Saat Anda senang, umumnya Anda akan menunjukkan dengan senyuman. Sebaliknya, ketika Anda sedih, mungkin Anda akan mengerutkan dahi. Hal ini memang lumrah terjadi pada setiap orang. Namun tahukah Anda, terkadang orang yang tersenyum, hatinya justru sedang sedih atau mungkin gelisah. Mengapa hal itu bisa terjadi? Mungkinkah ekspresi wajah tidak selalu mencerminkan perasaan dan isi hati seseorang?
Berbagai ekspresi wajah dan artinya
Ekspresi wajah digunakan oleh manusia untuk menyampaikan berbagai jenis makna. Ini merupakan bentuk bahasa tubuh yang paling universal dan sering digunakan orang untuk menyampaikan perasaan. Beberapa jenis perasaan yang kerap diekspresikan melalui wajah, seperti bahagia, sedih, marah, heran, jijik, takut, bingung, tertarik, hasrat, atau penghinaan.
Ekspresi wajah dapat mencerminkan perasaan dan isi hati seseorang yang sesungguhnya. Umumnya, ekspresi wajah ini bisa dibaca dengan pergerakan mata dan mulut atau bibir.
Seseorang yang tersenyum atau mengangkat bibirnya mencerminkan bahwa ia sedang bahagia atau senang, seseorang yang menggigit bibir bagian bawah umumnya sedang merasa takut atau khawatir, sedangkan seseorang yang bibirnya tampak menurun menunjukkan bahwa ia sedang sedih.
Dari pergerakan mata, seseorang yang menatap lawan bicaranya saat berkomunikasi mencerminkan bahwa ia tertarik dengan pembicaraan tersebut. Namun, memandang terlalu lama juga bisa mencerminkan bahwa orang tersebut sedang merasa terancam. Adapun bila seseorang melebarkan matanya bisa berarti ia terkejut.
Secara tidak sadar, ekspresi wajah juga digunakan manusia saat berkomunikasi. Dengan ekspresi wajah, seseorang dapat menilai apakah yang disampaikan orang lain dapat dipercaya atau tidak.
Dilansir dari Verywell Mind, satu studi menemukan bahwa ekspresi wajah yang paling dapat dipercaya, yaitu yang mengangkat alisnya sedikit dan sedikit tersenyum ketika berbicara. Disisi lain, ada pula ekspresi wajah yang dapat menjadi ciri seseorang sedang berbohong.
Mengapa ekspresi wajah tidak selalu mencerminkan isi hati?
Meski bisa menunjukkan perasaan, tidak selamanya ekspresi wajah dapat mencerminkan isi hati seseorang. Studi yang dilakukan Aleix Martinez, seorang profesor dari The Ohio State University mengemukakan gerakan otot di wajah tidak selalu mendefinisikan emosi atau perasaan.
Seseorang yang tersenyum tidak selalu sedang merasa bahagia dan tidak semua orang yang bahagia akan tersenyum. Senyum memiliki banyak makna, seperti untuk menenangkan situasi, gugup, atau untuk menutupi fakta. Senyum juga bisa berarti bahwa orang itu bersikap ramah dan sopan.
Oleh karena itu, banyak juga orang yang menyebut kondisi ini dengan fake smiles atau senyum palsu sehingga ekspresi wajah yang ditunjukkannya tidak mencerminkan perasaan atau isi hati yang sesungguhnya.
Lalu, mengapa hal ini bisa terjadi? Lebih lanjut Aleix menjelaskan, setiap orang memiliki sifat yang berbeda-beda. Hal ini berpengaruh pada ekspresi yang ditunjukkannya. Ada yang lebih ekspresif dan ada pula yang kurang ekspresif. Lalu, ada orang yang ekstrover dan ada pula yang yang introver. Orang yang ekstrover dan introver menanggapi suatu kondisi dengan ekspresi wajah yang berbeda.
Selain itu, setiap orang pun memiliki latar belakang budaya dan konteks yang berbeda-beda sehingga ekspresi yang ditunjukkan terhadap situasi pun tidak selalu sama. Oleh karena itu, jangan langsung mengasumsikan perasaan seseorang hanya dari ekspresi wajahnya. Sebab, ekspresi wajah tidak selalu mencerminkan isi hati seseorang yang sesungguhnya.
Ekspresi wajah sebagai sarana menyampaikan pesan
Di sisi lain, ekspresi wajah saat berkomunikasi justru bisa berarti bahwa orang tersebut sedang menyampaikan tujuan atau pesan.
Bridget Waller, seorang profesor psikologi dari University of Portsmouth, sebagaimana dilansir dari BBC.com, mengatakan dengan ekspresi wajah, seseorang memberikan sinyal bahwa ia ingin meneruskan pembicaraan, menghentikan pembicaraan, atau mengalihkan topik pembicaraan.
Sebagai contoh, seseorang yang menunjukkan ekspresi jijik atau mengernyitkan dahi, padahal sebenarnya bisa saja karena orang itu tidak suka atau tidak nyaman dengan pembicaraan tersebut dan cenderung ingin menghentikan atau mengalihkan topik pembicaraan ke hal lainnya.