backup og meta

Hancurkan Barang untuk Redam Amarah, Apakah Bermanfaat?

Hancurkan Barang untuk Redam Amarah, Apakah Bermanfaat?

Belakangan ini terdapat model bisnis yang menyewakan tempat khusus untuk meluapkan amarah. Ruangan yang disebut rage room atau anger room ini menawarkan fasilitas bagi Anda untuk menghancurkan barang-barang yang ada di dalamnya. Namun, apakah rage room benar-benar bisa memberikan manfaat untuk bantu meredam amarah dan stres?

Hancurkan barang untuk meredam amarah dan stres

Marah adalah salah satu emosi alami manusia. Mungkin ada beberapa orang yang mampu menahan amarahnya. Namun bila terus terpendam, amarah bisa meledak seperti bom waktu di kemudian hari.

Tingkah laku emosi seperti marah sangat dipengaruhi oleh sistem limbik di otak. Sistem limbik terdiri dari amigdala, septum, hipotalamus, dan hipokampus.

Ketika marah, perubahan fungsi tubuh akan terjadi seperti peningkatan tekanan darah, asam lambung, hingga GERD. Pada segi psikologis, seringnya amarah diikuti dengan perasaan ingin menghancurkan atau melempar barang-barang sebagai pelampiasan perasaan.

sistem limbik

Tentu ini adalah perbuatan yang merugikan. Tak hanya berdampak pada sisi materiil, orang di sekitar juga bisa terkena imbasnya. Bukan tak mungkin bila luapan amarah dapat mendorong seseorang untuk menyakiti orang lain.

Berangkat dari gagasan ini, dibuatlah ruang kemarahan, sebuah tempat khusus bagi orang-orang yang ingin melampiaskan emosi. Tempat ini terdiri dari beberapa ruangan yang dilengkapi dengan barang-barang yang dapat dipecahkan atau dihancurkan oleh pengunjung.

Di ruang kemarahan ini Anda bisa menghancurkan barang sepuasnya tanpa merasa bersalah atau repot-repot membersihkan serpihan pecahan barang sesudahnya.

Sekilas, bentuk pelampiasan ini bisa menjadi cara yang efektif untuk melepas stres dan membuat perasaan jadi lebih baik. Namun, efek yang didapatkan sebenarnya tidak bertahan lama.

Pelampiasan emosi dapat memicu amarah

Seperti yang telah disebutkan, setiap orang merespons rasa amarah dengan cara yang berbeda. Respons ini terbagi dalam empat cara dasar seperti di bawah ini.

  • Agresif: langsung meluapkan amarah.
  • Pasif/agresif: menunjukkan kemarahan melalui tindakan tidak langsung seperti diam-diam menyabotase.
  • Pasif: memendam kemarahan.
  • Asertif: mengelola kemarahan dengan tepat dan dikomunikasikan jika perlu.

Ada kalanya respons manusia terhadap amarah bisa berubah tergantung situasinya. Banyak di antara kita yang mungkin lebih mampu memendam kemarahan.

Namun, menurut teori katarsis yang berdiri atas dasar teori psikoanalisa milik Sigmun Freud, emosi yang terus tertahan atau dipendam dapat mengakibatkan ledakan emosi yang berlebihan.

Bila sudah terjadi, maka mereka bisa saja meluapkannya dalam bentuk fisik seperti menghancurkan atau membanting barang. Meski tidak merugikan orang lain, cara ini malah dapat membuat rasa marah meningkat.

Sebuah studi menunjukkan bahwa alih-alih mengurangi amarah, orang-orang yang melakukan pelepasan fisik sebagai pelampiasan malah mengalami peningkatan agresi setelahnya.

Pada studi tersebut, satu kelompok diberi kesempatan untuk meluapkan amarah dengan memukul samsak tinju. Sedangkan satu kelompok lainnya dibiarkan menunggu tanpa melakukan aktivitas apapun.

Hasilnya, kelompok dengan samsak tinju merasakan amarah lebih tinggi dibanding kelompok lain dengan respons agresi yang lebih rendah. Hal ini diduga karena tindakan pelepasan fisik seperti hancurkan barang dan memukul objek membuat seseorang harus mengingat hal yang membuatnya marah.

