backup og meta

Oversharing, Berbagi Informasi Pribadi yang Kebablasan

Oversharing, Berbagi Informasi Pribadi yang Kebablasan

Membagikan pencapaian, kebahagiaan, atau kesedihan di media sosial memang tidak sepenuhnya salah. Namun, jika dilakukan secara berlebihan, kebiasaan yang disebut oversharing ini justru bisa menjadi bumerang atau merugikan diri sendiri.

Supaya tetap berada dalam batasan saat berbagi informasi pribadi dan tidak terjerumus di dalamnyasimak uraian berikut.

Apa itu oversharing?

Oversharing adalah kebiasaan membagikan terlalu banyak informasi pribadi, baik secara langsung maupun melalui media sosial.

Tentu tak ada yang salah dengan berbagi informasi. Beberapa dari Anda mungkin juga suka berbagi kesibukan atau bahkan curhat melalui media sosial.

Bedanya, informasi yang dibagikan saat oversharing justru bersifat privasi, seperti riwayat kesehatan, perilaku seksual, sampai data pribadi.

Padahal, Anda tidak pernah tahu apa yang akan dilakukan orang lain terhadap informasi tersebut.

Terlebih jika informasi tersebut diketahui oleh teman media sosial yang sebenarnya tidak terlalu dekat atau bahkan belum pernah Anda temui.

Penyebab oversharing

aktif di media sosial

Setiap orang bisa memiliki motif yang berbeda ketika membagikan informasi pribadinya. Beberapa orang bahkan tidak sadar telah melakukannya.

Secara umum, berikut adalah beberapa kondisi yang mendorong seseorang untuk membagikan informasi dengan berlebihan.

  • Keinginan untuk mendapat perhatian atau attention seeking.
  • Perasaan kesepian.
  • Kurangnya kesadaran atas batasan terhadap diri sendiri atau personal boundaries.
  • Haus akan pujian atau validasi.
  • Kecanduan media sosial.

Oversharing memang bisa dilakukan oleh setiap orang. Namun, penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Psychological Reports menunjukkan bahwa oversharing, khususnya pada media sosial, erat kaitannya dengan gangguan kecemasan.

Jadi, meskipun hobi membagikan informasi secara berlebihan tidak termasuk sebagai masalah mental, kebiasaan ini mungkin saja didasari olehnya.

Apa saja bahaya oversharing?

Seperti yang disebutkan di atas, informasi yang Anda bagikan secara berlebihan justru bisa membahayakan diri sendiri.

Sebagai contoh, saat Anda membagikan foto rumah atau lokasi liburan Anda, seseorang yang mempunyai niat jahat bisa mendatangi Anda tanpa persetujuan.

Sementara itu, oversharing yang bersifat emosional bisa membuat seseorang mengetahui tentang diri Anda terlalu dalam atau bahkan titik kelemahan Anda.

Lagi-lagi, bagi orang yang memiliki niat jahat atau ingin menyakiti orang lain, hal tersebut bisa dijadikan senjata untuk menyerang Anda, baik secara langsung maupun di kemudian hari.

Jika perilaku oversharing muncul sebagai dampak kecanduan media sosial, kebiasaan ini bisa membuat Anda melupakan dunia nyata dan terlalu fokus melihat kehidupan orang lain.

Tak hanya itu, oversharing juga bisa merusak hubungan Anda dengan orang di sekitar yang merasa tidak nyaman atau bahkan terganggu dengan detail informasi Anda yang terlalu intim.

Selain itu, penting untuk diingat bahwa segala sesuatu yang Anda bagikan melalui media sosial bisa meninggalkan jejak digital.

Artinya, meski Anda sudah lupa pernah berbagi sesuatu, informasi tersebut masih bisa tetap beredar di media sosial. Hal sama juga berlaku untuk setiap cerita yang Anda bagikan ke orang lain.

Dengan begitu, Anda bisa saja baru merasakan dampak oversharing di masa mendatang, bahkan saat Anda sudah lupa tentang hal tersebut.

Cara mencegah oversharing

Membuat personal boundaries atau batasan diri merupakan langkah utama untuk mencegah oversharing.

Dengan personal boundaries, Anda tahu sejauh mana informasi dapat dibagikan setelah mempertimbangkan dampak baik dan buruknya.

Personal boundaries juga dapat mencegah campur tangan terlalu jauh orang lain terhadap kehidupan Anda.

Sebelum bercerita atau membagikan sesuatu melalui media sosial, tanyakan pada diri sendiri apakah informasi tersebut penting diketahui oleh banyak orang.

Jika Anda memang membutuhkan tempat untuk berbagi, pilihlah orang yang memang Anda percaya.

Selain itu, pastikan bahwa apa yang hendak Anda katakan memang patut dibagikan sehingga Anda tidak akan menyesalinya nanti.

Kesimpulan

  • Oversharing adalah kebiasaan membagikan informasi secara berlebihan, baik melalui media sosial atau bercerita langsung dengan seseorang.
  • Bahaya oversharing adalah bagaimana informasi tersebut digunakan untuk hal yang tidak baik oleh orang lain, bahkan saat Anda sudah lupa pernah membagikannya.
  • Membangun personal boundaries alias batasan diri adalah langkah awal mengatasi sekaligus mencegah overhsharing.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Shabahang, R., Shim, H., Aruguete, M. S., & Zsila, Á. (2022). Oversharing on social media: Anxiety, attention-seeking, and social media addiction predict the breadth and depth of sharing. Psychological Reports, 003329412211228. Retrieved 02 March 2024 from https://doi.org/10.1177/00332941221122861.

Frants, S. (2023). Oversharing, excessive openness about mental health can cause stigmatization. The Oberlin Review. Retrieved 02 March 2024 from https://oberlinreview.org/29486/opinions/opinions_columns/oversharing-excessive-openness-about-mental-health-can-cause-stigmatization/.

ADHD and oversharing. (2023, October 5). Understood. Retrieved 02 March 2024 from https://www.understood.org/en/articles/adhd-and-oversharing-what-you-need-to-know.

How oversharing on social media could put your personal information at risk. (2023, October 13). Information Technology Services. Retrieved 02 March 2024 from https://its.uky.edu/news/how-oversharing-social-media-could-put-your-personal-information-risk.

Versi Terbaru

12/03/2024

Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri

Ditinjau secara medis oleh dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

Diperbarui oleh: Diah Ayu Lestari


Artikel Terkait

Batasan Wajar Menggunakan Media Sosial Dalam Sehari, Menurut Psikolog

Main Character Syndrome, Saat Anda Merasa Jadi Pusat Dunia


Ditinjau secara medis oleh

dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa

General Practitioner · Universitas La Tansa Mashiro


Ditulis oleh Hillary Sekar Pawestri · Tanggal diperbarui 12/03/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan