Setelah tren diet bebas gluten, muncullah satu gaya diet baru yang disebut diet bebas lektin. Metode diet ini mengharuskan Anda untuk menghindari makan makanan yang mengandung lektin. Namun, apa itu lektin dan mengapa tidak boleh dimakan banyak-banyak? Apa saja manfaat diet lektin dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari? Temukan semua jawaban atas pertanyaan Anda di artikel ini.
Apa itu diet bebas lektin?
Lektin adalah jenis protein yang berikatan dengan karbohidrat dan terdapat dalam berbagai makanan. Lektin tidak dapat dicerna oleh tubuh, sehingga bentuk zat ini tidak akan berubah meski telah masuk ke dalam pencernaan.
Jika dikonsumsi dalam jumlah yang sedikit, lektin berperan penting dalam meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Bahkan sejumlah penelitian menyatakan bahwa zat ini dapat membantu membunuh sel-sel kanker.
Namun, sayangnya jika terlalu banyak dikonsumsi, lektin justru dapat menimbulkan dampak yang buruk bagi tubuh. Salah satu efek samping dari kebanyakan konsumsi makanan tinggi lektin adalah diare dan muntah. Para ahli juga mengatakan bahwa lektin dapat menghambat penyerapan beberapa zat gizi lain di dalam tubuh.
Akan tetapi dalam beberapa kasus, ada orang yang baru makan lektin dalam jumlah yang sedikit saja sudah mengalami gangguan pencernaan. Maka dari itu, muncullah diet bebas lektin untuk orang-orang yang memiliki pencernaan yang sensitif.
Bagaimana penerapan diet bebas lektin?
Diet ini mengharuskan Anda untuk menghindari makanan yang mengandung lektin tinggi seperti:
- Sayuran: tomat, terong, dan cabai
- Semua jenis kacang-kacangan, dari kacang merah, kacang kedelai, hingga kacang tanah
- Susu dan produk susu
- Roti, kue, dan biskuit
Sementara, Anda bisa mengonsumsi makanan lainnya yang mengandung lektin yang rendah, seperti:
- Sayuran: bawang, brokoli, kembang kol, jamur, wortel
- Buah-buahan: apel, stroberi, jeruk, lemon
Anda juga dapat mengonsumsi makanan sumber protein hewani, seperti daging sapi, daging ayam, ikan dan telur.
Apa manfaatnya menerapkan diet bebas lektin?
- Mengurangi gejala perut nyeri dan kembung
- Mengurangi risiko luka pada organ pencernaan, seperti usus
- Mengurangi risiko keracunan makanan akibat terlalu banyak lektin
Tapi, amankah untuk diterapkan dalam jangka waktu yang lama?
[embed-health-tool-bmi]