backup og meta

Presenteeism, Memaksakan Diri untuk Bekerja saat Sakit

Presenteeism, Memaksakan Diri untuk Bekerja saat Sakit

Tuntutan kerja yang berat terkadang membuat Anda menyepelekan sakit yang sedang dialami. Kebiasaan bekerja saat sakit ini juga dikenal dengan istilah presenteeism.

Presenteeism mungkin terdengar sepele, tetapi hal ini bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan produktivitas perusahaan. Yuk, simak ulasannya berikut ini.

Apa itu presenteeism?

cemas mempertajam ingatan

Presenteeism adalah situasi ketika karyawan hadir di tempat kerja, tetapi tidak sepenuhnya produktif dan fokus pada pekerjaan akibat penyakit, cedera, atau kondisi lainnya.

Secara mudahnya, presenteeism juga bisa diartikan sebagai kebiasaan bekerja saat sakit.

Selain penyakit fisik yang umum seperti flu, sakit kepala, atau alergi, kondisi ini juga dapat dipengaruhi oleh kecemasan dan stres kronis.

Sebuah tinjauan dalam jurnal BMC Public Health (2019) menemukan prevalensi (jumlah keseluruhan kasus) presenteeism pada kalangan karyawan berkisar antara 35 hingga 97 persen.

Para peneliti juga mengatakan bahwa kondisi ini bisa mengurangi produktivitas kerja hingga sepertiganya atau lebih. Hal ini juga berdampak pada kesehatan secara keseluruhan.

Seseorang yang sering memaksakan diri bekerja ketika sakit bisa lebih sulit sembuh dari penyakitnya. Kebiasaan buruk ini juga dapat meningkatkan risiko penularan pada rekan kerjanya.

Oleh sebab itu, penting bagi setiap karyawan maupun perusahaan untuk melakukan pencegahan presenteeism pada lingkungan pekerjaan.

Alasan seseorang melakukan presenteeism

makan sehat kerja shift

Umumnya, Anda mungkin berpikir bahwa orang yang sedang sakit akan langsung pergi untuk berkonsultasi dengan dokter atau beristirahat di rumah.

Namun, pada kenyataannya, banyak orang malah memaksakan diri untuk masuk kerja karena beberapa alasan berikut.

1. Tidak ada paid sick leave

Perusahaan tertentu mungkin tidak memberikan paid sick leave alias cuti sakit tanpa memotong gaji. Padahal, perusahaan wajib membayar upah pada karyawan yang sakit sehingga tidak bisa bekerja.

Tidak adanya cuti sakit yang dibayar kemungkinan menyebabkan karyawan memilih untuk masuk kerja saat sakit demi menghindari kehilangan gajinya.

2. Pekerjaan harus selesai di tempat kerja

Presenteeism umum terjadi pada beberapa jenis pekerjaan, misalnya pada industri manufaktur yang mengharuskan pekerja menyelesaikan tugas mereka di tempat kerja.

Akan tetapi, pekerja yang bekerja dari rumah (work from home/WFH) juga bisa melakukan presenteeism. Ini disebabkan karena tidak seimbangnya kehidupan pribadi dan pekerjaan.

3. Tekanan dan beban kerja yang besar

Apabila sebuah tim mendapatkan beban kerja yang besar, satu karyawan yang mengambil cuti sakit bisa membuat pekerjaan terhambat.

Koordinasi yang buruk juga bisa memberikan tekanan pada karyawan lain. Pada akhirnya, hal ini bisa menyebabkan perasaan bersalah pada karyawan yang sakit.

4. Komitmen pada pekerjaan

Ketika karyawan merasa termotivasi, presenteeism bisa terjadi sehingga mereka akan bekerja meski sedang merasa sakit dan tidak enak badan.

Perasaan tidak ingin mengecewakan tim dan berpikir tidak ada orang lain yang bisa melakukan pekerjaannya juga bisa memicu kebiasaan ini.

5. Takut kehilangan pekerjaan

Budaya tempat kerja yang toxic juga berpengaruh dalam membuat karyawan takut kehilangan pekerjaan akibat mengambil cuti sakit.

Perundungan dari rekan kerja atau atasan juga mungkin dialami bila mengambil cuti. Inilah yang akhirnya memaksa mereka tetap bekerja meski saat sakit.