Ketika hal tersebut terjadi, jalur saraf emosi kemarahan pun akan semakin aktif dan akhirnya mendorong seseorang untuk bertingkah lebih agresif di kemudian hari.

Rage room mungkin dapat menjadi sarana untuk mengusir perasaan buruk secara instan. Sayangnya, berkunjung ke tempat ini bukanlah cara yang sehat untuk mengelola emosi.  Hal ini berlaku terutama bagi orang-orang yang memiliki masalah dalam pengendalian amarah.

Bukannya merasa lega, cara ini justru bisa memicu orang tersebut untuk melakukan tindak kekerasan di masa depan.

Tak harus hancurkan barang, kendalikan amarah secara tepat

Ketimbang meluapkan emosi pada benda mati, ada berbagai cara lain yang lebih efektif dan sehat dalam mengelola amarah. Ketika amarah mulai muncul, Anda bisa mencoba cara-cara seperti di bawah ini.

1. Melakukan relaksasi

Ketika stres dan amarah datang, Anda bisa mencoba teknik relaksasi seperti menarik napas dalam atau melakukan latihan tubuh seperti yoga. Peragakan pose yoga yang dapat mengendurkan otot-otot tubuh Anda. Latihan ini dapat membuat Anda merasa jauh lebih tenang.

2. Ketahui penyebab amarah dan pelajari cara mengatasinya

Mempelajari lebih banyak tentang kemarahan, pemicunya, serta cara untuk menyalurkan amarah dengan cara yang tepat dapat meminimalkan keinginan untuk melampiaskannya pada objek lain.

Ini juga dapat membantu Anda menjaga diri dari pelampiasan amarah terhadap orang lain yang tidak bersalah.

3. Mengikuti pelatihan keterampilan sosial

Bentuk terapi perilaku ini mengajarkan Anda agar bisa memiliki hubungan sosial bersama orang lain dengan cara yang lebih sehat. Sehingga, Anda bisa lebih mudah terhindar dari amarah dan stres.

4. Bijak dalam memecahkan masalah

Tidak semua masalah bisa dengan mudah diperbaiki, seperti pekerjaan atau keuangan. Namun, hal ini bukan berarti tidak mungkin dilakukan. Cobalah untuk tidak terlalu memusatkan masalah pada emosi Anda.

Tangani secara tenang, bila perlu jadilah lebih proaktif dalam menyampaikan apa yang menjadi kendala. Ini dapat membantu Anda mengurangi stresor dalam hidup.

5. Ubah pola pikir saat terjadi masalah

Langkah selanjutnya adalah mengubah pola pikir Anda pada situasi yang menjadi pemicu. Saat Anda marah, beban pikiran bisa berlebihan dan jadi terlalu dramatis. Misalnya, Anda merasa bahwa satu insiden kecil telah membuat rencana Anda gagal.

Alih-alih berpikir semuanya telah hancur, Anda harus mencoba untuk melihat sisi terang dari kejadian tersebut. Lagipula, amarah tidak akan memperbaikinya bagaimanapun juga.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Rage Rooms: Are There Health Benefits? (2020). Cleveland Clinic. Retrieved 30 November 2021, from https://health.clevelandclinic.org/anger-rooms-do-they-offer-relief-or-reinforce-bad-behavior/

Does Venting Your Feeling Actually Help? (2021). Greater Good Science Center Berkeley University. Retrieved 30 November 2021, from https://greatergood.berkeley.edu/article/item/does_venting_your_feelings_actually_help

Controlling Anger. (n.d.). American Psychological Association. Retrieved 30 November 2021, from https://www.apa.org/topics/anger/control

Taggart, P., Boyett, M. R., Logantha, S., & Lambiase, P. D. (2011). Anger, emotion, and arrhythmias: from brain to heart. Frontiers in physiology, 2, 67. Retrieved 30 November 2021.

Understanding Anger. (n.d.). Be Well at Work by Berkeley University. Retrieved 30 November 2021, from https://uhs.berkeley.edu/sites/default/files/understanding_anger_0.pdf

Versi Terbaru

15/12/2021

Ditulis oleh Winona Katyusha

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Eustress

Agitasi


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Winona Katyusha · Tanggal diperbarui 15/12/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan