Normalnya, Anda harusnya ikut senang melihat orang lain senang, dan sedih ketika melihat orang lain sedih. Namun, tidak dapat disangkal bahwa kita sering justru merasa senang melihat seseorang menderita atau tertimpa musibah. Contoh sederhananya saja kita yang mungkin kegirangan ketika melihat teman tiba-tiba tersandung dan jatuh di jalan. Apakah normal jika senang melihat orang lain susah?
Mengapa timbul rasa rasa senang melihat orang lain susah?
Perasaan senang saat melihat orang lain susah, menurut peneliti dari Department of Psychology Mercer University, dikenal dengan nama schadenfreude. Schadenfreude juga dapat diartikan sebagai “sukacita dalam kerugian’. Istilah ini diambil dari bahasa Jerman, yaitu “Schaden’ yang berarti kerugian dan “Freude’ berarti sukacita.
Wilco W. van Dijk, dosen psikologi Universitas Leiden di Belanda, mengatakan bahwa orang yang menertawakan kesialan orang lain mungkin menganggap ada sesuatu dalam kejadian tersebut yang menguntungkan bagi dirinya sendiri. Mungkin juga mereka merasa lebih baik atau lebih beruntung daripada yang tertimpa kemalangan.
Contoh sederhananya adalah saat menonton komedi di televisi. Melihat pelawak yang mengolok-olok rekannya, Anda mungkin jadi tertawa terbahak-bahak karenanya. Reaksi ini muncul karena Anda merasa skenario itu sengaja dibuat untuk menghibur, yang tentu akan menguntungkan diri Anda sendiri. Di sisi lain, Anda juga merasa gembira dan lebih baik daripada si “korban’ karena bukan Andalah yang menjadi target olok-olok.
Beberapa pakar psikologi juga percaya bahwa kesenangan tersebut bisa timbul dari rasa iri, atau cemburu pada kehidupan orang yang sedang menderita. Misalnya, senang melihat teman sendiri tidak lulus ujian masuk tes universitas. Tanpa pernah disadari Anda mungkin merasa tersaingi dan iri terhadap kemampuan atau keberhasilan lain yang teman Anda pernah capai dulu. Maka ketika ia sekali ini gagal akan terdengar seperti sebuah kabar baik.