Dampak presenteeism bagi kesehatan

presenteeism menyebabkan kelelahan

Beban kerja yang besar dan budaya perusahaan yang buruk memaksa karyawan untuk pergi bekerja saat sedang sakit. 

Sebuah studi dalam Journal of Occupational and Environmental Medicine (2019) menyebutkan presenteeism dapat memicu kelelahan yang parah secara signifikan.

Penelitian yang melibatkan 3.525 karyawan ini menemukan kelelahan parah terjadi pada 38% karyawan yang kerja saat sakit selama delapan hari atau lebih.

Angka ini lebih tinggi daripada 7% karyawan yang tidak mengalami presenteeism sama sekali.

Kelelahan ekstrem tentu akan menurunkan kesehatan fisik dan mental pekerja. Penyakit juga akan bertahan lebih lama sehingga bisa menular ke orang lain di sekitarnya.

Kondisi tubuh yang tidak fit juga bisa menyebabkan gangguan produktivitas. Hal ini juga bisa memicu terjadinya kecelakaan kerja.

Akibatnya, lebih banyak waktu dan uang terbuang untuk menutupi kerugian yang terjadi.

Cara mencegah presenteeism di lingkungan kerja

Perusahaan perlu melakukan perubahan kebijakan untuk menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif bagi karyawan.

Beberapa langkah pencegahan presenteeism di tempat kerja adalah sebagai berikut.

  • Tetapkan standard untuk menilai produktivitas, seperti melalui key performance indicator (KPI) yang didasarkan pada kontribusi dan hasil kerja karyawan.
  • Berikan kesempatan cuti yang cukup, baik itu cuti sakit, cuti pribadi, atau cuti melahirkan sesuai dengan peraturan yang berlaku.
  • Pastikan para atasan memberikan contoh yang baik, misalnya dengan memaksimalkan cuti yang mereka miliki.
  • Dorong karyawan untuk memaksimalkan waktu liburan guna mengisi ulang energi sehingga mereka kembali produktif saat bekerja.
  • Izinkan karyawan untuk menunda pekerjaan bila merasa sakit dan tidak enak badan.
  • Berikan perlindungan karyawan melalui asuransi kesehatan yang memadai, termasuk yang mencakup kesehatan mental.
  • Sediakan program makanan sehat atau keanggotaan gym untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

Pada dasarnya, presenteeism tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan, tapi juga melibatkan kesadaran dari masing-masing karyawan.

Jika sedang sakit, segera kabari rekan kerja atau atasan untuk mengambil cuti sakit. Tanyakan juga apakah pekerjaan pada hari itu bisa ditunda atau dialihkan ke orang lain.

Sertakan juga surat keterangan dokter bila penyembuhan kondisi atau penyakit yang Anda alami butuh waktu yang lebih lama.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hemp, P. (2004). Presenteeism: At Work—But Out of It. Harvard Business Review. Retrieved 12 April 2022, from https://hbr.org/2004/10/presenteeism-at-work-but-out-of-it

Presenteeism – what is it?. Victorian Trades Hall Council. (2015). Retrieved 12 April 2022, from https://www.ohsrep.org.au/presenteeism

Webster, R., Liu, R., Karimullina, K., Hall, I., Amlôt, R., & Rubin, G. (2019). A systematic review of infectious illness Presenteeism: prevalence, reasons and risk factors. BMC Public Health, 19(1). https://doi.org/10.1186/s12889-019-7138-x

Aboagye, E., Björklund, C., Gustafsson, K., Hagberg, J., Aronsson, G., & Marklund, S. et al. (2019). Exhaustion and Impaired Work Performance in the Workplace. Journal of Occupational and Environmental Medicine, 61(11), e438-e444. https://doi.org/10.1097/jom.0000000000001701

Versi Terbaru

24/01/2023

Ditulis oleh Satria Aji Purwoko

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Angelin Putri Syah


Artikel Terkait

Tidak Menikmati Pekerjaan di Masa Muda, Bisa Membahayakan Kesehatan di Masa Depan

7 Kunci Menjaga Hubungan Tetap Hangat Meski Pasangan Sibuk Bekerja


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Satria Aji Purwoko · Tanggal diperbarui 24/01/2023

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan