Diet rendah karbohidrat adalah pola makan yang sekarang ini banyak diikuti. Sebab, diet ini diketahui memiliki banyak manfaat, salah satunya menurunkan berat badan. Di sisi lain, sebuah penelitian menunjukan dampak diet rendah karbohidrat yang merugikan terhadap kesehatan usus jika dilakukan terlalu ekstrem. Maka itu, Anda harus bijak saat menjalankan diet ini.
Hubungan diet rendah karbohidrat dan kesehatan usus
Diet rendah karbohidrat memang memiliki banyak manfaat, tapi terlalu rendahnya karbohidrat ternyata juga merugikan tubuh menurut penelitian yang dilakukan seorang dosen, Richard Agans dari Wright State University Dayton dalam jurnal Applied and Environmental Microbiology tahun 2018.
Richard Agans dan timnya bertujuan untuk melihat apa yang terjadi pada kondisi usus saat seseorang mengubah pola makannya dari diet seimbang, menjadi diet rendah karbohidrat.
Dalam penelitian ini Agans membuat replika usus manusia menggunakan berbagai alat dengan teknologi mutakhir untuk menjalankan penelitiannya, serta menggunakan feses dari pendonor untuk menjalankan penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan Agans dan tim ini menemukan bahwa ketika seseorang dari diet seimbang beralih ke diet tinggi lemak dan tanpa karbohidrat, maka jumlah bakteri di dalam ususnya jadi menurun.
Berkurangnya bakteri yang diperlukan usus ini lama kelamaan akan mengurangi produksi asam lemak rantai pendek dan antioksidan di dalam usus. Padahal, kedua senyawa ini sangat diperlukan untuk menjaga kesehatan usus.
Kekurangan karbohidrat meningkatkan risiko kanker usus
Asam lemak rantai pendek dan antioksidan di dalam usus merupakan senyawa kimia yang sangat penting untuk melawan kerusakan DNA dan penuaan akibat radikal bebas dalam sel usus. Ketika kedua senyawa ini berkurang, maka kemungkinan terjadinya peradangan dan risiko kanker usus akan semakin besar.
Maka itu, menurut peneliti dampak diet rendah karbohidrat yang ekstrem justru berbahaya, bukannya menyehatkan.
Terlalu sedikitnya karbohidrat akan membuat penurunan produksi asam lemak rantai pendek dan antioksidan di dalam usus yang cukup membahayakan ke depannya.
Meskipun begitu, penelitian ini masih perlu dievaluasi kembali. Sebab, belum dapat diketahui dengan pasti dari penelitian ini berapa seharusnya perbandingan jumlah karbohidrat, protein, dan lemak yang aman untuk menjaga kesehatan usus.
Karbohidrat meningkatkan senyawa kimia penting dalam usus
Jika seseorang mengonsumsi karbohidrat dengan jumlah yang cukup, Anda bukan hanya mendapatkan energi tetapi usus juga lebih sehat.
Ketika karbohidrat masuk ke dalam usus, bakteri usus akan langsung memetabolisme karbohidrat dan melepaskan asam lemak rantai pendek. Begitupun dengan antioksidan.
Namun, ketika karbohidrat yang masuk sangat sedikit, maka tidak ada yang merangsang bakteri usus untuk melepaskan senyawa kimia penting untuk usus.
Diet rendah karbohidrat boleh saja, tapi…
Terkadang orang justru lupa atau terlalu semangat mengikuti tren diet untuk memangkas habis makanan sumber karbohidratnya, tanpa berpikir apa dampak diet rendah karbohidrat yang esktrem. Padahal, karbohidrat tetap memiliki fungsi yang tidak kalah penting dengan lemak dan protein.
Karbohidrat merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Dalam satu gram karbohidrat menghasilkan energi sebanyak 4 kalori. Energi dari karbohidrat ini bisa digunakan secara langsung maupun bisa menjadi simpanan energi jika nantinya diperlukan. Sistem saraf pusat dan otak juga secara alamiah sangat bergantung pada energi dari karbohidrat.
Selain itu, karbohidrat juga membantu menjaga jumlah protein atau massa otot dalam tubuh. Ketika jumlah karbohidrat di dalam tubuh tidak mencukupi, tubuh otomatis mengambil protein sebagai sumber energi sehingga dapat menurunkan massa otot tubuh.
Karbohidrat juga berfungsi mengendalikan berat badan. Khususnya karbohidrat kompleks yang akan memberikan manfaat ini. Jadi, sebaiknya jangan sembarangan diet karena efeknya justru bisa berbahaya bagi Anda.
[embed-health-tool-bmi]