Puber kedua adalah istilah ini pada umumnya dipakai untuk menggambarkan perubahan perilaku maupun sifat dari pria atau wanita paruh baya yang kembali seperti remaja. Akan tetapi, apakah puber kedua itu ada benarnya? Yuk, simak pembahasannya berikut ini!
Apa itu puber kedua?
Puber kedua merujuk pada perubahan fisik, emosional, maupun sosial yang terjadi pada orang paruh baya seperti yang dialami selama masa pubertas pada remaja.
Penting diketahui bahwa istilah “puber kedua” tidak ada dalam dunia medis. Namun, istilah ini mungkin erat kaitannya dengan kondisi psikologis yang disebut midlife crisis.
Midlife crisis merupakan transisi yang terjadi saat seseorang memasuki usia paruh baya. Fase ini banyak dialami oleh seseorang yang sudah melewati usia produktifnya dan merasa kembali muda.
Pada umumnya, kondisi psikologis ini terjadi karena orang tersebut sulit menerima fakta bahwa ia sudah melewati masa muda dan sedang memasuki masa senja.
Puber kedua sebenarnya bisa membawa dampak positif. Orang-orang yang mengalaminya bisa mengeksplorasi minat baru dan membentuk hubungan sosial yang lebih bermakna.
Namun, bagi sebagian orang, hal ini juga menimbulkan tantangan dan kesulitan yang cukup drastis.
Midlife crisis dan kesehatan mental
Tanda puber kedua pada pria dan wanita
Banyak kalangan yakin bahwa puber kedua terjadi saat seseorang berusia 40-an. Akan tetapi, salah studi menemukan bahwa kondisi ini kerap terjadi pada usia 47 tahun.
Studi yang dimuat dalam jurnal Social Science & Medicine (2008) menyebutkan rata-rata orang merasa paling tidak bahagia saat berusia 47–48 tahun, baik di negara maju dan berkembang.
Nah, ketidakbahagiaan yang terjadi selama fase paruh baya ini adalah salah satu faktor pemicu munculnya puber kedua atau midlife crisis.
Untuk mengetahui seperti apa puber kedua pada laki-laki dan wanita paruh baya, Anda dapat memerhatikan ciri-ciri berikut ini.
Ciri-ciri puber kedua pada pria
Untuk kebanyakan laki-laki, usia 40–50-an menjadi fase menjelang berakhirnya usia produktif.
Dalam waktu mendekati pensiun ini, pendapatan mereka mungkin agak berkurang dan posisi yang ditempatinya sudah mulai tergantikan dengan generasi yang lebih muda.
Beberapa tanda puber kedua yang mungkin terjadi pada laki-laki adalah sebagai berikut.
- Merasa minder. Perasaan ini bisa timbul karena mereka mulai merasa tidak sesukses atau semampu dulu. Mereka mungkin membandingkan dirinya dengan pria yang lebih muda sehingga merasa lebih tertinggal.
- Perubahan perilaku dan penampilan. Sebagian pria paruh baya mungkin berperilaku lebih bandel layaknya anak muda. Mereka juga mengubah penampilan fisik, misalnya dengan mengecat rambut untuk menutupi rambut yang beruban.
- Berperilaku impulsif. Pria dengan midlife crisis kerap terjebak dalam perilaku impulsif, seperti berhenti kerja tanpa sebab, berselingkuh, atau membelanjakan uang secara sembarangan, untuk lebih memegang kendali atas hidupnya.
Ciri-ciri puber kedua pada wanita
Tak bisa dipungkiri kalau wanita biasanya menjadi sosok yang paling dekat dengan sang anak. Ketika anak beranjak dewasa, mungkin timbul kesan seakan hubungan ibu dan anak tidak lagi dekat.
Puber kedua juga mungkin dialami oleh wanita karier. Mereka bisa saja merasa bahwa pada fase ini, dirinya sudah tidak lagi berkembang dan tergantikan oleh orang lain.
Adapun, beberapa tanda puber kedua pada wanita paruh baya antara lain sebagai berikut.
- Merasa tidak puas. Wanita dengan midlife crisis mulai merasa hidupnya tidak berarti. Mereka mungkin merasa belum mencapai apa yang diinginkannya dalam hidup atau belum memenuhi potensi penuh dari dirinya.
- Hubungan terputus dari orang terdekat. Seiring dengan bertambahnya usia, wanita mungkin mulai merasa terputus dari pasangan atau anak-anaknya. Hal ini bisa saja terjadi karena mereka tidak memperoleh dukungan yang dibutuhkan.
- Fokus meningkatkan penampilan. Wanita bisa saja mengubah cara berpakaiannya, memakai riasan, atau menjalani operasi plastik. Hal ini merupakan upaya untuk mendapatkan kepercayaan diri atau daya tarik kembali.