa memicu lebih dari 200 penyakit dan gangguan kesehatan lainnya.
Beberapa gangguan kesehatan paling umum adalah gagal jantung, hipertensi, kanker, depresi, kecemasan, dan penambahan berat badan.
Alkohol merupakan faktor risiko yang meningkatkan keinginan bunuh diri, keinginan membunuh orang lain, dan kecelakaan kendaraan bermotor.
Oleh karena itu, batasi konsumsi alkohol sesuai anjuran. Ibu hamil, orang dengan gangguan penggunaan alkohol, dan tengah mengonsumsi obat tertentu harus menghindari minum alkohol.
4. Mulai minum dari kadar alkohol tinggi
Ini adalah mitos tentang minuman beralkohol yang tak perlu Anda percaya.
Mitos mengatakan kalau mau minum dengan aman, mulai dengan minuman beralkohol tinggi dulu, seperti vodka atau wiski. Ini kemudian ditutup dengan bir biasa.
Nyatanya, bukan urutan minumnya yang memengaruhi kadar alkohol dalam darah. Kadar alkohol justru dipengaruhi berapa banyak alkohol yang sudah diminum.
Tak peduli jenis minuman mana yang duluan diminum, kalau sudah minum terlalu banyak, seseorang akan tetap mabuk atau keracunan alkohol.
Penting Anda ketahui
Batas asupan alkohol untuk pria yaitu dua minuman atau kurang dalam sehari. Batas minum alkohol untuk wanita dibatasi satu minuman atau kurang dalam sehari.
5. Kebanyakan minum bir bikin perut buncit
Anda pernah dengar istilah beer belly? Istilah ini banyak digunakan untuk pria berperut buncit karena minum bir.
Mitos ini tidak sepenuhnya benar. Perut buncit bukan hanya disebabkan kebanyakan minum bir, tetapi juga kelebihan asupan kalori dari makanan.
Namun, minum bir secara berlebihan dari yang dianjurkan dan tidak disertai dengan pembakaran kalori akan menyebabkan penumpukan kalori dan lemak.
6. Mandi air dingin dan minum kopi bisa usir mabuk
Mabuk akibat minuman beralkohol tidak bisa hilang dengan minum kopi dan mandi air dingin.
Kafein dalam kopi memang dapat membantu seseorang tetap terjaga. Namun, kafein tidak memengaruhi fungsi koordinasi tubuh dan mengembalikan kesadaran saat mabuk.
Situs MedlinePlus menjelaskan efek mabuk karena minum alkohol hanya akan hilang seiring berjalannya waktu.
Pasalnya, tubuh membutuhkan waktu untuk memecah alkohol yang terserap.
Itu alasannya tidak paman untuk mengemudi setelah minum alkohol, sekalipun Anda minum kopi untuk “mengusir” mabuk.
7. Minum alkohol dan obat pereda nyeri hilangkan rasa sakit kronis
Mitos mengatakan minum alkohol bisa mengatasi nyeri jangka panjang (kronis). Namun, ada beberapa alasan, cara ini bukan pilihan yang baik.
Minum alkohol sambil minum obat pereda nyeri dapat meningkatkan risiko masalah hati, perdarahan lambung, atau masalah lainnya.
Selain itu, kebanyakan orang perlu minum alkohol lebih dari jumlah yang dianjurkan untuk menghilangkan rasa sakit. Padahal, ini makin meningkatkan risiko.
Terlebih dari itu, penggunaan alkohol jangka panjang (kronis) akan membuat Anda jadi merasa lebih sensitif terhadap rasa sakit.
8. Alkohol meredakan stres
Banyak orang merasa bahwa alkohol menghilangkan stres dan depresi. Efek ini terjadi karena beberapa pergerakan sinyal melambat di sistem saraf saat minum alkohol.
Namun, efek ini cenderung berkurang dalam penggunaan alkohol jangka panjang.
Seiring waktu, penggunaan alkohol yang berlebihan justru cenderung meningkatkan stres, depresi, dan kecemasan. Penggunaan alkohol memaksa tubuh untuk terus-menerus menekan stres.
Cobalah melakukan manajemen stres jenis lainnya, misalnya berolahraga, bermeditasi, mendengarkan musik, istirahat dengan cukup, dan berbicara dengan psikolog.
Ada beragam mitos seputar minum alkohol bagi kesehatan yang beredar di masyarakat. Kebanyakan dari mitos tersebut merupakan informasi menyesatkan.
Jika merasa mulai kecanduan alkohol, sebaiknya konsultasikan kepada dokter atau terapis untuk membantu mengatasi kondisi tersebut.
[embed-health-tool-bmi]
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Carvalho, A. F., Heilig, M., Perez, A., Probst, C., & Rehm, J. (2019). Alcohol use disorders. Lancet (London, England), 394(10200), 781–792. https://doi.org/10.1016/S0140-6736(19)31775-1
Colrain, I. M., Nicholas, C. L., & Baker, F. C. (2014). Alcohol and the sleeping brain. Handbook of clinical neurology, 125, 415–431. https://doi.org/10.1016/B978-0-444-62619-6.00024-0
Roehrs, T., & Roth, T. (2001). Sleep, sleepiness, and alcohol use. Alcohol research & health : the journal of the National Institute on Alcohol Abuse and Alcoholism, 25(2), 101–109.
Alcohol Metabolism. (n.d.). Bowling Green State University. Retrieved November 30, 2022 from https://www.bgsu.edu/recwell/wellness-connection/alcohol-education/alcohol-metabolism.html#:~:text=Once%20alcohol%20is%20swallowed%2C%20it,the%20stomach%20and%20small%20intestine.
Common Myths about Alcohol. (2012). States of Guernsey. Retrieved November 30, 2022 from https://www.gov.gg/CHttpHandler.ashx?id=5475&p=0
Dietary Guidelines for Alcohol. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved November 30, 2022 from https://www.cdc.gov/alcohol/fact-sheets/moderate-drinking.htm
Health Matters: Alcohol myths and misconceptions. (2021). St. Peter’s Health. Retrieved November 30, 2022 from https://www.sphealth.org/stories-news/stories/health-matters-alcohol-myths-and-misconceptions
Myths about drinking alcohol. (2020). MedlinePlus. Retrieved November 30, 2022 from https://medlineplus.gov/ency/patientinstructions/000856.htm
Versi Terbaru
08/12/2022
Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana
Ditinjau secara medis olehdr. Patricia Lukas Goentoro