Mungkin Anda sebal dengan orang yang suka melebih-lebihkan sesuatu hal. Biasanya orang yang memiliki kebiasaan itu disebut dengan julukan si drama queen. Namun, bisa jadi Anda adalah salah satunya, kenali ciri-cirinya berikut.
Apa itu drama queen?
Drama queen adalah istilah yang menggambarkan tipe orang yang kehidupannya selalu terlibat dalam drama, berlaku untuk pria maupun wanita.
Dalam bahasa Indonesia, istilah drama queen dikenal juga dengan sebutan ratu drama.
Para drama queen mengalami hidup seakan rollercoaster. Kehidupan yang semula indah, lalu berubah menjadi mengerikan. Keluar dari pekerjaan, ditipu, hingga terlibat hubungan yang tidak stabil atau toxic relationship.
Terdengar akrab? Jika Anda selalu menjadi pusat drama, apakah mungkin Anda termasuk sebagai orang kerap menciptakan situasi ini?
Ciri psikologis seorang drama queen
Drama queen, hidupnya dipenuhi dengan hal-hal yang didramatisasi. Tidak jarang tingkahnya tersebut justru membuat sebal orang-orang yang ada di sekitarnya. Bahkan dinilai sebagai toxic people.
Namun, apakah Anda yakin bukan termasuk salah satu dari mereka? Mungkin tanpa Anda sadari, Anda juga disebut drama queen oleh teman-teman Anda.
Mengutip Psychology Today, tanda jika Anda termasuk orang yang drama queen adalah sebagai berikut.
1. Drama queen selalu ingin jadi topik utama dalam forum
Drama queen sibuk menceritakan hal yang terjadi pada hidupnya tanpa memedulikan cerita yang dimiliki teman-teman.
Coba ingat-ingat lagi bagaimana Anda bercerita bersama teman-teman.
Menurut penelitian Qualitative Research in Psychology, apabila seseorang tidak jelas mengingatnya atau bahkan tak ingat sama sekali, menandakan orang tersebut adalah ratu drama.
Apa yang harus dilakukan? Biasakan untuk tanyakan terlebih dahulu cerita teman, sebelum memberi tahu kejadian yang pernah Anda alami sebelumnya.
Meski demikian, jangan hanya mengajukan pertanyaan saja, dengarkan dan simak semua cerita yang ia katakan serta ungkapkan apa pendapat Anda terhadap kejadian tersebut.
Berusahalah untuk menanggapi sealami mungkin dan tidak dibuat-buat.
2. Setiap bercerita, dimulai dengan kata-kata seruan
Penelitian lainnya, yaitu American Psychological Association menyebutkan tiap kali si drama queen memulai ceritanya di dalam forum, pasti diawali dengan kata-kata seruan.
Seperti misalnya, “OMG” atau “Ya ampun!” dan sebagainya. Apa yang harus dilakukan? Cobalah untuk tenang setiap Anda mulai bercerita.
Ganti semua kata seruan tersebut dengan kalimat yang tidak terlalu dramatis. Atur suara agar terdengar tenang dan mulailah untuk perlahan bercerita.
3. Apa pun itu, selalu didramatisasi
Coba ingat-ingat lagi bagaimana Anda menceritakan pengalaman atau kisah ke orang-orang sekitar. Seorang drama queen sering kali menjadikan dirinya pusat perhatian.
Bahkan ia berpikir jika masalah yang dihadapinya adalah satu-satunya masalah yang paling penting. Apa yang harus dilakukan?
Pikirkan lagi apakah masalah tersebut sebanding dengan permasalahan yang dihadapi oleh orang-orang lain.
Apakah masalah ini berkaitan dengan hidup dan mati seseorang? Jika tidak, cobalah untuk melihat dari sudut pandang yang berbeda. Semua orang memiliki masalahnya masing-masing.
4. Tidak berhenti bergosip
Bergosip dan nyinyir memang terlihat menyenangkan dan ada rasa kepuasan tersendiri jika melakukannya bagi beberapa orang. Namun, gosip tak lagi menyenangkan jika sudah berlebihan.
Mengutip Psychology Today, cerita yang keluar dari mulut drama queen tidak lagi mirip dengan kejadian yang aslinya, banyak ditambahkan ‘bumbu-bumbu’ ke dalamnya agar semakin menarik.
Apa yang harus dilakukan? Hentikan. Satu-satunya jalan untuk mengubah kebiasaan tersebut adalah dengan ia harus memiliki tombol berhenti sendiri.
Ia perlu benar-benar menyadari bahwa tidak baik jika menceritakan cerita yang tidak benar dan membuat masalah orang lain semakin runyam.
5. Menyimpan dendam yang merusak diri
Salah satu ciri dari drama queen adalah tidak pernah lupa dan menyimpan dendam hanya untuk kepentingannya sendiri.
Ia susah melupakan dan mengikhlaskan kejadian buruk dan selalu menganggap dirinya yang paling terpuruk karena hal itu.
Jika Anda pernah mengalami trauma. Maka menciptakan kembali situasi yang dramatis dapat dilihat sebagai bentuk perilaku merusak diri sendiri.
Apa yang harus dilakukan? Setiap hidup pasti ada masalah dan kejadian yang tak menyenangkan, entah itu karena ulah orang-orang terdekat Anda atau tidak.
Hal yang terpenting adalah bagaimana menyikapi semua hal buruk tersebut. Jangan berpikir jika Anda adalah satu-satunya orang yang mengalami kerugian akibat mengalami suatu masalah.
Berusahalah untuk berdamai dengan hati dan pikiran Anda.
6. Hasil didikan dalam keluarga
Ketika Anda dibesarkan dalam keluarga di mana drama menjadi perilaku utama, mungkin sebagai hasil dari dibesarkan oleh orang tua yang narsistik.
Anda kemudian belajar bahwa begitulah cara orang bertindak dalam bersosialisasi. Tanpa mencari pembanding atau contoh lainnya.
Anda mungkin menginternalisasi bahwa orang menunjukkan cinta dan kasih sayang melalui perilaku yang tidak stabil dan dramatis dalam setiap hubungan.